Setelah berbalas pesan dengan maminya, Havian segera memasukkan ponselnya kedalam tas kecil yang ia bawa, lalu dirinya berjalan keluar dari ruangan daddy-nya menuju basement kantor.
Havian mengendarai mobilnya menuju rumah Marvel, namun sebelum itu Havian sempatkan untuk membeli buah untuk ia bawa kerumah Marvel.
Sesampainya dirumah Marvel, Havian memarkirkan mobilnya pada halaman rumah mewah itu, kemudian dirinya berjalan memasuki rumah itu dengan senyum yang terus terukir diwajah cantiknya.
Memasuki rumah mewah itu, kedatangan Havian disambut oleh Bubu Tira yang terlihat baru saja menuruni tangga.
"haii dedek, kesini sama siapa kamu nak?" tanya Tira sambil berjalan mendekati Havian, lalu mengusap pipi Havian dengan lembut.
"ehh bubu, dedek sendiri bu, baru aja pulang dari kantor, ini dedek ada bawain buah" Havian memberikan buah yang tadi ia beli.
"yaampun sayang, kok repot-repot begini sih, memangnya ngga capek dari kantor langsung kesini?" Tira menerima buah itu.
"enggak terlalu capek kok bu, dedek kan kerjanya ngga terlalu berat juga, biasa lah, daddy mah manjain dedek terus" Havian terkekeh pelan.
"daddy-mu ngga berubah dari dulu, oh iya nak, bubu baru selesai masak buat makan malam, dedek makan malam disini sama kita ya?" ujar bubu sambil mengusap bahu Havian.
"sama bubu sekalian minta tolong ajak kakak Avel kesini buat makan malam ya? kakak Avel ada dikamarnya, bubu mau panggil Chavi, Jericho sama Papa Jeffri" Bubu berujar pelan, lalu menaruh buah yang Havian bawa pada meja ruang utama.
Havian mengangguk sambil tersenyum, setelahnya dirinya berjalan kearah kamar Marvel lalu mengetuk pintu kamar itu pelan setelah dirinya sampai di depan kamar Marvel.
Havian buka perlahan pintu kamar itu, pandangannya tertuju pada Marvel yang sedang duduk ditepi ranjang terlihat pria tampan itu sedang berusaha memakai sendalnya, Havian sedikit berlari dan membantu Marvel mengenakan sendal itu, tentunya Marvel bingung akan kehadiran Havian dirumahnya, karena ia mengira yang mengetuk pintu kamarnya tadi adalah sang bubu.
"terimakasih, kamu disini?" Marvel menatap Havian lekat.
"hehe sama-sama, iyaa tadi langsung kesini habis dari kantor" jawab Havian dengan suara lembutnya.
Havian ambil kursi roda yang berada disamping soffa didalam kamar Marvel lalu mendorongnya untuk mendekati Marvel, Havian bantu Marvel untuk duduk diatas kursi roda lalu Havian mendorong kursi roda itu menuju ruang makan.
Keempat anggota keluarga william sudah duduk dikursi ruang makan, Havian tersenyum lalu berjalan mendekatkan kursi roda Marvel pada kursi yang masih kosong disana, dan setelah Marvel duduk dengan nyaman Havian duduk dikursi kosong itu.
"kakak Havian kapan datang?, kok Chavi ngga lihat" Chavi berujar dengan wajah sumringahnya, merasa senang karena Havian ada dirumahnya.
"tadi sayang, kakak kekamar papa kamu karena bubu minta tolong tadi, makanya Chavi ngga lihat kakak" Havian tersenyum manis kearah Chavi, dan Chavi mengangguk mengerti.
"yang sekarang udah sibuk kerja jadi beda ya aura-nya, cocok kamu kalo mau nerusin bisnis daddy-mu" ucap Jeffri yang membuat Havian tersenyum malu.
"papa Jeff bisa aja mujinya, Avi masih belajar, jadi masih banyak yang belum paham, ternyata seru ya kerja kaya daddy, dari dulu Avi malah nolak" ujar Havian sambil terkekeh.
"jangan sungkan kalo ada yang pengen Avi tanyain sama daddy, atau sama papa juga boleh, nanti papa bantu, semangat terus ya nak" Jeffri tersenyum kearah Havian.
"iya papa, terimakasih" ujar Havian pelan.
"yaudah, kita mulai makan ya, dedek makan yang banyak sayang" Bubu mengusap bahu Havian yang berada disamping kirinya.
"iya bubu, pasti enak banget masakan bubu, udah lama dedek ngga makan masakan bubu" Havian berujar semangat, membuat yang berada disana merasa gemas.
Masing-masing piring sudah Tira siapkan nasi dan kini Havian mengambil lauk untuk ia taruh pada piring di hadapan Marvel, Havian tersenyum lalu Marvel membalas senyuman itu, yang lainnya hanya bisa memandang keduanya sambil tersenyum bahagia, dalam hati mereka merapalkan doa agar kedua hati yang pernah berpisah itu akan kembali menyatu, tentunya dengan keadaan yang lebih baik nantinya.
Setelah selesai makan malam, Havian kembali mengantarkan Marvel untuk masuk kedalam kamarnya, Havian juga membantu Marvel untuk naik keatas ranjangnya dan menyelimuti kaki Marvel yang kini sedang duduk bersandar pada headbord kasur.
"oh iya kak, Chavi kan pernah bilang kita bakalan pergi ketempat favorit kakak dan Chavi, kenapa ngga weekend ini aja?" ucap Havian.
"kondisi saya masih seperti ini Vi, takutnya malah repot, nanti aja kalo saya udah sembuh total, lagian Chavi belum ada bahas soal itu lagi kok" Marvel sebenarnya mau-mau saja, namun dirinya takut merepotkan jika pergi dalam keadaan seperti itu.
"ya ngga papa, kalo bisa nanti pas kakak Avel udah sembuh kita kesana lagi, ngga akan repot kok, kita refreshing biar kakak Avel enjoy lagi buat jalanin fisioterapi-nya, mau yaa?" Havian memasang wajah gemasnya.
"yasudah, nanti saya omongin lagi sama Chavi" ucap Marvel pelan.
"yeayy, kakak semangat terus fisioterapi-nya, nanti kalo udah sembuh total dedek kasih hadiah" Havian berujar semangat.
Marvel menggeleng pelan setelah mendengar ucapan Havian, dirinya merasa seperti anak kecil yang sedang sakit dan disemangati oleh orang tuanya, Havian begitu menggemaskan, Marvel sampai menatap Havian tanpa berkedip, membuat si cantik Havian merasa tersipu, lalu berdehem pelan.
"yaudah kalo gitu dedek pulang dulu, besok dedek kesini lagi, kakak Avel istirahat yaa" pamit Havian pada Marvel.
"terimakasih sudah selalu sempatkan datang kesini, saya sebenarnya saya merasa ngga enak, tapi saya mau larang juga kamu pasti ngga akan dengerin saya, kalau capek istirahat, jangan paksain buat jenguk saya" Marvel menatap Havian tak enak.
"dedek seneng deh lihat kakak Avel udah banyak omong kaya gini, udah ah dedek pulang dulu, dadah kakak" sicantik tersenyum lembut, membuat Marvel membalas senyum itu.
"hati-hati Havian, maaf saya ngga bisa antar kamu" ujar Marvel.
"ngga papa kakak, bye-bye"
Havian melambaikan tangannya lalu berdiri dari duduknya dan keluar dari kamar Marvel, berpamitan juga dengan anggota keluarga william yang lain, dan berakhir dengan Havian yang diantarkan oleh Jericho karena papa dan bubu tidak membiarkan Havian pulang sendirian, meskipun jam baru menunjukkan pukul 9 malam.
Havian selalu suka dengan kasih sayang yang keluarga william berikan pada dirinya, rasanya memiliki dua keluarga yang menyayanginya itu membuat Havian selalu merasa bersyukur.
TBC!!!
KAMU SEDANG MEMBACA
Affection (Markhyuck + Chenle)
FantasiaHavian anak tunggal kaya raya yang tidak memiliki minat meneruskan perusahaan daddynya, memilih untuk menjadi guru disebuah sekolah, Awalnya Havian kira menjadi guru adalah sebuah pekerjaan yang menyenangkan, namun kesabarannya diuji ketika harus me...