Havian turun kebawah begitu sudah berganti baju, berjalan kearah maminya yang sedang menata buah-buahan yang mungkin sempat dibeli tadi untuk dibawa menjenguk temannya, setelah itu mami tersenyum menatap anak semata wayangnya yang sudah terlihat cantik itu lalu setelahnya mengajak Havian keluar untuk masuk kedalam mobil.Mami mengemudikan mobilnya dengan santai, tentu mami bersama Havian menikmati perjalanan sambil mendengarkan musik, dan beberapa saat kemudian mereka sampai dirumah sakit dan segera pergi menuju ruang rawat teman maminya itu.
Hanya menghabiskan waktu sekitar 20 menit bagi mami dan Havian untuk menjenguk teman arisan maminya itu, setelahnya mereka berpamitan dan keluar dari ruangan itu.
Baru berjalan beberapa langkah, langkah Havian memelan karena dari jauh dirinya melihat Nara dan Chavi sedang berjalan menuju sebuah lift, Havian mencekal tangan maminya lalu menanyakan apakah yang sedang Havian lihat itu benar Nara dan Chavi atau bukan, tapi untuk apa mereka berdua dirumah sakit?, kemudian Havian meminta pada maminya untuk mereka berdua menghampiri Nara dan Chavi.
"Nara, Chavi, kalian disini?" tanya Havian dengan taut bingung.
Baru saja Nara akan menjawab pertanyaan Havian, dirinya ingat papa Jeff sempat memintanya untuk tak membicarakan soal Marvel yang mengalami kecelakaan, Nara meneguk ludahnya kasar karena dirinya tidak biasa berbohong pada sahabatnya itu, Nara harus bagaimana ya?.
Namun hal yang terjadi berikutnya adalah Chavi yang menjawab pertanyaan Havian dengan raut polosnya, dan yang Nara lakukan hanya mengerjapkan matanya pelan karena setelah ini pasti akan terjadi sesuatu lagi.
"papa Chavi kemarin habis kecelakaan, makanya kita disini, kakak sama mimi ngapain dirumah sakit?" ujar Chavi polos.
"papa kamu kecelakaan?, nak, kamu ngga lagi bercanda kan?" Tala menyela pertanyaan yang Chavi tanyakan.
"Chavi ngga mungkin bercanda hal kaya gini mimi, papa beneran dirawat dirumah sakit ini" ucap Chavi lagi.
"Ra, lo kok ngga cerita sama gue?" Havian menatap Nara dengan wajah sedih.
"sorry vi, papa Jeff yang minta gue buat ngga usah kasih tau lo sama daddy dan mami" ucap Nara pelan.
"dimana ruangan mas Marvel? Ra, gue mau lihat keadaan mas Marvel" Havian merasa sangat khawatir pasalnya kemarin mereka habis mengobrol dan berakhir dengan kurang baik.
"tapi papa belum bangun dari kemarin, kakak tetep mau ketemu papa?" tanya Chavi lagi.
"astaga, sekarang Chavi kasih tau kakak dimana ruangan papa ya?kakak mau ketemu papa kamu" Havian meremat jari-jarinya sendiri karena semakin merasa khawatir.
"yaudah ayo ikut Chavi" ajak Chavi lalu menggandeng tangan Havian.
Nara hanya bisa menggaruk tengkuknya karena perasaan bingungnya, dan dirinya hanya bisa mengikuti langkah ketiga orang yang berjalan mendahuluinya, dan begitu mereka keluar dari lift, Havian dengan cepat berjalan kearah ruangan yang Chavi tunjuk, dan didepan ruangan itu ada bubu yang sedang duduk sambil melamun, hati Havian mencelos, mata bubu terlihat sangat sembab, Havian berjalan cepat lalu duduk disamping bubu, dan hal itu membuat bubu terkejut karena mengapa bisa Havian dan Tala berada disana? padahal Tira ingat mereka semua tak memberi tau keluarga Feivel mengenai kecelakaan yang Marvel alami.
"bubu, gimana keadaan mas Marvel?" tanya Havian tiba-tiba.
"kok Havian bisa disini? siapa yang kasih tau kamu kalo Marvel disini?" bubu balik bertanya sambil menatap Havian dan Tala dengan wajah sedikit terkejut.
"aku tau sendiri bu, tadinya aku kesini buat nemenin mami jenguk temennya, tapi aku lihat Nara sama Chavi makanya aku tanya, kata Chavi papanya habis kecelakaan kemarin" ujar Havian masih memasang raut khawatirnya.
"lo kenapa ngga kabarin gue Tir? Marvel kenapa bisa sampai kecelakaan?" tanya Tala pada sahabatnya itu.
"gue ngga mau ngerepotin kalian" ujar Tira pelan, sambil menunduk sedih.
"ngrepotin apa sih Tir, lo sahabat gue, Marvel juga udah kaya anak gue sendiri" ujar Tala yang tak percaya pada omongan Tira.
"udah lah Tal, yang penting kan lo udah tau sekarang" Tira merasa tak ingin berdebat sekarang.
"gue ngga akan pernah tau kalo tadi Havian ngga kebetulan lihat Nara sama Chavi, lo kenapa sih Tir" Tala menatap Tira kesal.
"mas Jeff bilang kita harus tau diri, dan ngga ngerepotin kalian lagi, kita bahkan udah ngga punya muka buat masih nganggep lo sama Jo sahabat kita" jawab Tira menatap Tala sendu.
Tala tarik tangan Tira untuk pergi dari sana, meninggalkan Havian, Nara dan Chavi disana, Tala bawa Tira menuju taman rumah sakit, Tala cukup merasa sedih saat Tira bahkan tak memberi taunya mengenai kecelakaan Marvel, padahal ini hal yang sangat besar, mungkin keluarga Feivel memang masih marah, tapi Tala tak akan tega untuk tak melihat keadaan Marvel kalau mereka langsung diberi kabar kemarin.
Tira menunduk sedih, merasa bingung karena takut Tala semakin marah padanya, namun detik berikutnya adalah tubuhnya yang ditarik untuk Tala peluk, dan saat itu juga Tira menangis tersedu-sedu sambil memeluk Tala erat, dan Tala ikut menangis karena merasa kasihan pada Tira, mereka melepaskan pelukan mereka saat dirasa mereka sudah cukup berbagi kesedihan.
"kata Chavi Marvel belum bangun dari kemarin, kecelakaannya parah ya Tir?" Tala bertanya lagi pelan.
"ya bisa dibilang cukup parah, tulang kaki Marvel retak parah, dan ada benturan keras dibagian kepala sama bahu kanan Marvel, gue takut Tal" Tira menatap Tala dengan mata yang sudah mengalirkan air mata lagi.
"lo jangan mikir yang aneh-aneh, Marvel pasti kuat, kita doain Marvel supaya cepet sadar dan kumpul lagi sama kita, lo jangan nangis terus, kasian Chavi karena dia pasti lebih kerasa sakit dan sedih lihat papanya kaya gini" ucap Tala memberi nasihat pada Tira sambil sesekali mengusap paha Tira lembut.
"gue kasihan aja sama Marvel, karena harus terlahir dari rang tua kaya gue, gue banyak korbanin kebahagiaan dia karena gue ngga mampu lawan orang tua-nya mas Jeff dulu, semua yang Marvel jalanin dan sekarang jadi kaya gini tuh semua salah gue, semuanya karena kesalahan gue Tal" Tira semakin menangis karena perasaan bersalah yang begitu dalam, apalagi setelah masalah keluarganya dengan keluarga Tala tempo hari.
"rasanya sakit banget harus nerima kenyataan Marvel kecelakaan untuk yang kedua kalinya, gue ngga tega lihat dia yang pasti lagi kesakitan banget sampai dia ngga bangun-bangun dari kemarin" isak Tira sedih.
"lo harus kuat buat Marvel, jangan bicara yang ngga-ngga Tir, lo udah berusaha buat jadi orang tua yang baik buat Marvel kok, jangan nyalahin diri sendiri kaya gini, Marvel juga ngga akan suka kalo lihat lo kaya gini" Tala merasa sangat sedih melihat sahabatnya itu terus saja menyalahkan diri sendiri.
"maafin gue karena udah rebut kebahagiaan dedek Avi ya Tal? gue minta maaf sebesar-besarnya, semuanya salah gue Tal, Marvel ngga tau apapun karena dia hilang ingatan, gue yang ngga bisa jadi orang tua tegas buat kebahagiaan anak gue dan bikin semuanya rumit kaya sekarang" Tira mengusap air matanya kasar.
"gue beneran udah maafin kalian kok, cuma mungkin perlu beberapa waktu buat kita terbiasa sama keadaan, sekarang kita fokus sama kesembuhan Marvel dulu Tir itu yang lebih penting" ucap Tala lagi masih terus mengusap paha Tira.
"terimakasih, masih perduli sama gue dan keluarga gue Tal, gue terlalu malu buat dianggap sahabat sama orang sebaik lo" ucap Tira menatap sahabatnya dengan tatapan sedih dan merasa bersalah, hidupnya kini dipenuhi dengan perasaan bersalah pada orang-orang disekitarnya.
Tala mengangguk pelan lalu kembali memeluk tubuh sahabatnya itu, Tala tau ini semua tak mudah untuk keluarganya dan menganggap semuanya baik-baik saja setelah semua yang terjadi, namun Tala harus mendukung Tira karena pasti sahabatnya itu sedang takut karena keadaan Marvel sekarang.
Tala yakin anaknya juga sudah memaafkan Marvel, terlihat dari betapa khawatirnya Havian ketika mendengar kabar kecelakaan Marvel tadi, setelah ini Tala hanya bisa berharap semuanya akan baik-baik saja.
TBC!!!
KAMU SEDANG MEMBACA
Affection (Markhyuck + Chenle)
FantasyHavian anak tunggal kaya raya yang tidak memiliki minat meneruskan perusahaan daddynya, memilih untuk menjadi guru disebuah sekolah, Awalnya Havian kira menjadi guru adalah sebuah pekerjaan yang menyenangkan, namun kesabarannya diuji ketika harus me...