Hari ini adalah hari kepulangan Marvel dari rumah sakit, Havian beserta kedua orang tuanya sudah selesai sarapan dan akan segera menuju rumah sakit dimana Marvel dirawat.
Begitu sesampainya mereka disana, ketiganya langsung berjalan kearah ruangan Marvel, dan terlihat Marvel yang sudah memakai baju kesehariannya, memang dokter meminta untuk Marvel menghabiskan infusnya terlebih dahulu baru dirinya akan dipulangkan.
"udah enakan bro badannya?" tanya Joseph pada Marvel.
"udah uncle, uncle ngga kekantor? kok ikut jemput Marvel?" Marvel bertanya balik.
"urusan kantor udah dihandle sekertaris uncle kok, paling habis anter kamu, baru uncle berangkat kekantor" Joseph tersenyum kearah Marvel.
"maaf ngerepotin uncle sama auntie ya?" Marvel menatap Joseph dan Tala bergantian.
"Jangan ngomong gitu nak, Avel kan anak daddy dan mami juga" peringat Tala yang membuat Marvel tersenyum tak enak.
Marvel mengangguk paham, kemudian matanya teralih pada Havian yang menatapnya dalam diam, mungkin anak itu masih bingung harus apa, karena Marvel menolak untuk dibantu 3 hari lalu, karena Havian pun tak datang kerumah sakit untuk sekedar menjenguk Marvel selama 3 hari itu, Marvel yakin Havian marah padanya, namun mengapa hari ini Havian ikut menjemputnya?.
Havian yang sedari tadi terdiam tiba-tiba, mengalihkan pandangannya pada Chavi yang mendekatinya, Chavi menggenggam tangan kiri Havian, dan hal itu membuat Havian menatap Chavi lekat.
"auntie Nara bilang kakak Havian resign dari Neo, kenapa ngga kasih tau Chavi?" Chavi terlihat sangat sedih, membuat Havian merasa kasihan.
"ohh Chavi udah tau ya, maafin kakak ya nggan gasih tau Chavi dulu, kemarin kemarin kan Chavi masih sedih karena keadaan papa, kakak ngga mau bikin Chavi makin sedih" Havian mengelus rambut Chavi sayang.
"kenapa kakak resign? Chavi kan udah ngga nakal" tanya Chavi sambil merengek.
"sayang kakak minta maaf, kakak harus lanjutin bisnis daddy-nya kakak, makanya kakak resign" ucap Havian menjelaskan.
"Chavi sayang ngga peru sedih Nak, nanti Chavi bisa sering main sama kakak Havian kok, tapi memang kakak Havian udah ngga bisa lanjut di Neo" ujar Tala bermaksud membuat Chavi paham.
"bener ya mimi? Chavi mau ajak kakak ketempat favorit Chavi sama papa" Chavi menatap mimi Tala dengan matanya yang sayu.
"nanti biar mimi yang ingetin biar kakak Havian nya bisa sering main sama Chavi ya? ngga papa kalo kakakaya resign?" mimi Tala mengusap pipi tembam Chavi lembut.
"Chavi sedih tapi ngga papa kalo emang kakak maunya gitu, Chavi boleh minta peluk?" tanya Chavi memasang wajah memelas.
"Sini anak baiknya kakak" Havian merentangkan kedua tangannya.
Chavi menelusup masuk kedalam pelukan Havian, rasanya sedih saat mengetahui guru kesayangannya itu harus keluar dari sekolah, namun Chavi tau Havian masih akan terus memiliki waktu untuknya walaupun sudah tak menjadi guru BK di Neo, karena mami dari Havian itu sudah menjanjikannya pada Chavi.
Sedangkan Marvel sedang berfikir apakah ini ada hubungannya dengan masalah mereka? mengapa Havian sampai keluar dari Neo? banyak sekali pikiran-pikiran yang membuat Marvel terus bertanya, sebenernya bagaimana keadaan hati Havian saat ini?, Marvel bahkan tak bisa menebaknya.
"emangnya Avi udah mau lanjuin bisnis punya lo Jo?" tanya Jeffri pada sahabatnya itu.
"katanya sih udah siap, ngga papa lah sambil belajar juga" jawab Joseph sambil tersenyum.
"semoga lancar lanjutin perusahaan daddy ya nak, jangan lupa buat sering main kerumah bubu, biar Chavi ngga rewel" bubu tersenyum cantik membuat Havian mengangguk dan membalas senyuman itu.
"iya bubu, nanti Avi atur jadwalnya biar ada waktu main sama Chavi juga" ucap Havian sambil menatap Chavi yang kini sudah melepas pelukan mereka.
"tapi kalo sibuk ngga usah maksain nak, seenjoy-nya Avi aja" ujar Jeffri menambahi.
"okeyy papa Jeff" Havian tersenyum manis.
Infus ditangan Marvel sudah habis dan baru dibantu lepas oleh salah satu suster disana, Jeffri dan Joseph membopong Marvel untuk duduk dikursi roda karena kakinya belum memungkinkan untuk memakai kruk.
Havian merangkul tangan daddy-nya dan berbisik pelan untuk memberi tau sang daddy bahwa dirinya ingin mendorongkan kursi roda yang Marvel duduki sampai ke lobby, dan daddy-nya itu hanya tersenyum.
"ayo dedek, bantu dorong kursi kakak Avel sampai ke lobby ya" unar Joseph yang membuat semua tersenyum setuju, kecuali Marvel yang kini terdiam menatap Havian.
"iya daddy" Havian tersenyum lebar.
Havian menjawab dengan semangat, membuat daddy-nya itu menggeleng karena kelakuan anaknya, sedangkan Marvel yang tadinya ingin menolak karena takut merepotkan Havian pun merasa tak enak karena itu perintah dari daddy Havian sendiri.
Sesampainya mereka di lobby, mobil yang supir keluarga William bawa sudah sampai dilobby, dan dengan hati-hati Jeffri dan Joseph kembali membopong Marvel untuk naik kedalam mobil, setelah Marvel berada didalam Havian menatap daddy-nya lagi, ingin rasanya duduk di dalam mobil yang sama dengan Marvel supaya dirinya bisa sedikit mengobrol, dan beruntung daddy-nya sangat peka.
"dedek temenin kakak Avel dimobil ini ya, daddy sama mami, bubu sama papa Jeff dan Chavi" ucap Joseph lagi.
"ayo Avi masuk nak, biar kita bisa langsung pulang" ujar papa Jeff sambil mendorong pelan punggung Havian.
Havian mengangguk excited dan segera masuk kedalam mobil lalu duduk disamping kursi yang Marvel duduki, lagi-lagi Marvel tak bisa menolak karena merasa tak enak pada daddy dan mami Havian.
Selama diperjalanan, Havian terus memperhatikan kaki Marvel yang memakai gips yang di luruskan kedepan itu, Havian tersenyum lalu membuka tasnya, Havian ambil sebuah spidol lalu membungkuk pelan untuk menulis sesuatu pada gips yang Marvel gunakan, dan Marvel hanya melihat itu dan tersenyum tipis karena Havian menuliskan sebuah kalimat "Kakak Avel ganteng harus semangat pulih" dan diakhiri dengan tanda tangan dari pria manis yang lebih muda itu.
"Kakak Avel nanti bakalan ada jadwal kemo kan? boleh ngga kalo nanti dedek Avi lihat?" pinta Havian sambil menatap Marvel lekat.
"Havian, saya beneran ngga pengen ngerepotin kamu" ucap Marvel membalas tatapan itu tak kalah lekat.
"kakak ngga ngerepotin, ini dedek Avi yang mau kok" ucap Havian kekeh yang membuat Marvel hanya terdiam.
Marvel menggeleng pelan karena Havian kekeh untuk membantunya, Marvel sebenarnya hanya merasa malu karena dirinya seperti sangat terlihat lemah, apalagi ketika nanti sudah waktunya kemo, Havian yang akan membantunya akan melihat bagaimana dirinya berjalan tertatih dan Marvel malu.
Sedangkan Havian yang tak mendapatkan jawaban dari Marvel pun tersenyum manis karena Havian akan tetap menemani Marvel untuk menjalani kemo-nya, tak perduli akan mendapat penolakan lagi nantinya.
TBC!!!
KAMU SEDANG MEMBACA
Affection (Markhyuck + Chenle)
FantasyHavian anak tunggal kaya raya yang tidak memiliki minat meneruskan perusahaan daddynya, memilih untuk menjadi guru disebuah sekolah, Awalnya Havian kira menjadi guru adalah sebuah pekerjaan yang menyenangkan, namun kesabarannya diuji ketika harus me...