Bel sekolah baru saja berbunyi, Havian mengambil botol minum yang tersedia diatas mejanya lalu meminumnya beberapa teguk, setelah itu Havian memakai jaket jeans yang ia bawa tadi pagi lalu membawa tasnya dan berjalan menuju parkiran.Hari adalah hari kedua les bersama Chavi, Havian menengok kearah parkiran motor dan tak mendapati motor Chavi disana, berarti Chavi sudah pulang lebih dulu, Havian yahg kebetulan sudah mengetahui alamat rumah Chavi pun segera masuk kedalam mobilnya dan bergegas pergi kerumah Chavi.
Beberapa menit Havian habiskan untuk mengemudi, kini Havian turun didepan gerbang karena gerbang rumah mewah itu terlihat tertutup, mungkin satpam disana belum terbiasa dengan kedatangan mobil lain selain mobil keluarga Williams makanya satpam itu bertanya lebih dahulu dan baru mempersilahkan Havian untuk masuk setelah Havian menjelaskan bahwa dirinya adalah guru dari Chavi.
Havian parkirkan mobilnya dihalaman rumah William, setelah itu Havian memencet bel yang tertempel pada dinding dekat pintu besar disana, dan beberapa saat kemudian Havian tersenyum manis karena bubu lah yang membukakan pintu untuknya.
"oh nak Havian, gimana kabarnya nak?" tanya Tira sambil cipika-cipiki dengan Havian.
"Havian baik bubu, bubu juga apa kabar?" Havian balik bertanya dan mendapat senyuman dari Tira.
"bubu mah selalu sehat dong, ayo sini masuk, kebetulan kita lagi mau makan siang bareng-bareng, nak Havian ikut makan sama kita ya?" ajak Tira dengan mimik wajah excited.
"ehh ngga usah repot-repot bu" jawab Havian merasa tak enak.
"udah, ayo makan dulu" ajak Tira lagi.
Havian menyengir tak enak saat bubu menggandeng tangannya untuk masuk kedalam, bubu juga mengambil alih tas yang Havian bawa untuk ia taruh diatas meja ruang tamu, setelahnya bubu kembali menggandeng Havian untuk menuju ruang makan.
Marvel dan juga Chavi yang berada di meja makan pun menoleh saat mendengar langkah kaki mendekat, kemudian Chavi tersenyum lebar saat mendapati kak Havian sudah sampai disana, sebenarnya tadi Chavi ingin menunggu Havian dan pulang bersama, tapi Baim menebeng padanya karena tak membawa motor, jadi terpaksa Chavi pulang terlebih dahulu.
"kak Havian udah dateng, sini kak makan dulu" ajak Chavi dengan nada riang.
"eumm kayaknya ngga usah deh Chavi, kakak tunggu diruang tamu aja ya?" Havian masih merasa tak enak.
"pak Havian ngga papa makan dulu, biar enak belajarnya" ujar Marvel lalu tersenyum tipis.
"ehh iya pak Marel terimakasih" jawab Havian pelan.
"aduh kok bubu aneh ya denger kalian saling panggil pak kaya gitu, Havian panggil mas aja ngga papa nak, kan ini ngga disekolah, toh Marvel lebih tua dari kamu" ucap bubu lalu menyengir lebar.
"bu jangan gitu, takutnya pak Havian ngga nyaman" tegur Marvel dengan suara sehalus mungkin.
"ehh ngga papa kok eumm m-mas Marvel, saya ngga keberatan" jawab Havian pelan.
"nahh gitu dong, silahkan nak Havian duduk" ucap bubu pada Havian.
Havian mengangguk lalu tersenyum, Havian duduk disebelah Marvel dan merasa sedikit canggung karena Havian berfikir mengapa bisa dirinya berada di situasi seperti ini, rasanya aneh karena makan bukan dirumahnya sendiri, apalagi saat bubu mulai mengambilkan nasi dan lauk untuk dirinya.
Setelah acara makan selesai Havian dan Chavi segera melakukan pembelajaran dihari ini, tanpa Havian dan Chavi sadari sedari tadi ada yang memperhatikan mereka dari atas balkon lantai 2 sambil tersenyum tipis, ya itu adalah Marvel, Marvel hanya merasa senang karena kini anak semata wayangnya terlihat sangat bersemangat untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan yang Havian bacakan, Marvel senang karena Havian lah yang menjadi guru les Chavi.
