Chapter 43

1.3K 105 0
                                    


Waktu menunjukkan pukul 8 pagi, Havian baru saja bangun dari tidurnya setelah meminum obat pagi tadi, Havian mengucek matanya pelan sambil mengedarkan pandangannya.

Dapat Havian lihat Marvel sedang mengupas buah jeruk, Havian tersenyum karena Marvel selalu setia menemaninya dirumah sakit, padahal semalam daddy dan maminya menyuruh Marvel untuk pulang dan mereka yang akan menjaga Havian, namun Marvel malah meminta Joseph dan Tala yang beristirahat dirumah karena Marvel sendiri yang akan menjaga Havian.

"kakak Avel" panggil Havian dengan suara seraknya.

"ehh udah bangun, mau jeruk ngga sayang?"tanya Marvel sambil tersenyum.

Havian tersenyum lalu mengangguk, Marvel pun berjalan mendekat kearah brankar dan duduk dikursi, Marvel menyuapi jeruk itu satu persatu, setelah jeruk itu habis, Marvel mengelus rambut Havian dan menaruh piring kecil tadi pada meja dideket sofa.

Marvel kembali duduk dikursi lalu memijat pelan kaki Havian yang mungkin terasa kaku karena sudah 2 hari ini berada dirumah sakit, karena untuk berjalan kekamar mandi pun Marvel akan memilih untuk menggendong Havian karena khawatir Havian akan terjatuh.

"mau jalan-jalan ketaman belakang rumah sakit ngga? sekalian dibawa jalan kakinya, biar ngga lemes terus, mauu?" ajak Marvel masih terus memijati kaki Havian.

"mauu" jawab Havian pelan.

Marvel tersenyum lalu menyiapkan kursi roda, menggendong Havian untuk duduk dikursi roda dan berjalan menuju taman, Havian tersenyum sumringah saat melihat suasana luar setelah 2 hari hanya berdiam diri diruangan rumah sakit.

Marvel memberhentikan kursi roda itu, menuntun Havian untuk berdiri dan membiarkan Havian menggandeng lengannya, setelah itu mereka berdua berjalan-jalan santai, dengan tangan Marvel yang satunya lagi memegang infusan.

"terimakasih ya kakak" ujar Havian tiba-tiba.

"terimakasih untuk apa hmm?" tanya Marvel sambil menatap Havian lekat.

"semuanya, kakak selalu jagain dedek selama dedek disini, padahal kakak pasti capek karena kurang bobo, soalnya dedek suka bangun malem-malem dan minta minum" jawab Havian pelan.

"kakak ngga capek kok sayang, kakak seneng bisa jagain dedek kaya gini" Marvel mengelus bahu Havian sayang.

"maafin dedek karena ngrepotin kakak, kakak jadi ngga kerja karena harus nemenin dedek disini" Havian merasa bersalah.

"dedek jangan ngomong gitu, dedek itu salah satu prioritas kakak, kakak ngga keberatan sama sekali karena kakak sayang sama dedek" Marvel berujar dengan penuh kasih sayang.

"hehe iya kakak maaf" Havian tersenyum.

"sini duduk dulu" ajak Marvel.

Marvel membawa Havian untuk duduk disebuah kursi, Marvel memandangi sekitar lalu tersenyum saat melihat ada tanaman bunga, Marvel mengelus rambut Havian lalu pergi sebentar, Havian yang menyadari apa yang dilakukan Marvel pun terkekeh gemas.

Marvel berjalan mendekat kearahnya sambil membawa bunga yang sudah ia petik tadi, berlutut dibawah kursi lalu menyerahkan bunga itu pada Havian, tentu Havian langsung menerimanya sambil tersenyum manis.

"pake bunga yang ada dulu yaa, nanti kakak kasih bunga yang lebih cantik dari ini" ujar Marvel sambil menggaruk tengkuknya karena merasa malu.

"euum iyaa, terimakasih bunganya kakak" Havian tersenyum manis lalu menciumi bunga pemberian Marvel itu.

Marvel kemudian merogoh saku jaketnya dan mengeluarkan sebuah benda, Marvel perlihatkan cincin yang begitu cantik, Havian mengernyit bingung saat Marvel tersenyum begitu manis, Marvel ambil tangan kiri Havian lalu menyematkan cincin itu pada jari manis milik Havian.

Havian menatap jemari lentiknya yang memakai cincin itu, dirinya tersenyum karena cincin itu terlihat begitu indah disela jari jemarinya, kemudian Havian menatap Marvel yang juga menatapnya lekat.

"sebenarnya kakak pengen ngomong ini diwaktu yang udah kakak tentuin, tapi dari kejadian ini kakak banyak belajar, kakak pengen bisa selalu jagain dedek, kakak pengen jadi orang spesial yang tau apapun yang dedek lakukan" ucap Marvel pelan.

"mungkin ini jauh dari kata romantis, tapi kakak tau dedek pasti paham kakak tulus sayang sama dedek" Marvel mengelus tangan Havian dan menciuminya beberapa kali.

"dedek mau ngga jalanin hubungan yang lebih serius sama kakak?walaupun sekarang kita belum pacaran, kakak lebih pengen dedek langsung jadi pendamping hidup kakak" ujar Marvel selanjutnya.

"kak, kakak serius?" tanya Havian yang tak menyangka Marvel akan mengatakan hal ini padanya.

"kakak ngga pernah main-main soal perasaan, selama ini kedekatan kita udah cukup buat kakak paham kalau dedek itu sosok pendamping yang tepat buat kakak, mau ya jadi papinya Chavi?" tanya Marvel lagi dengan senyum yang terus terukir diwajah tampannya.

Havian terdiam, sungguh dirinya tak percaya karena Marvel begitu tiba-tiba mengatakan keinginannya itu, Havian sendiri masih ragu pada dirinya sendiri karena takut tak bisa menjadi pendamping yang baik untuk Marvel dan papi yang baik untuk Chavi.

Marvel yang melihat Havian terdiam menunduk pun memilih duduk disebelah Havian, mengelus paha Havian pelan, seolah memberi tahu bahwa Marvel selalu ada disamping Havian.

"ngga perlu buru-buru, kakak tau dedek pasti kaget dan belum bisa jawab sekarang" ujar Marvel pelan.

"aku takut ngga bisa jadi seperti apa yang kakak mau" ucapan Havian membuat Marvel menoleh kearahnya.

"kakak cinta sama kamu bukan untuk dijadikan seperti apa yang kakak mau, kakak cinta kamu karena diri kamu sendiri, kakak ngga pengen ini membebani kamu, ngga papa kalo mau dipikir-pikir lagi, kakak bisa nunggu" Marvel elus rambut Havian lembut.

Marvel mengedarkan pandangannya pada sekitar, memperhatikan orang-orang yang berlalu lalang sambil berusaha menghilangkan kecanggungan, Marvel tau Havian masih perlu memikirkan semuanya, dan Marvel pasti akan menunggu jawaban Havian sampai kapanpun.

Havian yang melihat Marvel terdiam pun berusaha keras berfikir, mungkin ini adalah keputusan besar yang akan dirinya ambil karena setelah ini jika pun Havian menerima Marvel, kehidupannya pasti akan berubah, karena cepat atau lambat mereka pasti akan menikah.

"aku mauu" ujar Havian setelah banyak berfikir.

"hmm?" Marvel berusaha meyakinkan apa yang sempat ia dengar tadi.

"iya kakak, dedek mau jadi pendamping kakak, dedek mau jadi papinya Chavi" ucap Havian sambil tersenyum manis.

"astaga sayang, kamu serius? kamu beneran mau? ini kamu ngga bercanda kan? sayang please jawab" tanya Marvel buru-buru.

"iya kakak, dedek serius, dedek rasa, dedek pasti bisa hidup sama kakak dan Chavi sebagai keluarga, ya meskipun kita belum akan nikah dalam waktu dekat, seenggaknya kita sudah tau kemana arah hubungan ini" ucap Havian dengaj senyum yang tak luntur dari wajah cantiknya.

Marvel tersenyum bahagia, memeluk Havian begitu erat, Marvel juga sesekali mengecupi pelipis Havian karena perasaan bahagia yang sedang ia rasakan, Marvel memang tak ingin semuanya terlalu terburu-buru, namun dirinya berfikir lagi untuk menjadikan kedekatan keduanya sebagai kesempatan yang baik untuk menjalani hubungan yang lebih serius.

Marvel hanya tak ingin kehilangan Havian lagi, sahabat masa kecilnya yang dengan bodohnya ia lupakan karena sebuah kecelakaan menimpanya, namun semua yang terjadi di hidupnya ada nilai baiknya, karena dirinya bisa memiliki Chavi dan kini dirinya berhasil merengkuh Havian sebagai bagian dari keluarga kecilnya itu.


TBC!!!

Affection (Markhyuck + Chenle) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang