Chapter 40

1.4K 114 0
                                    

Waktu menunjukkan pukul setengah 8 pagi, Havian melenguh pelan saat cahaya matahari menelusup masuk dari celah jendela kamarnya, kepalanya begitu berat, Havian meremat rambutnya karena perasaan tak nyaman karena kepalanya yang begitu terasa sakit.

Havian terbatuk, tenggorokannya terasa sangat kering, bahkan untuk menelan ludah pun terasa sakit, Havian mencoba mencari dimana keberadaan ponselnya, untuk sekedar menghubungi siapapun untuk menolongnya saat ini.

Sebenarnya ini adalah hari ke-3 dimana Havian ditinggal sendiri dirumahnya karena daddy-nya yang sedang ada perjalanan bisnis keluar kota dan maminya harus menemani untuk membantu sang suami menyiapkan setiap keperluannya, karena mungkin Joseph akan berada diluar kota selama seminggu.

Hari pertama dan kedua terasa biasa saja karena Havian akan pulang sore setelah bekerja dan setelah itu menonton film hingga tertidur dan akan bangun dipagi hari, namun hari ini berbeda, Havian terbangun dengan kondisi yang buruk, dirinya jatuh sakit, bahkan Havian merasakan nafasnya yang panas terdengar begitu berat.

Havian meringis saat mengangkat kepalanya agar bisa dengan jelas mencati keberadaan ponselnya, namun berakhir dengan dirinya yang menyerah karena sungguh kepala dan juga badannya terasa sangat berat dan sakit.

Havian ingat kotak obat yang selalu mami-nya sediakan dikamar ini, Havian menoleh kearah meja rias yang terdapat lemari kecil dan kotak itu tersimpan disana, Havian dengan perlahan mulai menggeserkan tubuhnya, kakinya ia bawa untuk menuruni ranjang, saat dirinya berusaha untuk bangun, hal yang terjadi selanjutnya adalah kakinya yang lemas tak mampu menopang beban tubuhnya, sehingga Havian menangis karena merasa tak berdaya.

Disisi lain, Marvel yang baru saja akan berangkat kekantor dihentikan oleh bubunya yang berjalan tergesa dari arah kamar, Marvel mengernyit bingung saat wajah bubu-nya terlihat kekhawatiran.

"Marvel, ini aunty Tala chat bubu katanya nomornya dedek nggak aktif, dan kata sekertaris uncle Jo dedek belum sampai kantor, kira-kira dedek kemana ya?" ucap bubu pelan.

"emangnya uncle Jo dan aunty Tala masih diluar kota bu?" tanya Marvel sambil memegang tangan bubu-nya yang sedikit gemetar.

"masih, katanya sampai seminggu, ini gimana dulu dedek-nya, bubu khawatir banget" bubu mengungkapkan kekhawatiran-nya.

"yaudah bubu jangan panik, Marvel kerumah uncle Jo buat ngecek, semoga dedek baik-baik aja ya bu" ucap Marvel berusaha menenangkan bubu-nya.

"yaudah sekarang kamu ketempat uncle Jo, buruan ya vel, perasaan bubu ngga enak" Tira berujar lirih.

Marvel mengusap bahu milik bubu-nya lalu mengangguk, berjalan tergesa dan menyambar kunci mobil yang berada dimeja ruang tamu, Marvel menaiki mobil dengan terburu-buru dan mengendarai mobil itu dengan sedikit cepat, merapalkan doa dalam hatinya, berharap Havian baik-baik saja, apalagi bubu-nya tadi sempat bilang bahwa memiliki perasaan tidak enak.

10 menit waktu yang Marvel habiskan untuk sampai dirumah keluarga Feivel, Marvel keluar dari mobilnya dan berlari masuk kerumah mewah itu sambil memanggil-manggil nama Havian, Marvel pergi menaiki tangga untuk mengecek kamar Havian karena kemungkinan besar Havian berada disana.

Marvel membuka kamar Havian pelan, dadanya begitu bergemuruh saat mendapati orang yang ia cintai sedang tergeletak dilantai, Marvel panik bukan main, mengangkat tubuh Havian untuk ia pangku, Marvel usap-usap pipi Havian karena Havian yang masih memejamkan matanya.

Ternyata perasaan tak enak sang bubu benar-benar ada kaitannya dengan keadaan Havian, Wajah cantik yang dipenuhi keringat dan juga tubuh yang begitu panas membuat Marvel semakin panik.

"dek, hei dedek, buka matanya sayang, ini kakak Avel, sayang please kamu kenapa?" tanya Marvel dengan raut paniknya.

"astaga kenapa bisa begini sih sayang" ujar Marvel kebingungan.

Affection (Markhyuck + Chenle) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang