11. Kepercayaan

112K 4.8K 43
                                    

Hampir 1 jam Valerie tak kunjung sadar, membuat Drake tidak bisa tenang. Cowok itu bahkan tak bisa mengalihkan pandangannya dari wajah Valerie.

Ibu jarinya terulur mengusap bibir Valerie yang bengkak, hatinya sakit mengingat Valerie dicium paksa yang seharusnya bibir semanis itu harus dilembutkan.

"Maaf, cepet bangun."

Drake menidurkan kepalanya di pinggiran brankar dengan tangan Valerie yang terus dia genggam. Cowok itu kembali tertidur saat matanya mulai terasa berat.

15 menit berlalu Valerie mulai membuka matanya, gadis itu memegangi kepalanya yang terasa sangat sakit. Tatapannya terfokus pada cowok yang tengah tertidur dengan tangannya yang dia genggam.

Valerie menghela nafas saat tau dirinya berada di Rumah sakit. Sedikit lega saat tubuhnya masih baik-baik saja meski bibirnya sudah ternodai oleh cowok brengsek itu.

Kesadaraan Drake mulai pulih, cowok itu mengerjapkan mata menatap Valerie yang ternyata sudah sadar. "Lo udah baikan?"

Valerie mengangguk. "Thanks."

Drake menggeleng. "Engga, lo gak akan terluka kalau gue gak telat jemput."

"Bukan salah lo, sekolah emang pulang lebih awal dari biasanya."

"Jangan marah," lirih Drake takut.

"Emang kapan gue gak marah-marah? Tiap hari ngelihat muka lo aja gue emosi," sinis Valerie membuat Drake tersenyum kecil. Dia lebih suka Valerie yang seperti ini.

"Ada yang sakit ga?"

Valerie menggeleng. "Gue gak papa, luka kecil kok."

Luka kecil? Ini yang menjadi alasan Drake menyukai Valerie, gadis itu kuat, tidak mudah didapatkan meski mempunyai banyak pacar. Baginya hanya status, namun tidak semua orang bisa mendapatkan hati Valerie sepenuhnya. Bahkan belum ada yang bisa.

"Harusnya bibir lo cuman milik gue," ucap Drake frontal yang langsung mendapat timpukan dari Valerie. "Bibir gue ya bibir gue!"

"Tapi gue udah pernah ngerasain."

Lagi-lagi diingetkan, Valerie malu setengah mampus. Pipinya memerah lagi mengingat apa yang dia lakukan hari itu.

Drake tersenyum kecil, cowok itu mengusap bekas tamparan di pipi Valerie, lalu turun ke bibirnya. "Boleh gue bersihin ini?"

Valerie langsung menyentak tangan Drake kasar. "Gak!" ketusnya galak.

"Why?"

"Apaan sih, gue gak suka ya cium-cium gitu."

"Masa sih? Terus yang udah cium kemarin siapa yaaa?" goda Drake tertawa saat pipi Valerie memerah malu seperti kepiting rebus. "Rese lo!"

"Itu kan gue gak sadar!" Valerie tetap membela diri.

"Emm?" Drake mengusap rambut gadis itu, menatapnya dalam seraya tersenyum tipis. "Mau lakuin lagi secara sadar?"

***

"Whatt?! Kok bisa?"

Setelah dua hari di rawat di Rumah sakit, Valerie akhirnya pulang ke rumah. Orang tuanya pun baru mengetahui dirinya dirawat setelah pulang dari London, karena dia yang meminta Drake untuk merahasiakan ini pada orang tuanya.

Valerie ingin mengurusnya sendiri, namun betapa terkejutnya saat mendengar ucapan orang suruhannya bahwa Helga sudah berada di penjara dan perusahaan orang tua mereka sudah bangkrut. Padahal Valerie belum bertindak apa-apa?

Possessive Drake (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang