Pagi ini Chavi bangun lebih pagi dari biasanya, niat hati ingin berangkat cepat karena takut ketinggalan bus kesekolahnya, motornya masih ia tinggal dirumah keluarga Williams dan dirinya merasa tidak mau merepotkan papa atau papinya jika harus mengantarkan dirinya kesekolah.
Chavi berjalan keruang utama, menaruh tas sekolahnya pada sofa lalu dirinya berjalan lagi kearah ruang makan, disana sudah ada yaya dan juga Grandpa Jo sedang sesekali mengobrol sambil meminum teh mereka, Chavi menyapa keduanya lalu duduk di salah satu kursi.
"pagi sayang, jam segini kok udah rapih?memangnya ngga kepagian?" tanya Tala pada cucunya itu.
"Chavi takut ketinggalan bus, soalnya motor Chavi masih dirumahnya Gammy" jawab Chavi sambil tersenyum tipis.
"sekarang Chavi sarapan dulu, nanti agak siangan Granpa Jo antar kesekolah" ujar Joseph penuh perhatian.
Chavi hanya diam, memutuskan untuk mengambil 2 lembar roti untuk diberi selai coklat kesukaannya, Chavi memakan roti itu pelan sambil terus melamun, melamunkan kejadian semalam dimana papa dan papinya seperti tidak ingin memiliki anak terlebih dahulu, mungkin ini berlebihan, tapi Chavi benar-benar sedih atas respon kedua orang tuanya itu.
Masih asyik melamun, kini ruang makan kedatangan Marvel dan juga Havian yang ikut bergabung disana, kedua orang itu bergantian mengecup kening Chavi sebagai sambutan selamat pagi, namun kali ini Chavi tak memberikan ciuman dipipi kedua orang tuanya itu, itu membuat Havian paham, bahwa mungkin Chavi sedang marah, Marvel yang melihat respon tak menyenangkan dari Chavi pun memilih duduk lalu menatap Chavi sedikit tajam.
"kamu kenapa? pagi-pagi udah cemberut?" tanya Marvel pada anaknya itu.
"aku ngga papa, Granpa aku berangkat naik bus aja, Granpa ngga usah anter, kalo gitu aku duluan ya semuanya" Chavi berdiri dari duduknya sambil meminum air.
"Chavi duduk, papa belum selesai bicara" ucapan Marvel menghentikan langkah Chavi.
"nanti Chavi telat pa, busnya datang pagi" ujar Chavi memberi alasan.
"bisa kamu nurut sama papa? papa bisa antar kamu nanti, sekarang duduk dulu" perintah Marvel dengan suara tegasnya.
Chavi menghela nafas panjang lalu kembali duduk dikursinya, Joseph dan juga Tala yang melihat sepertinya ada yang tidak beres itu hanya bisa saling melirik karena mau ikut campur pun mereka belum tau duduk permasalahannya.
Havian menatap Chavi sendu, merasa bersalah karena Chavi terus menundukan kepalanya, Havian mengusap lengan Marvel agar tak terlalu keras pada Chavi, apalagi Havian tau pasti Marvel akan membicarakan soal dirinya yang belum siap mempunyai anak pada Chavi.
"papa tau kamu sedih perihal obrolan kita semalam, tapi bisa tolong pengertiannya? papi kamu belum siap kasih kamu adik, kita ngga bisa maksa itu Chavi, papa minta tolong" ucap Marvel yang sedikit emosi karena menurutnya sifat Chavi sangat kekanakan.
"bukannya semalem Chavi udah bilang ngga papa ya kalo emang papi belum siap, terus salah Chavi dimana pa?" tanya Chavi menatap Marvel sendu.
"pagi-pagi udah cemberut dan ngga nyapa balik papa sama papi, itu kamu lagi marah kan?" ucap Marvel lagi.
"okee, Chavi minta maaf kalo sikap Chavi buat papa sama papi ngga nyaman, maaf juga karena Chavi minta adik, maaf karena Chavi pengen punya temen main, harusnya Chavi ngga boleh egois kan?" ujar Chavi yang tak ingin semuanya semakin rumit.
"sayang, papi bukan ngga mau, cuma papi belum siap untuk saat ini, maafin papi nak" ucap Havian penuh rasa bersalah.
"papi ngga perlu minta maaf, disini yang salah Chavi karena udah minta yang aneh-aneh" Chavi menatap Havian sedih.
"Chavi berangkat sekolah dulu, hari ini Chavi nginep dirumah Gammy, permisi" ucap Chavi berpamitan.
Semua yang berada dimeja makan pun melihat Chavi yang berlari menjauh, Marvel mengusap wajahnya kasar tanda dirinya sedang mengontrol amarah, Havian menunduk sedih, kini dirinya semakin merasa bersalah pada anaknya itu, apalagi Chavi sampai berpamitan untuk menginap dirumah bubu karena mungkin Chavi masih terlalu sedih.
Tala menggeleng pelan lalu menatap anak serta menantunya bergantian, kini dirinya sudah paham apa yang sedang mereka ributkan, Tala paham mungkin anaknya itu belum mau memiliki anak karena ada alasan tertentu, tapi Tala juga paham bagaimana sedihnya jadi Chavi.
"Marvel, ngga gitu cara kamu minta pengertian sama Chavi buat masalah ini, Chavi masih terlalu muda untuk berfikir jauh, harusnya kamu bisa lebih bijak" nasihat Tala pada menantunya itu.
"Marvel cuma ngga mau kalo Chavi maksain keinginannya supaya papinya hamil mi, apalagi dedek Avi belum siap buat punya anak, Marvel cuma pengen Chavi paham" jawab Marvel pelan.
"iya mami paham, tapi kamu terlalu keras sama Chavi, dia ngga bisa digituin, kamu papanya loh, harusnya kamu paham gimana sifat anak kamu" ucap Tala lagi.
"sekarang dedek, mami mau tanya, apa alesan dedek belum mau punya anak?" tanya Tala pada anak semata wayangnya itu.
"dedek takut, dedek takut ngga bisa jadi orang tua yang baik buat anak dedek kalo dedek hamil dalam keadaan belum siap, dedek mau kok nurutin maunya Chavi, tapi dedek masih berat mi, belum siap" ujar Havian sedih.
"harusnya kalian lebih bisa kasih perhatian biar perlahan Chavi paham, bukan dengan cara langsung nolak mentah-mentah dan akhirnya buat Chavi semakin sedih" Tala mengungkapkan isi pikirannya, merasa kasihan pada Chavi karena perdebatan tadi.
"mami paham banget apa yang lagi dedek rasain, tapi apa salahnya kita juga ngerti sama Chavi yang pengen punya teman main, mungkin ini semu akarena Chavi ngerasa kesepian karena kalian sibuk kerja" ucap Tala pelan.
"mi dedek harus gimana, Chavi pasti sedih banget dan ngerasa ngga ada yang mau ngertiin dia, Chavi sampai mau nginep dirumah bubu, itu berarti Chavi ngga mau ketemu papa sama papinya, iya kan mi?" ujar Havian kebingungan.
"yang paling penting sekarang, kalian harus serius obrolin masalah ini berdua, bukan cuma ada ketakutan ketika dedek bisa punya anak, tapi dedek juga akan nemuin hal baiknya, jadi orang tua emang ngga mudah, tapi selama kalian dikelilingi sama orang yang sayang dan mau bimbing kalian, itu semua ngga akan kerasa berat, percaya sama mami" ujar Tala bijak.
Marvel dan Havian hanya diam, mereka paham apa yang baru saja dikatakan Tala merupakan nasihat baik untuk keduanya, mereka benar-benar harus mencari solusi agar ketakutan Havian memiliki anak itu bisa hilang, karena seorang anak itu sangat penting didalam hubungan rumah tangga, karena hadirnya anak, akan menjadikan keluarga kecil Marvel dan Havian nantinya terasa lengkap dan pastinya akan lebih banyak lagi kebahagiaan.
Marvel sendiri kini masih memikirkan bagaimana sedihnya Chavi saat ini, dirinya memang terlalu keras ketika berbicara dengan Chavi tadi, akhirnya Marvel malah merasa bersalah sendiri.
"pikirin semuanya baik-baik, jangan biarin Chavi mikir kalau dia sendiri yang ingin keluarga kalian lebih bahagia, melalui hadirnya sosok adik" Joseph ikut menasehati anak serta menantunya itu.
"mau sesusah apapun itu, kalo kalian jalanin semuanya pakai cinta, itu semua akan terasa lebih mudah dan menyenangkan" ujar Joseph lagi.
"daddy sama mami bener, harusnya Marvel sebagai kepala rumah tangga harus bisa lebih bijak, setelah ini Marvel sama dedek bakal obrolin berdua dan cari solusi" ujar Marvel penuh penyesalan karena telah membuat anaknya sedih.
"yaudah kalo gitu kalian sarapan dulu" ucap Tala pelan.
Keduanya mengangguk dan mulai memakan sarapan mereka, setelah ini mereka benar-benar akan mencari solusi terbaik untuk keluarga kecil mereka, terutama Marvel, Marvel benar-benar tak mau membuat dua orang yang begitu ia sayangi terlalu lama merasakan kesedihan.
Mereka akan menjemput Chavi nanti setelah pulang bekerja dan bisa membicarakan semuanya lagi dengan cara yang lebih baik, mereka hanya berharap nantinya akan ada solusi terbaik agar keluarga kecil mereka bisa selalu bahagia.
TBC!!!
KAMU SEDANG MEMBACA
Affection (Markhyuck + Chenle)
FantasyHavian anak tunggal kaya raya yang tidak memiliki minat meneruskan perusahaan daddynya, memilih untuk menjadi guru disebuah sekolah, Awalnya Havian kira menjadi guru adalah sebuah pekerjaan yang menyenangkan, namun kesabarannya diuji ketika harus me...