Sekitar pukul 2 siang, Havian baru sampai dirumah, masih dengan rasa sedihnya karena mengingat obrolannya dengan Marvel dirumah sakit tadi, Havian memarkirkan mobilnya digarasi lalu masuk kedalam rumahnya, Havian masih sesekali sesenggukan meskipun dirinya sudah tak menangis dan rasanya dadanya cukup sakit.Havian berjalan kearah dapur untuk sekedar mengambil air minum agar perasaannya sedikit tenang, setelahnya Havian kembali kedalam kamarnya untuk bersih-bersih diri baru setelah itu Havian mungkin akan tidur siang.
#Malamnya
Mami Tala mengetuk pintu kamar Havian pelan, bermaksud untuk mengajak Havian agar bisa makan malam bersama, karena setelah kepulangan dirinya dan suaminya sore tadi Havian belum memunculkan wajahnya dan Tala tau Havian mungkin sedang tidur, karena mobil Havian sudah terparkir digarasi.
Karena tak mendengar jawaban setelah memanggil-manggil nama anaknya, Tala buka pintu itu pelan, mendapati anak semata wayangnya sedang tertidur, Tala mendekat kearah kasur anaknya dan ketika dirinya baru saja mengusap pipi Havian, Tala cukup dibuat terkejut karena badan anaknya terasa hangat, apakah Havian sedang tak enak badan?.
"dedek, sayangg, bangun nak" Tala menepuk-nepuk bahu Havian pelan.
"eumm sebentar mami, kepala dedek pusing banget" keluh Havian sambil meringis pelan.
"badan dedek anget, ngga enak badan ya?" tanya Tala lagi sambil terus menaruh tangannya pada leher dan pipi Havian.
Havian membuka matanya lalu meringis saat merasa kepalanya begitu berat, Havian memijat dahinya pelan sambil berusaha mendudukan tubuhnya, mami yang melihat itu pun segera membantu Havian.
Tala perhatikan mata milik anaknya itu terlihat membengkak, dan hidungnya pun memerah, Tala sangat khawatir melihat Havian seperti itu.
"tadi pagi dedek masih ngga papa loh, kenapa bisa demam?" tanya Tala khawatir.
"dedek ngga papa mami, jangan khawatir yaa" Havian mencoba tersenyum, namun tetap saja anak itu terlihat sangat lemas sekarang ini.
"gimana ngga khawatir coba ish, bentar mami ambilin maem sama obat dulu" Tala panik sendiri.
Havian mengangguk dan bersandar di headboard kasurnya, setelah beberapa saat kemudian maminya kembali masuk kedalam kamarnya tapi kali ini bersama sang daddy, Havian segera menegakkan duduknya karena tidak mau membuat daddy dan maminya semakin khawatir.
Joseph menaiki kasur Havian lalu duduk disebelah Havian, Joseph taruh punggung tangannya pada pipi, kening serta leher sang anak, ternyata benar apa yang istrinya katakan tadi, anaknya itu sedang tak enak badan.
"daddy telfonin dokter dulu" ujar Joseph singkat.
"daddy, ngga usah ya? dedek ngga papa kok, ini kan juga mau minum obat" tolak Havian karena tak suka diperiksa.
"ngga bisa, daddy ngga mau nanti semakin parah, nurut!" ucap Joseph tegas.
"mamii, please dedek ngga mau diperiksa" rengek Havian pada maminya.
"udah mas ngga usah, biarin dedek minum obat apotek dulu, besok pagi kalo belum mendingan baru kita bawa kedokter" Tala mencoba membujuk suaminya karena tau anaknya itu memang susah untuk diperiksa ketika sedang sakit.
"yaudah daddy ngga jadi panggil dokter, tapi dedek jujur, dedek habis nangis ya? kenapa matanya bengkak begitu?" tanya Joseph menatap Havian yang kini merengut.
"dedek engga habis nangis kok" jawab Havian bohong.
"tadi siang dedek habis nemuin Marvel kan? kalian berantem lagi?" tanya Joseph yang begitu peka pada putranya itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Affection (Markhyuck + Chenle)
FantasyHavian anak tunggal kaya raya yang tidak memiliki minat meneruskan perusahaan daddynya, memilih untuk menjadi guru disebuah sekolah, Awalnya Havian kira menjadi guru adalah sebuah pekerjaan yang menyenangkan, namun kesabarannya diuji ketika harus me...