35: Ancaman Untuk Caca

63K 3K 570
                                    

Drake memasuki ruang kamarnya setelah hampir 1 Minggu lebih berada di Rumah sakit.

Kerutan di dahinya menunjukkan kebingungan di wajahnya. Bahkan Drake merasa asing di rumahnya sendiri, melihat Bundanya saja seperti orang lain.

"Ini kamar Drake Bun?" tanyanya sekali lagi.

Mawar mengangguk seraya merapikan barang-barang Drake. "Iya sayang."

Drake diam, duduk di pinggir tempat tidurnya seraya memperhatikan interior seluruh kamarnya yang dominan hitam dan abu-abu. Hanya ada beberapa gambar, sampai satu foto berhasil membuat salah fokus.

"Bun, boleh Drake tanya satu hal?"

"Boleh sayang, tanya apa?"

Drake berjalan mendekat ke figur foto seorang gadis yang dia lihat pertama kali saat matanya terbuka. "Dia siapa? Kenapa ada fotonya di kamar Drake?"

Mawar terdiam, bingung harus menjelaskan bagaimana takut Drake akan berpikir terlalu keras dan memengaruhi kesehatannya.

"Kalian dulu dekat Drake."

"Sekarang juga masih dekat?" tanya Drake lugu.

Mawar tersenyum tipis. "Bunda harap masih." Mawar mengelus kepala Drake sebelum memutuskan keluar dari kamar putranya.

Drake menggaruk tengkuknya bingung. Kerutan-kerutan di dahinya menunjukkan dirinya sedang bingung. Sejak kapan dia dekat dengan gadis itu? Bahkan mereka sebelumnya belum pernah mengobrol lama. Aneh.

Ponsel milik Drake baru karena ponsel sebelumnya sudah retak parah. Untung saja polisi masih bisa menghubungi Valerie melalui ponsel Drake saat insiden kecelakaan.

Tidak ada nomer telfon selain nomer orang tuanya.

Kepalanya menjadi berat saat Drake memaksa berpikir terlalu keras. Ringisan berhasil lolos dari bibirnya.

***

Setelah lama tidak masuk sekolah, kini Drake kembali meski dengan kondisi yang belum sepenuhnya sembuh.

Tujuan cowok itu pertama kali ialah pergi ke kelas Caca. Menemui gadis yang statusnya paling dekat dengannya.

Di parkiran, cowok itu berpas-pasan dengan Valerie yang baru saja turun dari mobil. Gadis itu menatap ke arahnya intens, lalu menyapanya seakan mereka begitu dekat.

"Hay sayangg," sapa Valerie dengan cengiran seakan dia gadis paling baik-baik saja.

Alis Drake tertarik, merasa gadis di depannya ini gila. "Lo gila?"

           Valerie mendengus kesal, menggandeng tangan Drake yang langsung disentak oleh cowok itu. "Gak waras."

          Valerie mendelikkan matanya tak terima. Gak waras katanya? "Gue pacar lo setan!"

          Drake bergedik ngeri, cowok itu memilih meninggalkan Valerie sendirian. Berpikir kalau gadis itu mungkin kesurupan. Aneh banget ngaku-ngaku jadi pacarnya padahal dekat aja enggak.

         Senyuman Valerie pudar, hatinya cukup sakit melihat Drake benar-benar melupakannya. Menatap layaknya orang asing yang tak pernah cowok itu panggil sayang.

         Tapi dia tidak akan menyerah begitu saja, akan dia buat Drake mengingatnya kembali agar jauh-jauh dari si ulat bulu. Mana mau dirinya melihat Drake menyentuh Caca, apalagi beranggapan kalau mereka berdua deket?!

         Rasanya pengin dia teriakin kalau, 'CACA ITU CUMAN CEWEK CAPER YANG NGEGANGGU HUBUNGAN KITA!'.

          Valerie mengikuti langkah Drake dengan berat. Ingin memastikan kemana cowok itu pergi menuju koridor kelas 10.

         Dan benar saja, ternyata Drake menemui Caca? Inpokan dukun santet.

          Valerie gedeg, dia emosi, hatinya nyeri. Sakit sekali melihat orang yang mencintai kita dekat dengan gadis lain secara terang-terangan di depannya.

