# 1 Tahun KemudianAnak perempuan yang setahun lalu Havian lahirkan sudah pandai berbicara meskipun masih cadel, sekarang juga sudah bisa berjalan dan tak mau diam, membuat Havian terkadang gemas dan juga pusing karena anaknya begitu aktif.
Setelah kelahiran Zizi, Marvel dan Havian memutuskan untuk menyewa sebuah apartement, mereka belum juga membeli rumah karena memang tak ada rumah yang sesuai dengan keinginan Havian, jadi mereka memutuskan untuk menyewa apartement sampai nanti Marvel bisa menyelesaikan renovasi, karena memang Marvel membeli sebuah rumah, masih satu komplek dengan rumah keluarga Feivel, Marvel memutuskan untuk merenovasinya terlebih dahulu agar rumah itu bisa sesuai dengan apa yang Havian mau.
Siang ini Havian sedang sibuk membereskan apartemennya, aktivitas seharu-hari yang memang biasa Havian kerjakan sendiri, sembari menyambi bermaun dengan sikecil Zizi.
Havian memperhatikan bagaimana Zizi bermain dengan bonekanya, Zizi sesekali menatap Havian dan menyengir begitu lebar, membuat Havian yang merasa gemas pun mendekati anaknya itu lalu mengecupi seluruh wajah Zizi, Zizi yang diperlakukan seperti itu langsung tertawa geli, mendorongi wajah papinya agar mau berhenti menciuminya.
"Gemas sekali anak papi" puji Havian pada anak perempuannya itu.
"Gelii, papi nda boyeh ciyum-ciyum adik Zizi teyus" rengek sikecil sambil memasang wajah merengutnya.
"kok ngga boleh? papi sedih sekali, papi jadi ingin menangis" wajah sedih Havian buat-buat, bermaksud untuk meledek anaknya.
"no no nangis papi, adik Zizi maaf" Zizi sudah akan menangis, membuat Havian sedikit panik.
"yaudah coba peluk dulu papinya, nanti papi maafin" ujar Havian akhirnya.
Anak perempuan Havian itu berdiri dari duduknya lalu memeluk leher sang papi, Zizi juga memberi satu kecupan pada pipi sang papi agar papinya itu tak sedih lagi, memang Zizi ini anak yang sungguh penyayang dan berhati lembut, bahkan ketika Havian pura-pura menangis untuk menjahilinya, dirinya akan ikut menangis karena merasa kasihan.
Havian memeluk tubuh kecilnya itu, Havian membawa tubuh Zizi untuk ia pangku, dan menepuk-nepukan tangan kecil Zizi sambil bernyanyi pok ame-ame, Zizi yang belum hafal lagi itu hanya tertawa-tawa pelan.
Pin apartement berbunyi, Havian menoleh kearah pintu dan mendapati suami serta anak sulungnya yang baru pulang kerumah, sudah jadi rutinitas Marvel untuk pulang kerumah disiang hari untuk makan siang bersama istri dan kedua anaknya.
Wajah Zizi begitu sumringah, merentangkan tangannya lalu meminta untuk digendong oleh sang papa, Marvel yang melihat itu pun tersenyum gemas, menaruh ponselnya pada sofa lalu menggendong anak cantiknya, sambil dicium gemas pipi gembil anak itu.
"papa pulang, papa pulang" ujar sikecil berceloteh.
"haha iya sayang, papa pulang, princess-nya papa sudah mam belum ini hmm?" Marvel rapihkan rambut anak cantiknya itu.
"belum, papi bilangna tunggu papa cama kakak" Zizi memainkan dasi sang papa.
"kakak bawa jelly loh, siapa yang mauu?" ucap Chavi untuk mengalihkan atensi adiknya, dan berhasil, Zizi langsung menatap kearahnya dengan mata yang berbinar.
"adik mauu, adik mauu jelly kakak" ujar Zizi semangat.
"kasih kakak kiss dulu" ucap Chavi menunjuk pipinya.
Zizi merengek minta diturunkan dari gendongan sang papa, Marvel menggeleng karena anaknya itu memang suka sekali pada jelly, Marvel turunkan Zizi lalu Zizi berlari menuju Chavi yang kini sudah berlutut dan memegang beberapa bungkus jelly, Zizi dengan cepat mengecup kedua pipi kakaknya, dan dirinya tersenyum bahagia setelah sang kakak memberinya jelly-jelly itu.
Zizi duduk dihadapan Havian dengan jelly-jelly yang ia taruh diatas karpet berbulu itu, memberi satu pada papinya agar di kupaskan, supaya Zizi cepat memakan jelly itu.
"makan 2 saja ya sayang, adik no no makan jelly banyak-banyak" peringat Havian pada Zizi.
"3 boleh ngga papi? pleaseee" anak itu membuat wajah gemasnya, berharap papinya mau menuruti keinginannya.
"udah bisa nawar ya sekarang, 2 atau ngga jadi papi bukain" Havian berujar lembut, dirinya hanya tak mau anaknya terlalu banyak makan-makanan luar, kalau jelly buatan Havian memang biasanya Havian sendiri memperbolehkan Zizi untuk makan lebih banyak.
"otee 2 caja papi hehe" ujar sikecil sambil menyengir.
Havian tersenyum ketika anaknya begitu penurut, dirinya lalu membukakan bungkus jelly itu dan memberikannya pada Zizi, setelahnya Havian berjalan menuju dapur dan menyiapkan makanan yang sempat ia masak untuk dihidangkan diatas meja makan.
Havian juga menyiapkan kursi bayi untuk Zizi duduk karena Zizi memang masih harus disuapi ketika makan, setelah semuanya siap, Havian baru menggendong Zizi untuk duduk dikursi yang sudah ia sediakan, kemudian Marvel serta Chavi pun bergabung dimeja makan itu.
"bahan makanan masih ada yang?" tanya Marvel setelah meminum air putih digelas besarnya
"untung mas ingetin, udah pada habis mas, tapi mas masih harus balik kekantor yaa?" Havian bertanya sambil memasangkan celemek kecil agar baju Zizi tak terkena noda makanan.
"ngga papa mas temani kamu belanja bahan makanan dulu, nanti baru mas balik kekantor, anak-anak gimana?" tanya Marvel, biasanya memang anak-anak akan dititipkan pada bubu atau mami ketika mereka berdua sedang ada urusan.
"adik biar kakak yang jagain aja, papa sama papi ngga lama kan?" tanya Chavi memberi saran.
"papi mau kemanaa? adik ditinggal?" suara kecil Zizi terdengar merengek, anak itu tidak suka ditinggal, Havian tau itu.
"duhh jadi ngga tega, tapi susah juga kalo adik ikut, pasti bawaan kita banyak" ujar Havian bingung.
"gini aja, kakak sama adik ikut, tapi nanti papa sama papi minta tolong biar kakak jagain adik ya pas disana, biar papa sama papinya belanjanya juga bisa cepet, kasian adik kalo udah mau ditinggal papinya pasti rewel" ucap Marvel memutuskan.
"ehh boleh deh pa gitu aja" jawab Chavi lalu memakan makanannya.
"adik ikut, tapi sekarang mam dulu yaa?" bujuk Havian lalu mengelus rambut panjang Zizi.
"Otee papi tantikk" Havian tersenyum kala mendengar pujian yang keluar dari mulut anak manisnya itu, pasti dirinya sering mendengar papanya mengatakan itu.
"terimakasih sayang, adik juga cantik" Havian mengelus pipi gembil Zizi.
"hihi maaci papi" ujar Zizi pelan.
"lucu banget, gemesss" ujar Chavi kegemasan.
Havian tersenyum pada Chavi yang baru memuji adiknya itu, kemudian mereka melanjutkan makan siang, dengan Havian yang sesekali menyuapi Zizi, Havian juga beri kesempatan pada anak cantiknya itu untuk memegang makanannya sendiri agar bisa belajar juga, sebenarnya anak umur 1 tahun seperti Zizi sudah bisa dilatih makan sendiri, tapi Havian masih ada rasa takut karena beberapa hari lalu Zizi pernah tersedak jagung yang mungkin anak itu tidak kunyah dengan baik, hal itu membuat Zizi terus saja batuk dan membuat Havian panik.
Mungkin Havian harus lebih memperhatikan makanan Zizi, dan tentunya Havian akan lebih hati-hati lagi supaya kejadian seperti itu tak terjadi lagi. Mereka kembali memakan makan siangnya lagi baru setelah itu mereka akan pergi menuju supermarket untuk berbelanja kebutuhan dapur.
TBC!!!
KAMU SEDANG MEMBACA
Affection (Markhyuck + Chenle)
FantasiHavian anak tunggal kaya raya yang tidak memiliki minat meneruskan perusahaan daddynya, memilih untuk menjadi guru disebuah sekolah, Awalnya Havian kira menjadi guru adalah sebuah pekerjaan yang menyenangkan, namun kesabarannya diuji ketika harus me...