2 jam berlalu, kini Havian sedang merapihkan buku-buku yang baru saja ia pakai untuk belajar bersama Chavi, Chavi sudah naik dan masuk ke kamarnya karena katanya Chavi mengantuk, Havian yang sudah selesai pun menoleh ke kanan-kiri, mencari keberadaan bubu untuk berpamitan, namun langkah kaki turun dari tangga membuat Havian menatap lelaki yang masih memakai stelan jas kantornya itu.
Marvel kini berdiri disebelahnya dan terus tersenyum, kemudian Marvel meminta Havian untuk duduk terlebih dahulu, dirinya ingin mengucapkan banyak terimakasih pada Havian karena Havian telah membuat anaknya banyak berubah.
"maaf ya Havian, saya tadi sempat memperhatikan kamu dan Chavi saat sedang belajar" ujar Marvel tak enak.
"ngga perlu minta maaf mas Marvel, saya ngga papa kok kalo emang sesekali kalian mau pantau kegiatan kita, saya ngga keberatan" Havian tersenyum kearah Marvel.
"saya beneran ngga tau harus bilang apa selain terimakasih sama kamu, Chavi banyak berubah sekarang, dia kelihatan semangat belajar dan udah ngga pernah buat ulah lagi waktu disekolah" ucap Marvel pelan.
"saya juga seneng mas, karena bisa lihat sikap Chavi yang semakin lebih baik sekarang" Havian tersenyum manis.
"saya salut sama kebaikan kamu, kamu kelihatan tulus banget bantu Chavi, ya walaupun saya ngga lihat secara langsung, tapi Chavi sering cerita soal baiknya kamu sama dia" ujar Marvel lagi.
"saya cuma membantu sebisa saya mas, semua juga ngga akan bisa seperti ini kalau mas ngga ajak Chavi ngobrol waktu itu, tanpa mas sadari, yang sebenarnya banyak mengubah Chavi adalah sikap mas sekarang, Chavi sering cerita soal mas yang lebih ekspresif sekarang" mendengar ucapan Havian membuat Marvel tersenyum.
"saya melakukan ini karena saya sudah banyak menyakiti Chavi, ngga seharusnya Chavi alamin hal ngga menyenangkan kaya beberapa tahun belakangan ini, syukurnya saya bisa buang rasa egois saya dan mulai bisa besikap baik dan menerima semuanya dengan ikhlas" Marvel menatap Havian lekat.
"kunci kehangatan keluarga itu cukup massering ajak ngobrol dan tanya kegiatan Chavi minimal sehari sekali, saya yakin itu akan membuat mas Marvel sama Chavi makin dekat" ujar Havian pelan.
"saya bicara kaya gini karena Orang tua melakukan hal itu juga, karena dengan mereka melakukan itu, saya merasa lebih disayang dan diperdulikan" ucap Havian lagi.
"dan saya rasa Chavi akan ngerasain hal yang sama kalau mas Marvel lakuin hal ini" Havian tersenyum.
"saya akan coba saran dari kamu, terimakasih sudah kasih saya rahasia kehangatan keluarga kamuya Havian, terimakasih sudah berbagi semuanya sama saya" Marvel tersenyum tipis lagi.
"sama-sama mas Marvel, saya senang bisa berbagi hal baik yang saya rasakan dan saya benar-benar berharap Chavi rasain hal yang sama" ucap Havian lagi.
Marvel tersenyum kagum, Marvel merasa ingin banyak tau hal yang akan semakin mempererat hubungannya dengan Chavi, karena Marvel benar-benar ingin menebus kesalahannya pada Chavi selama ini dengan lebih memperdulikan anak kesayangannya itu.
Tatapan lekat Marvel layangkan kearah Havian, namun tatapan lekatnya pada Havian ter-interupsi saat Marvel mendengar suara bubunya mendekat keruang tamu, dan benar saja, bubu berjalan kearah mereka dengan membawa totebag di tangannya.
"bubu ada buat kue tadi pagi, dibawa untuk nak Havian makan dirumah ya?" ucap bubu yang diangguki oleh Havian.
"terimakasih banyak bubu, kalo gitu aku pamit dulu, permisi bubu, mas Marvel" Havian membungkuk sopan.
"iya sayang, hati-hati dijalan ya" ucap bubu sambil menyengir.
"iya Havian, terimakasih untuk pelajaran hari ini" ujar Marvel pelan.
TBC
KAMU SEDANG MEMBACA
Affection (Markhyuck + Chenle)
FantasyHavian anak tunggal kaya raya yang tidak memiliki minat meneruskan perusahaan daddynya, memilih untuk menjadi guru disebuah sekolah, Awalnya Havian kira menjadi guru adalah sebuah pekerjaan yang menyenangkan, namun kesabarannya diuji ketika harus me...