         "Kak Drake ngapain ke sini?" tanya Caca kaget melihat Drake berada di depan kelasnya. Bahkan bukan hanya Caca yang kaget, semua yang melihat pun terkejut.

        Pasalnya Drake jarang datang ke koridor kelas 10, kalaupun ke sini mengapa harus Caca yang ditemui? Gadis berpenampilan secupu itu ditemui cowo tampan?

         "Cuman mau mastiin lo udah sampai."

         "Aku udah sampai dari jam setengah 7 Kak, datang lebih awal ke sekolah."

         "Besok-besok gue jemput aja. Jangan berangkat sendiri," katanya.

         Caca menggigit bibir bawahnya takut, banyak tatapan tak suka tertuju padanya. Dia pasti akan dibuly habis-habisan karena dekat dengan Kak Drake nantinya.

          "Aku bisa berangkat sendiri kok Kak."

          "Kalo ada gue kenapa harus sendiri?" Alis Drake terangkat heran. Lagi pula mengapa gadis itu selalu menundukkan kepalanya?

         "Emang Kakak ingat rumah aku?"

          Drake menggeleng pelan. "Enggak sih, tapi nanti kan bisa lo tunjukin."

         "Tapi Kak—"

          "Gak ada tapi-tapian, gue ke kelas dulu. Pulang bareng gue nanti."

           Semua orang yang melihat dibuat syock saat Drake mengusap rambut Caca sebelum meninggalkan kelas 10 IPA 1. Bahkan ada yang sengaja menguping pembicaraan mereka.

          Bisik-bisik mulai terdengar di telinga Caca saat Kak Drake sudah hilang dari pandangannya. Mereka menyebutnya perebut cowok orang, karena pada dasarnya Kak Drake milik Kak Valerie.

         "Ikut gue!"

          Tangan Caca ditarik kasar saat hendak kembali masuk ke dalam kelas oleh Valerie. Gadis itu membawanya ke toilet wanita lalu menguncinya agar tak ada siapapun yang masuk.

          Caca meringis saat punggungnya membentur keras tembok kamar mandi. Kak Valerie mendorongnya dengan kasar.

         "Gue peringatin sekali lagi ya, jangan karena Drake lupa sama gue lo bisa ngerebut dia dari gue," ancamnya penuh penekanan.

         "Lo harus banyak-banyak sadar diri, lo sama gue gada apa-apanya, lo cuman cewek cupu. Dari awal gue udah menang."

          Tangan Valerie mencekeram kuat dagu Caca, memaksa gadis yang tengah menunduk takut itu untuk melihatnya. "Drake milik gue dan sampai seterusnya jadi milik gue. Lo gak usah mimpi bisa dapetin dia!"

          "Najis," maki Valerie. Gadis itu bahkan menjambak kuat rambut Caca yang dari kemarin di Rumah sakit sudah ingin dia lakukan.

          "Gue tau ini semua rencana busuk lo. Lo bikin gue sama Drake renggang."

           "Kak aku gatau apa-apa," jawab Caca dengan tubuh gemetar.

           Tarikan di rambutnya semakin kuat, Caca meringis kesakitan, air matanya meluruh begitu saja. "Gak tau apa-apa lo bilang?! Terus kemarin lo meluk Drake maksudnya apa?"

            "Kalo kecentilan minimal sadar diri! Lo siapa dan gue siapa!"

            "Setelah Drake inget gue lagi, lo juga bakalan dibuang layaknya sampah."

           Cacian dan makian sudah biasa Caca telan sehari-hari namun kali ini ucapan Kak Valerie sangat menusuk di hatinya.

           Gadis itu menunduk, batinnya berbicara, 'Aku harap ingatan Kak Drake sepenuhnya hilang'.

           Valerie mendorong Caca hingga tersungkur ke lantai. Gadis itu mengguyurkan air bekas pel an ke tubuh Caca. "Mampus!"

           Tidak memedulikan Caca yang sudah basah kuyup. Valerie keluar dari kamar mandi, menutup pintunya dengan kencang.

           "Aku benci Kakak," ucap Caca saat Valerie sudah tak terlihat lagi dari pandangannya.

***

ramaiin part ini yaa, nanti aku next malam kalo ga ya besok kalo komentarnya uda ramai.

makasih buat yang uda baca🫶🏻🔥

Possessive Drake (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang