15. Detakan?

92.8K 4.3K 33
                                    

"Pengin pipis," bisik Valerie di telinga Drake, cowok itu menaikkan alisnya. "Mau ke toilet sekarang?"

Valerie menggeleng, "Nanti aja abis filmnya selesai, takut kepotong."

"Kuat?" Valerie mengangguk ragu, gadis itu menahan sesuatu yang ingin dikeluarkan dari sana. Rasanya sakit saat ingin buang air kecil namun ditahan.

      Valerie tidak fokus menonton, gadis itu masih berusaha menahan untuk tidak ngompol sambil berusaha memahami alur film.

       Kepalanya dia senderkan ke Drake, rasa kantuk mulai menyerang dirinya. Terkadang dia terpejam saat merasa alur ceritanya sedikit bertele-tele.

       Film selesai begitu saja, Valerie sedikit syok, karena dia pikir, 'uda gitu aja?'

       "Ayo ke toilettt." Valerie menarik-narik lengan baju Drake. "Iya ayo."

      Keduanya keluar pertama saat lampu bioskop sudah kembali dinyalakan. Valerie lari menuju toilet dengan panik, sedangkan Drake yang melihat hanya tertawa melihat gadis kecil itu berlari.

      "Pelan-pelann!" peringat Drake. "Gue tunggu di depan."

       Valerie menghela nafas lega saat sudah buang air kecil, gadis itu menggigit bibir bawahnya malu saat mendengar tawa Drake. Dirinya sememalukan itu kah tadi? Valerie serius tidak bisa menahan kencing.

      "Bodo amat ah!" Valerie keluar dari bilik toilet, dia bercermin, kembali merias wajahnya agar tidak pucat.

       Saat keluar dari toilet, Valerie melihat Drake tengah bersandar di tembok dengan tangan kiri dia masukan ke saku celana, tangan kanannya sibuk bermain ponsel. Drake belum menyadari kehadirannya.

      "Uda." Valerie mencolek lengan Drake. "Uda lega?"

      Valerie mengangguk lugu. "Uda, huft."

       "Pinter. Ayo keluar."

       "Lewat mana ini?" Bingung Valerie saat mall sudah ditutup, karena film selesai jam 11 malam.

       "Sini."

        Valerie mengikuti langkah Drake, gadis itu berjalan sampingan meski susah menyamakan langkah lebar cowok itu.

        "Ngompol gak tadi?"

        Valerie mendelik tidak terima. "Ngaco! Enggak lah!" Valerie mengulum bibirnya sebal. Terlebih saat Drake mengecek rok belakangnya. "Gue kira ngompol."

        "Gila aja!"

        Keduanya sampai di parkiran, harus mengantri untuk keluar karena ramai yang menonton bioskop malam ini, sedangkan syarat agar palang pintu terbuka harus memberikan karcis pada penjaga.

         Kepala Valerie mendadak pusing melihat keramaian, meski di dalam mobil, tetap saja rasanya sesak. "Pusing gak?"

       Valerie hanya mengangguk lemah, dia merasa lelah, terlebih masih datang bulan hari ketiga.

      Drake mengusap lututnya pelan. "Bentar lagi yaa," ucapnya lembut.

       Detak jantung Valerie berdetak cepat, ada gejolak aneh di hatinya yang sebelumnya belum pernah Valerie rasakan bersama mantan-mantannya. Gadis itu mengalihkan pandangannya ke luar, berusaha mungkin menghindari kontak mata dengan Drake.

       Setelah membayar karcis, akhirnya mobil Drake keluar dari mall. "Mau makan?"

      "Engga laper."

       "Mau jajan lagi?"

       "Mauu! Kebab ya."

       "Boleh, di mana?"

        "Gatau, hehe. Nanti di jalan ada."

        Drake menggelengkan kepala dengan senyuman tipis, meski begitu dia tetap menuruti permintaan Valerie. Di pinggir jalan ada yang menjual kebab, Valerie langsung menyuruh Drake untuk menepi.

      Gadis yang tadinya lemas, kini excited kembali. "Mas kebabnya dua ya, satunya sedang, satunya lagi pedas, saosnya banyakin yaa."

      Lagi-lagi Drake yang mendengar menasehati. "Dua-duanya sedang aja Mas."

       "Gak! Apaan sih! Gue maunya pedas," kesal Valerie membantah.

      Drake menunduk, menyentil pelan dahi gadis itu. "Pedes mulu, lambung lo nanti sakit."

       "Gaenak kalo ga pedes," gerutu Valerie cemberut. Meski begitu, Masnya lebih menuruti ucapan Drake.

        Akhirnya Mas penjual kebab membuatkan dua kebab besar dengan kepedasan sedang. Valerie duduk di halte bus, yang memang tersedia di situ. Di seberang jalan ada Indomaret yang buka 24 jam.

        "Masuk ke mobil, dingin. Gue mau ke Indomaret bentar."

         "Ngapain?" tanya Valerie bingung.

         "Sebentar aja Valerie, masuk ke mobil ya? Pintunya kunci."

          Valerie menurut saja, pasalnya jalanan sudah sepi, hanya ada beberapa pengendara mobil dan motor. Itupun bisa dihitung jari. Takut-takut ada yang berniat jahat saat Drake tengah pergi ke Indomaret.

        Lumayan lama Drake pergi ke Indomaret, hampir 10 menit sampai pesanan kebab mereka berdua jadi.

       "Lama banget!" gerutu Valerie. Tatapannya salah fokus melihat kantung plastik besar yang dibawa Drake, berisian banyak coklat, es krim dan cemilan lain. "Suka gak?"

       "Suka, emang buat siapa?"

       "Buat lo. Ternyata suka jajan."

       "Lo mau bikin gue gendut?!" Valerie kesal. "Iya biar gak tepos."

       "Gue tobrut gini, mata lo aja yang salah!"

        Drake mengedipkan matanya, ekspresi cowok itu tampak menghinanya. "Tepos," sinisnya.

       "Kurang ajar!" Valerie meninju keras lengan Drake, cowok itu meringis. "Sakit sayang."

        Valerie mendelik. "Sayang-sayang! Emangnya kita pacaran?!"

        "Emang pacaran."

        "Taruhan. Kalo lo lupa." Valerie lebih mimilih membuka bungkus kebab miliknya, gadis itu menikmati kebab yang biasanya pedas kini berubah rasa karena Drake.

       Sedangkan cowok yang tadinya banyak bicara itu jadi diam, sambil fokus menyetir mobilnya. 

        "Enak. Lo gak dimakan?"

        "Nanti, kan lagi nyetir."

        "Aaa, mau gak?" Valerie menyodorkan kebab miliknya, dengan senang hati Drake membuka mulutnya. Mencoba menikmati rasa bekas gigitan Valerie itu. "Iya enak, bekas gigitan lo."

        "Cowok gila!"

        "Sama-sama gila," koreksi Drake.

         Benar. Valerie tidak sadar bahwa dirinya jauh lebih gila.

         "Jangan bahas taruhan itu lagi."

         "Kenapa?" Valerie meliriknya.

          Terdengar helaan nafas berat Drake, tatapan cowok itu berubah. "Gue gak suka."

          Valerie diam, gadis itu memperhatikan jalanan yang gelap nan sepi. Jarang sekali pengendara yang masih berkeliaran di jam setengah 12 ini.

         "Jangan suka ke gue, karena gue gak bisa jatuh cinta."

          "Gak ada orang yang gak bisa jatuh cinta, bahkan ketemu sama yang brengsek aja bisa jatuh cinta."

          "Lo brengsek?" tanya Valerie, alisnya terangkat.

          Drake menatapnya, tangan kirinya menggenggam tangan mungil Valerie. "Gue gabisa nilai diri gue sendiri Valerie, tapi gue usahain hal-hal baik itu. Buat gak masuk dalam bagian 95% cowok brengsek yang ada."

Possessive Drake (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang