Pagi ini dirumah keluarga Feivel sedang ada keributan kecil, Havian yang terus menolak sarapan karena sudah 3 hari ini tidak diizinkan untuk bertemu dengan Marvel, Tala sudah menjelaskan pentingnya pingit untuk pasangan yang akan menikah, agar nanti ketika kedusnya bertemu dialtar, mereka berdua akan merasakan ritual pernikahan yang lebih sakral karena mereka sudah memendam rindu jika tak bertemu beberapa hari.Sebenarnya besok sudah hari pernikahan antara Marvel dan juga Havian, namun dihari ke-3 ini Havian terus saja merengek, bahkan menangis sedari semalam karena meminta Marvel datang untuk menemuinya, mungkin jika bisa Havian tidak apa-apa jika diizinkan melakukan video call, namun hal itu juga mami Tala tak mengizinkannya, dan berakhirlah Havian menjadi crancky seperti ini.
"ayo dong dek, dedek harus sarapan, ini udah jam 10 loh, bahkan dedek belum makan apapun" bujuk Tala dengan suara lembutnya namun Havian tetap menggeleng-gelengkan kepalanya.
"dedek ngga mau makan, sebelum mami panggil kakak Avel kerumah" Havian bersedekap dada.
"ngga bisa sayang, kan sudah mami jelasin beberapa kali, pingit itu penting loh" ucap sang mami sabar.
"yaudah kalo ngga boleh kesini, seenggaknya boleh video call" rengek Havian dengan segala cara.
"ngga bisa anak cantik, besok kalian udah ketemu kok dialtar, sabar yaa?" Tala hendak memeluk Havian namun Havian memundurkan posisi duduknya.
"dedek tuh udah terbiasa ketemu sama kakak setiap hari mami, dan ini udah 3 hari kita ngga ketemu, dedek kangen kakak hiks" Havian kembali menangis.
Sebelum Tala menjawab ucapan Havian, suaminya terlebih dahulu membuka pintu dan berjalan mendakati anak semata wayangnya yang sudah bermata bengkak itu, semalaman Joseph dsn juga Tala dibuat kebingungan karena Havian lagi-lagi menangis, dan pagi ini pun sama, Havian menolak untuk makan dan kini malah kembali menangis.
"sayangnya daddy kok nangis terus, ngga capek?" tanya Joseph pelan.
"hiks dedek mau kakak Avel, pleaseee daddy" tangis anak semata wayangnya sambil memohon agar dikasihani.
"besok kan kalian menikah, dedek boleh kok kapanpun sama kakak Avel, tapi buat hari ini sabar dulu yaa? nurut ya sayang?" Joseph mengusapi pipi Havian yang basah.
"hueee mau kakak Avel, daddy sama mami jahat ngga bolehin dedek ketemu kakak hiks" air mata Havian semskin deras saja.
Melihat Havian kembali menangis kencang, Joseph dan Tala hanya bisa saling berpandangan sambil menggaruk kepalanya yang tak gatal karena kebingungan, Mereka tak menyangka Havian akan serewel ini.
Kemudian Tala memiliki sebuah ide, yaitu dengan mendatangkan Chavi untuk menemani Havian hari ini, Tala pikir mungkin Chavi akan membantu Havian untuk melewati hari ini dengan cepat, dan tak rewel lagi.
"sayangnya mami, gimana kalo kita panggil Chavi kesini, dedek kan bisa tuh nonton film bareng atau ngapain gitu" ucap Tala masih membujuk Havian.
"Chavi-nya aja? dedek kan maunya ketemu kakak Avel bukan ketemu Chavi" ujar Havian dengan suara seraknya.
"Chavi kan mirip papanya banget, dedek bisa tuh lihat muka Chavi dulu biar bisa sabar tunggu sampai besok, gimana?" Tala berusaha memberi penawaran.
"mami bener loh, mau sayang?, biar daddy jemput Chavi buat temenin dedek, yaa?" ujar sang daddy lembut.
Havian terdiam, menatap daddy dan maminya lekat, Havian merasa apa yang maminya bilang ada benarnya, Havian bisa melihat wajah Chavi untuk menghilangkan rasa rindunya pada Marvel, Havian kemudian tersenyum lalu mengusap air matanya.
Havian meringsek kedalam pelukan daddy-nya dan memainkan jari lentiknya didada sang daddy, hal itu membuat Joseph merasa gemas dan beberapa kali menciumi pelipis anaknya itu.
"yaudah daddy, dedek mau ditemenin Chavi" ujar Havian akhirnya.
"pinternya anak kesayangan daddy, yaudah daddy jemput Chavi dulu, dedek makan disuapin mami yaa?" ucap Joseph yang diangguki oleh Havian,
"iya daddy, sekalian titip salam buat kakak, bilangin dedek kangen sekali sama kakak, begitu ya daddy?" pinta Havian memelas.
"iya sayaang nanti daddy sampein" jawab Joseph dengan penuh kasih sayang.
Joseph mengusapi wajah basah Havian dengan tangannya, kemudian Joseph mengecup kening Havian sayang, dan setelah Joseph pergi Tala bergantian duduk ditepi kasur milik Havian sambil memegang sepiring nasi goreng untuk Havian makan.
Tala usap lembut rambut Havian sebentar, sebelum akhirnya Tala mrnyendok nasi goreng itu dan menyuapkannya kepada Havian, dan Havian membuka mulut menerima nasi goreng itu.
"anak mami sudah besar yaa, besok sudah mau menikah, seneng ngga sayang?" ujar Tala memulai percakapan.
"dedek seneng mami, soalnya kan calon suami dedek itu kakak Avel" jawab Havian, suaranya masih terdengar serak karena menangis terlalu lama.
"dedek sayang dan cinta sekali ya sama kakak Avel?" tanya mami sambil tersenyum.
"iya mami, mami kan tau kakak itu sebaik apa sama dedek, kakak juga selalu manjain dedek, dedek suka semuanya yang ada sama kakak Avel" jawab Havian semangat.
"oke, kalo gitu dedek harus tau dalam hubungan pernikahan itu harus ada timbal balik sayang, kakak Avel kan selalu nurutin dan manjain dedek, dedek juga harus nurut dan ngga banyak nuntut sama suami dedek nantinya" Tala menjawil hidung kecil Havian.
"dedek harus banyak belajar supaya jadi istri yang baik buat kakak Avel, jangan malu buat tanya sama mami kalo ada hal yang mungkin dedek malu buat tanya ke kakak Avel yaa?" ujar Tala lagi.
"iya mami, maaf hari ini dedek rewel yaa? dedek masih belum dewasa ngadepin masalah, dedek malah crancky ngga jelas" ucap Havian yang kini merasa bersalah.
"its okey sayang, dedek jadiin pelajaran supaya kedepannya dedek bisa lihat sisi baik dalam suatu masalah yaa?, nanti lama kelamaan dedek juga terbiasa dan ngerti kok gimana harus bersikap kalo nantinya udah menikah" Tala berujar pelan.
"mami kan tau anak mami ini gampang belajar, pasti dedek cepet pinter, dan jadi istri yang baik buat kakak Avel" imbuh sang mami sambil tersenyum.
"terimakasih karena selalu sabar ngadepin dan nasehatin dedek ya mi? dedek beruntung banget punya orang tua sebaik daddy dan mami, dedek mau kok belajar banyak-banyak hal lagi sama mami biar dedek bisa jadi istri yang baik buat kakak Avel, tentunya supaya buat daddy sama mami bangga karena punya anak yang bisa ngurus keluarga kecilnya dengan baik" ujar Havian menggenggam tangan maminya.
"duh pinternya anak mami, sini peluk sayangg" pinta mami Tala dan Havian pun tersenyum manis.
Tala menaruh piring berisi nasi goreng itu lalu memeluk anak semata wayangnya itu erat, Tala mengecupi pelipis Havian beberapa kali untuk menunjukkan betapa dirinya mencintai dan menyayangi anak kesayangannya itu, dan tentunya Havian lagi-lagi bersyukur dalam hati karena memiliki keluarga sehangat keluarga Feivel ini.
Dan hari itu Chavi datang kerumah Havian untuk menemani Havian melakukan hal apapun yang berhasil membuat Havian tak terlalu memikirkan Marvel, dan Havian merasa senang karena disamping Chavi yang memang berusaha membuat moodnya terus baik, Havian senang karena Chavi memang terlihat sangat mirip dengan Marvel, Havian jadi bisa sedikit menghilangkan rasa rindunya itu.
TBC!!!
KAMU SEDANG MEMBACA
Affection (Markhyuck + Chenle)
FantasyHavian anak tunggal kaya raya yang tidak memiliki minat meneruskan perusahaan daddynya, memilih untuk menjadi guru disebuah sekolah, Awalnya Havian kira menjadi guru adalah sebuah pekerjaan yang menyenangkan, namun kesabarannya diuji ketika harus me...