29: Memilih Yang Lain

73.3K 3.4K 366
                                    

Valerie: gue demam. bisa anterin ke Rumah sakit?

Drake: karena hujan-hujanan semalam ya? maaf. gue siap-siap dulu, nanti kita ke rumah sakit oke

Valerie: jangan lama, pusing banget gue

Valerie: kalau bisa tolong beliin minyak kayu putih di apotik dulu

Drake: okee

          Valerie meringis memijat pelipisnya yang terasa sangat sakit. Bangun-bangun badannya panas menggigil. Gadis itu tidak terbiasa bermain hujan, sekali hujan-hujanan langsung demam.

        Tapi meski begitu, hal semalam adalah kenangan indah yang membekas di hatinya. Valerie merasa bahagia meski kini harus membayar dengan panas menggigil.

        Tangannya menarik selimut untuk menutup seluruh badan. Bahkan sarapan yang sudah disiapkan asistennya pun tidak dia sentuh, perutnya mual, tidak nafsu apa-apa.

          AC kamar sudah dimatikan, tapi tetap saja Valerie merasa kedinginan.

          Entah karena hujan-hujanan atau karena makan pecel lele pinggir jalan. Apa lambungnya sekaya itu sampai menyentuh makanan pinggir jalan saja sampai demam seperti ini?

         Valerie memutuskan untuk kembali memejamkan mata seraya menunggu Drake datang. Berharap setelah bangun pusingnya akan mereda.

         Di sisi lain Drake cepat-cepat mandi, setelah siap, cowok itu segera turun ke bawah. Berpamitan pada Bunda Mawar yang tengah sibuk di dapur. "Bunda Drake pergi dulu ya," izinnya.

        "Mau kemana?" tanya Mawar karena melihat raut wajah panik putranya. "Mau nganterin Valerie ke Rumah sakit, dia demam Bun."

        "Loh kok bisa demam?"

        Drake menyesal mengajak gadis itu main hujan semalam. Tidak tau kalau fisik Valerie selemah itu jika terkena air hujan. "Semalam kita kehujanan Bunda."

         "Yaudah kamu anterin Valerie ke Rumah sakit ya, semoga dia cepat sembuh."

           Drake mengangguk, cowok itu segera menyalami Bunda Mawar dan buru-buru menyetir mobilnya untuk pergi ke apotik membeli minyak kayu putih sesuai pesan Valerie.

           Perasaan Drake tidak bisa tenang, dia mengkhawatirkan kondisi Valerie di rumah. Terlebih kedua orang tuanya tengah ada bisnis di luar kota.

          "Mba minyak kayu putihnya satu ya."

          Drake segera membayar pesanannya, dia hanya ingin cepat sampai dan membawa Valerie ke Rumah sakit untuk memastikan gadisnya baik-baik saja.

          Tanpa sengaja Drake berpas-pasan dengan Caca yang tengah menebus obat Ibunya. Gadis berpenampilan sederhana itu tersenyum menatap Drake. Sedangkan Drake sudah buru-buru hendak kembali ke mobilnya.

          "Kak Drake?"

          Drake hanya melirik Caca sekilas tanpa merespon apa-apa meninggalkan raut kecewa di wajah Caca.

          Ponsel Caca berbunyi, nama adiknya tertara di sana. Segera Caca angkat, seketika air matanya turun saat mendengar suara gemetar dari sana. "Ibu kritis?" lirihnya sesak.

           Caca rela naik ojek demi menebus obat Ibunya yang dia beli menggunakan uang hasil kerja part time-nya. Ibu mengidap kanker stadium akhir, selama ini Caca yang bekerja keras untuk merawat Ibu dan Adiknya. Mengingat Ayahnya sudah meninggal sejak umurnya masih 10 tahun.

         "Kak!" panggil Caca saat Drake hendak menjalankan mobilnya. Gadis itu tiba-tiba menangis, sampai membuat Drake heran. "Kak aku boleh minta tolong anterin ke Rumah sakit gak? Aku harus cepat sampai ke sana Kak."

Possessive Drake (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang