Jam pulang kerja sudah tiba, Marvel dan juga Havian sudah berada dimobil yang sama untuk menuju rumah keluarga Williams, mereka akan menjemput Chavi, berniat meluruskan kesalah pahaman yang pagi tadi terjadi.Ketika hendak mengemudikan mobilnya, ponsel Marvel berbunyi, tanda ada pesan masuk dari seseorang, Marvel membuka ponselnya dan mendapati papa Jeff yang menghubunginya.
Setelah menunjukan isi chat dari papanya pada Havian, kini Marvel dan Havian sama-sama terdiam karena papa Jeff tak mengizinkan mereka menjemput Chavi sekarang, Havian menatap Marvel sedih, dirinya menyesali mengapa bisa ini semua terjadi dan membuat Chavi sedih seperti ini sampai tak mau pulang.
Marvel menghadap kearah Havian, Marvel elus pelan tangan kecil Havian lalu mengecup nya lembut, Marvel tersenyum menatap istrinya teduh, berharap senyuman itu mampu membuat perasaan Havian menjadi lebih baik.
"kita pulang dulu ya sayang? ngga papa kan jemput Chavi-nya kalo Chavi udah ngga sedih lagi?" bujuk Marvel supaya Havian tidak sedih lagi.
"Chavi pasti sedih banget, sampai ngga mau pulang kaya gini" ujar Havian merasa bersalah.
"kakak juga salah karena sampai kebawa emosi kaya tadi pagi, kakak cuma ngga suka kalo Chavi buat kamu merasa bersalah" ujar Marvel pelan membuat Havian menggeleng cepat.
"waktu kakak sama istri kakak dulu pertama punya Chavi, kalian ada perasaan takut kaya yang dedek rasain?" tanya Havian tiba-tiba.
"ini ngga papa kalo kakak jawab? kakak ngga mau buat dedek ngga nyaman kalo kakak cerita soal masa lalu" ujar Marvel tak enak.
"ngga papa, dedek cuma pengen tau gimana perasaan kalian waktu tau Chavi ada diperut mendiang istri kakak dulu" ucap Havian sambil tersenyum manis.
"dulu itu rasanya bahagia saat tau mama-nya Chavi hamil buat pertama kali, mungkin karena Chavi anak pertama buat kakak, apalagi setelah kabar kehamilan itu entah kenapa rasanya bisnis kakak selalu berjalan lancar, semakin banyak kebahagiaan didalam keluarga kita, kakak pun jadi semangat kerja karena tau kelahiran Chavi butuh banyak biaya, tapi kakak ngga ngerasa capek sama sekali, kakak jalanin itu semua dengan penuh kebahagiaan" ujar Marvel mulai menjelaskan.
"anak itu ibarat pelengkap suatu rumah tangga, hadirnya anak bisa buat kita selalu merasa bersyukur sama apa yang tuhan kasih" ucap Marvel lagi.
"apa yang mami sama daddy bilang tadi pagi itu bener, punya anak itu ngga se-menakutkan yang dibayangin, semuanya akan jauh lebih mudah kalo kita jalaninnya pakai cinta" Marvel usap lembut rambut halus Havian.
"kakak selalu dukung apapun keinginan kamu sayang, kakak ngga mau kamu terpaksa buat siap karena permintaan Chavi" kening Havian dikecup, membuat Havian tersenyum.
"kakak pengen kamu sendiri yang ngerasain excited-nya pengen punya anak, karena kembali lagi, yang akan alamin susah senangnya mengandung 9 bulan ya kamu, makanya kakak ngga mau maksa" Marvel berujar pelan.
Havian tersenyum tanpa sadar, dirinya jadi membayangkan bagaimana seru-nya ketika dirinya memiliki anak nanti, Havian akan mengurus bayi kecilnya, Havian akan bermain dan memantau tumbuh kembang bayi kecilnya nanti, Havian tiba-tiba saja menangis, membuat Marvel panik dan segera mengusap air mata Havian.
Havian terus menangis tanpa kata, entah mengapa dirinya merasakan betapa bahagia-nya ketika nanti bisa melalui semua ujian rumah tangga bersama suaminya, Chavi dan juga bayi kecil mereka, tentunya bukan cuma mereka yang akan bahagia, tapi 2 keluarga besar juga akan merasakan bahagia ketika Havian mempunyai anak dari darah dagingnya sendiri.
"sayang, kakak ada salah ngomong yaa? kok nangis?" tanya Marvel panik.
"tiba-tiba dedek kebayang gimana nanti sudah punya anak, anak darah daging kita berdua kak, rasanya pasti sangat membahagiakan ya kak" ujar Havian dengan mata yang masih berair.
"pasti sayang, dedek coba bayangin, gimana bahagia-nya mami dan daddy ketika nanti punya cucu, cucu lucu dari anak semata wayang yang begitu mnereka cintai dan sayangi" Marvel tersenyum sambil terus mengusapi tangan Havian yang berada digenggamanya.
"gimana bahagia-nya papa dan bubu dapet cucu kedua, gimana bahagia-nya Chavi karena punya adik yang dia mau, gimana bahagia-nya Jericho dan Nara karena punya keponakan kedua setelah Chavi" ucap Marvel lagi.
"dan kita sayang, kita akan jadi orang yang paling merasa bahagia karena akhirnya punya anak, apalagi anak kita bisa jadi bukti kalau kita begitu saling mencintai dan bisa menghadirkan sosok malaikat kecil, iya kan sayang?" Marvel mengusap pipi Havian sayang.
"dedek mau punya anak hiks. Kakak, dedek pengen keluarga kita semakin lengkap" ujar Havian sambil sesenggukan.
"sayang, kamu serius?" tanya Marvel seakan tak percaya pada ucapan Havian tadi.
"iya kakak, dedek serius, dedek udah ngga punya alasan takut lagi karena dedek punya suami dan juga keluarga yang akan selalu ada buat dedek, dedek pengen lebilh bahagia lagi melalui anak kita nantinya" ujar Havian pelan.
"kakak seneng banget, akhirnya kamu yakin buat punya anak" Marvel tersenyum.
"kakak bantu dedek terus buat kedepanya yaa? karena dedek ngga akan bisa apa-apa sendiri" ujar Havian sambil mengelus tangan Marvel yang berada dipipinya.
"kalo itu pasti sayang, kakak akan jadi suami siaga buat dedek" Marvel kecup pelipis Havian.
"hehe, kalo punya anak kakak maunya cowok atau cewek?" tanya Havian sambil tersenyum sumringah.
"mau cowok atau cewek bagi kakak sama aja, karena itu anak kita berdua sayang, dari kamu, dari orang yang begitu kakak cintai" jawab Marvel.
"jadi nanti kita cuti buat honeymnoon ya kakak?" Havian menatap Marvel lekat.
"boleh, kalo emang dedek beneran udah siap, kita bisa berangkat secepatnya" ujar Marvel pada Havian.
"dedek siap kakak, yeayy ngga sabar banget" Havian terkekeh senang.
"duhh lucunya, istri siapa sih ini hmm?" Marvel mencolek hidung kecil Havian.
"hihi istri kakak Avel ganteng" jawab Havian sambil tersenyum malu.
Marvel yang merasa gemas pun menarik Havian kedalam pelukannya, mrngecupi seluruh wajah Havian hingga membuat Havian merengek karena Marvel tak kunjung berhenti memberinya kecupan-kecupan manis.
Keduanya sama-sama tertawa karena perasaan lega dan bahagia dihati keduanya, Marvel merasa bersyukur karena Havian akhirnya bisa membuka pikirannya mengenai ketakutan yang belum tentu terjadi, istrinya itu hanya perlu dinasehati dan diberi pengertian agar akhirnya dirinya bisa mengerti arti sebuah ketakutan yang hanya ada didalam pikirannya saja.
TBC!!!
KAMU SEDANG MEMBACA
Affection (Markhyuck + Chenle)
FantasyHavian anak tunggal kaya raya yang tidak memiliki minat meneruskan perusahaan daddynya, memilih untuk menjadi guru disebuah sekolah, Awalnya Havian kira menjadi guru adalah sebuah pekerjaan yang menyenangkan, namun kesabarannya diuji ketika harus me...