43: Flashback

66.2K 3.3K 385
                                    

Saat jam pulang sekolah telah selesai. Valerie langsung menuju tempat yang sudah keduanya janjikan untuk bertemu.

Di sebuah kafe yang letaknya cukup jauh dan pastinya sepi. Valerie melihat seorang cowok yang sudah menunggunya sambil sebat di bangku paling ujung.

Kakinya melangkah berat untuk menemuinya setelah hari itu dia memutuskan untuk tak pernah bertemu lagi akibat kejadian yang tidak disengaja.

"Arga," panggil Valerie, cowok itu mendongak menatapnya seraya tersenyum tipis. "Duduk Val."

Valerie mengangguk, duduk di bangku kafe yang sudah disediakan. "Gimana kabar lo?"

"Gue udah baikan," kata Valerie.

Tatapan keduanya bertemu, Arga mematikan rokoknya agar tidak mengganggu pernafasan Valerie. "Maaf," ucapnya penuh penyesalan.

"Gapapa. Lagian bukan sepenuhnya salah lo Ar. Gue yang salah masuk kamar dan kita sama-sama dalam pengaruh alkohol."

Wajah Arga penuh lebam pukulan, bahkan ada beberapa luka yang masih basah. "Papih?"

Arga mengangguk, menyentuh lukanya seraya terkekeh kecil. "Iya dipukul Papa lo. Gapapa, sakit dikit. Gue emang pantes dapetin ini."

"Maaf ya Arga."

Arga mengangguk santai. Cowok itu bahkan ikut menghilang tidak masuk sekolah dan memilih tidur di apartemen karena jika pulang dalam keadaan lebam-lebam seperti ini, orang tuanya akan memberi yang lebih.

Valerie baru sadar, cowok yang dia lihat di club dengan sebotol alkohol tempo hari itu adalah Arga. Ketua OSIS SMA Merpati yang selalu taat aturan dan terlihat seperti anak baik-baik. Entah apa alasan Arga lari ke dunia malam.

"Lo kenapa bisa ada di club?" tanya Valerie hati-hati.

Mata Arga terpejam sejenak, sebelum cowok itu menjelaskan. "Gue cape," lirihnya.

"Jadi seorang anak gapernah cukup di mata orang tua." Arga hanya memberikan senyum dengan sorot mata penuh luka. "Orang tua gue selalu nuntut gue jadi yang terbaik dari yang terbaik. Gue suka belajar Val, tapi gak yang sampai ngerenggut waktu main gue, masa muda gue."

"Gue sekolah pagi sampai sore, harus ngurus urusan Osis, belum lagi ikut ekskul. Pulangnya gak ada jeda, gue langsung les dan les lagi. Selesai les gue harus belajar sampai jam 3 malam baru bisa tidur."

"Batin gue tertekan, fisik gue cape. Kalau gue gak les satu hari aja, orang tua gue mukulin gue pakai rotan. Mereka cuman mau gue jadi anak yang terbaik, tapi cara mereka salah."

Wajar Arga selalu menjadi murid terbaik yang selalu memenangkan olimpiade dan mengharumkan nama sekolah. Cowok itu belajar terlalu keras sampai-sampai tidak ada jeda untuk sekedar bermain.

"Ar?" Valerie ikut merasakan sakitnya. Sangat berbeda dengan kehidupannya yang tidak pernah dituntut apa-apa oleh kedua orang tuanya asal Valerie harus selalu bahagia.

"Gue butuh ketenangan, gue mulai ngelampiasin ke alkohol karena saat gue dalam keadaan gak sadar gue ngerasa semua beban pikiran gue hilang Val."

Arga menatap manik Valerie. "Gue pesan kamar karena gak mungkin gue pulang dalam keadaan mabuk. Tapi malam itu, gue benar-benar gak tau kalau lo masuk kamar gue. Gue lepas kendali, maaf."

"It's okay Ar."

Valerie sadar sekarang. Ternyata apa yang terlihat baik-baik saja tidak semestinya baik. "Lagian kita belum sempat ngelakuin itu kok," jelasnya lega.

Possessive Drake (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang