Sudah 2 bulan sejak kepulangan Marvel dan Havian dari honeymoon, Marvel dan Havian tetap melakukan pekerjaan kantornya sesudah pulang dari sana, dan sebenarnya sudah 3 hari lebih Havian merasakan mual dan mood yang naik turun, awalnya Havian berfikir dirinya hanya masuk angin saja, namun pikiran lainnya juga berfikir bahwa itu juga gejala-gejala yang bisa disebabkan karena dia bisa jadi sedang mengandung anak dari suaminya itu.
1 hari lalu Havian sempatkan diri untuk mampir ke salah satu apotek dan membeli sebuah testpack, dan betapa bahagianya Havian ketika mendapati testpack itu menunjukkan garis 2, yang artinya dirinya benar-benar sedang mengandung.
Setelah mengecek dengan testpack dikantornya, Havian segera menuju rumah sakit terdekat untuk memeriksakan keaadaanya, Havian ingin validasi dari dokter untuk mengetahui sudah berapa minggu atau bulan dirinya mengandung.
Sesampainya dirumah sakit Havian mendatangi resepsionis dan mengatakan ingin bertemu dokter kandungan, dan Havian diarahkan untuk menunggu di kursi tunggu sebuah ruangan untuk menunggu giliran dirinya diperiksa.
Setelah diperiksa oleh dokter kandungan, Havian mendapatkan kabar yang sangat ia tunggu-tunggu, kini dirinya benar-benar sedang hamil dan memasuki minggu ke 3, Havian sempat menangis terharu karena akhirnya keinginan keluarga kecilnya terpenuhi, yaitu memiliki anggota baru untuk keluarga kecil mereka.
Havian berfikir untuk tak langsung memberi tahu suaminya dan juga keluarganya yang lain, Havian ingin dirinya memberi tahu mereka semua secara bersamaan, dan semalam dirinya meminta Marvel untuk hari ini ia kumpulkan semua keluarga Williams dan keluarga Feivel, dengan alasan dirinya ingin menghabiskan waktu bersama keluarga besar mereka berdua karena sudah lama mereka tak berkumpul.
Kini Semua anggota keluarga sudah berkumpul di taman belakang rumah Feivel, Havian menatap satu persatu anggota keluarga besarnya, dirinya tak sabar untuk memberitahu kabar bahagia ini kepada semua orang yang pasti akan ikut merasa bahagia.
Havian duduk disebuah kursi dengan Nara disampingnya, Havian memakan beberapa buah anggur sambil melihat dimana keluarga Feivel dan Williams sesekali bercanda.
"sayang, mau cheesecake ngga? tadi bubu yang bawa" ucap Marvel ketika menghampiri istri cantiknya itu.
"engga ah kak, dedek enek kalo makan keju" ujar Havian pelan.
"enek? biasanya engga loh, kamu kan suka banget sama apapun yang ada keju-nya" Marvel terlihat kebingungan.
"hehe, mungkin lagi ngga pengen aja" ujar Havian sedikit gelisah.
Havian menyengir canggung, dirinya hampir keceplosan sebelum memberi tahu surprise hari ini, akhirnya sebelum semuanya berakhir kacau dengan dirinya yang tak jago berbohong itu pun Havian berencana akan melakukan semua hal yang sudah ia atur untuk ia mulai.
Havian berdiri dari duduknya lalu mendekati para orang tua yang sedang duduk disebuah bangku panjang sambil mengobrol-ngobrol ringan.
"daddy, dulu daddy kayaknya punya kamera, masih ada ngga dad?" tanya Havian sambil memegang lengan kekar daddy-nya.
"masih sayang, ada dikamar daddy, kenapa hmm?" tanya sang daddy dengan nada lembutnya.
"pengen foto bersama hehe, dedek boleh pinjam?" Havian menyengir lebar.
"boleh sayang, mau daddy ambilkan?" tanya Joseph pelan.
"boleh, minta tolong ya daddy" Havian lagi-lagi tersenyum manis.
"iya sayang, sebentar yaa" jawab Joseph penuh kasih sayang.
Joseph mengusak rambut Havian gemas lalu pergi menuju kamarnya untuk mengambil kamera dan juga tripod agar bisa berfoto menggunakan timer supaya tidak perlu ada yang bergantian memoto.
Setelahnya Joseph kembali ketaman belakang lalu mulai memasang tripod dan kamera-nya sesuai dengan pencahayaan yang bagus agar hasil fotonya juga bagus.
Seluruh anggota keluarga sudah ditata. Jeffry, Tira, Joseph dan juga Tala duduk dikursi panjang paling depan, dibelakangnya ada Marvel, Havian, Jericho, Nara dan juga Chavi yang berdiri dibelakang sambil merangkul satu sama lain.
Timer sudah dinyalakan 10 detik, setidaknya agar mereka semua siap untuk melakukan pose terbaik agar hasil fotonya juga bagus, ketika timer hanya tinggal 5 detik lagi, Havian segera berteriak.
"I'M PREGNANT !!!" teriak Havian kencang.
Semuanya menoleh kearah Havian, dimana Havian kini sudah tertawa dengan mata yang berkaca-kaca sambil mengangguk, tatapan mata seluruh anggota membuat Havian terharu, mereka semua terlihat terkejut menerima kabar ini.
Tala berdiri dari duduknya dan mendekati anak semata wayangnya itu.
"sayang? kamu hamil?" tanya mami Havian dengan raut terkejutnya.
"iya mami, baru 3 minggu hehe" jawab Havian sambil tersenyum malu.
Seluruh anggota keluarga berhamburan memeluk Havian, semuanya menangis bahagia, apalagi Chavi yang terus memeluk Havian sambil menangis keras, Havian mengelusi punggung Chavi agar anaknya itu berhenti menangis.
Havian dihadiahi kecupan-kecupan dikepala kecilnya, lalu perhatian Havian teralih pada suaminya yang kini terduduk lemas dikursi, menutupi wajahnya dengan kedua tangannya sambil menangis bahagia, Havian mendekat lalu memeluk Marvel erat, hal itu membuat Marvel membalas pelukan itu, Marvel menatap Havian lekat lalu mengecup perut Havian yang masih rata itu.
"sayang, terimakasih yaaa? terimakasih karena dedek hamil anak kakak" Marvel mengecupi kedua tangan Havian.
"sama-sama kakak, bantu dedek jagain anak kita yaa? ini pengalaman pertama dedek, jadi dedek belum yakin bisa apa-apa sendiri" Havian mengusak rambut suaminya lembut.
"pasti sayang, kakak bakalan selalu jagain kamu dan anak-anak kita, I love you" ucap Marvel lalu berdiri dan memeluk Havian sambil sesekali mengecup pelipis Havian.
"I love you too kakak" jawab Havian.
"Avi, selamat ya atas kehamilan kamu, papa cuma bisa kasih doa terbaik buat kamu dan calon anak kamu, bahagia terus ya nak?" Jeffry mengelus rambut Havian dan Havian pun mengangguki ucapan papa mertuanya itu.
"akhirnya anak cantiknya bubu bakalan kasih cucu, terimakasih ya sayang, bubu sayang sekali sama dedek Avi" Tira memeluk Havian gemas, dan Havian membalas pelukan itu.
"congratulations Avi sayang, gue seneng banget dapet berita sebahagia ini, sehat-sehat terus yaa buat Io dan calon anak lo" Nara memeluk sambil mengusapi punggung Havian.
"makasih loh udah kasih gue ponakan baru, congrats yaa" ujar Jericho menambahi dan Havian hanya mengangguk sambil tersenyum.
"sayangnya mami sehat-sehat yaa, ngga boleh kecapean pokoknya, mami pasti bantu dedek jagain anak yang lagi dedek kandung, terimakasih udah kasih mami cucu, terimakasih sayang" Tala memeluk Havian erat, sungguh kini hatinya begitu bahagia.
"anak kecilnya daddy udah mau punya anak nih, terimakasih udah kasih cucu buat daddy dan mami ya sayang, daddy bakalan kasih apapun yang dedek mau, dedek juga jangan sungkan minta apapun sama daddy, sekali lagi selamat sayang, bahagia selalu" Joseph mrmbawa tubuh Havian untuk dipeluk erat, dan Havian mengangguk dalam pelukan itu.
"papi, terimakasih sudah kasih Chavi adik, Chavi bahagia banget akhirnya bisa punya adik, papi sehat-sehat yaa, ngga boleh kerja terus, nanti capek, papi kasih tau kalo lagi butuh apapun, Chavi bakalan bantu papi dan selalu ada buat papi, sekali lagi terimakasih papi" Chavi menatap Havian sendu, merasa sangat bahagia karena doa-nya untuk segera mendapat adik sudah terkabul.
"terimakasih buat semua doa baiknya ya, aku sayang kalian semua, terimakasih karena selalu support apapun yang aku lakuin dan selalu apresiasi hal kecil ataupun besar yang aku lakuin, semoga dengan adanya anak yang lagi aku kandung, kebahagiaan dalam keluarga besar kita semakin bertambah yaa, terimakasih semuanya" Havian berujar dengan senyum tulusnya, membuat semua yang mendengar itu tersenyum manis.
Mereka semua kembali berpelukan erat, setelahnya mereka kembali melakukan sesi foto-foto agar bisa dijadikan kenangan, hari ini adalah hari dimana Havian mengumumkan dirinya hamil kepada semua anggota keluarganya dan itu adalah moment yang sangat-sangat disayangkan untuk dilewatkan, hal yang Havian rasakan adalah semakin banyaknya kebahagiaan yang meliputi keluarga mereka, dan Havian berdoa agar itu semua bisa bertahan untuk waktu yang sangat-sangat lama.
TBC!!!
KAMU SEDANG MEMBACA
Affection (Markhyuck + Chenle)
FantasyHavian anak tunggal kaya raya yang tidak memiliki minat meneruskan perusahaan daddynya, memilih untuk menjadi guru disebuah sekolah, Awalnya Havian kira menjadi guru adalah sebuah pekerjaan yang menyenangkan, namun kesabarannya diuji ketika harus me...