Chavi terus menatap jam dinding yang berada di atas papan tulis, rasanya lama sekali ketika jam istirahat sengaja ditunggu, bukan apa-apa, hari ini papi-nya membawakan bekal berisi nasi goreng kesukaannya, Chavi tak sabar memakannya.
Dan akhirnya setelah lama menunggu, bel tanda istirahat pun berbunyi, Chavi tersenyum senang lalu segera merapihkan buku-bukunya, namun kesibukannya teralihkan pada Baim yang mengajak dirinya berbicara.
"ke kantin yuk Chav" ajak Baim pada sahabatnya itu.
"lo sendiri aja ngga papa? soalnya gue bawa bekel" Chavi menatap Baim sebentar lalu kembali sibuk merapihkan buku.
"wihh mantep tuh, papi baru lo yang masakin?" tanya Baim semangat.
"iya dong" ucap Chavi bangga.
"lo makan bekel-nya dikantin aja yuk, masa gue sendirian sih" ujar Baim sedikit merengek.
"manja banget sih lo najis, yaudah yuk buruan" jawab Chavi bercanda.
Chavi berdiri dari duduknya sambil membawa kotak bekalnya, sedangkan Baim yang merasa senang karena berfikir bisa mencicipi nasi goreng yang Chavi bawa, kemudian keduanya berjalan menuju kantin sekolah.
Sesampainya disana, Chavi langsung memilih tempat duduk, sedangkan Baim segera memesan makanan dan duduk bersama Chavi setelah makanan pesanannya sudah ia terima.
"kelihatannya enak banget tuh nasi goreng, gue mau cobain dong" ucap Baim sambil menatap bekal Chavi penuh minat.
"engga ah anjir, ini cukup buat gue doang, lagian ini nasi goreng buatan papi kesayangan gue, jadi ngga ada yang boleh makan kecuali gue" ujar Chavi dengan sombongnya.
"pelit lo" maki Baim pada Chavi.
"bodo amatt" jawab Chavi cuek.
Baru Chavi akan menyuapkan nasi goreng itu pada mulutnya, tiba-tiba meja yang ia dan Baim tempati digebrak keras, hal itu mengakibatkan Chavi kaget dan tak sengaja menjatuhkan sendok yang berada ditangannya, Chavi menengok pada seseorang yang kini sedang tertawa mengejeknya.
Chavi menatap orang itu kesal, lalu berdiri dari duduknya, Baim yang tak ingin ada keributan pun segera mendekati Chavi dan sedikit menarik tubuh Chavi mundur, tapi sepertinya Chavi sudah terlanjur kesal, Baim hanya tidak mau Chavi berurusan dengan orang yang tadi menggebrak meja itu karena orang itu adalah kakak kelasnya, Baim tak mau sahabatnya itu berada dalam masalah, karena Baim tau sekarang Chavi sudah berubah.
"apa maksud lo gebrak-gebrak meja? lo ada masalah sama gue?" tanya Chavi kesal.
"ck, jangan sok galak deh, gue ngga ada masalah apa-apasih sama lo, cuma gue udah perhatiin lo dari lama, dan gue ngga suka sama kelakuan lo, sok jagoan" ujar orang itu menatap Chavi remeh.
"gue ngga pernah ada masalah sama lo ya, jangan usik gue" peringat Chavi pada pria dihadapannya.
"gue ngga suka orang kaya lo, soalnya lo ngga punya apa-apa tapi songong, lo selalu gunain apa yang papa dan granpa lo punya buat semena-mena sama orang" ujar orang itu sambil bersedekap dada.
"kak, maaf ya sebelumnya, temen gue udah berubah kok sekarang, kita minta maaf kalo kelakuan kita waktu itu bikin lo ngga nyaman" Baim menyatukan kedua tangannya, tanda memohon maaf, namun dengan segera tangannya ditarik oleh Chavi agar Baim berhenti melakukan itu.
"gue ngga ngomong sama lo, gue cuma pengen tau aja temen lo ini punya nyali seberapa gede bisa punya kelakuan kaya setan" Orang itu masih menatap Chavi remeh, seakan tak takut pada apapun yang nantinya akan menimpanya karena bermain-main dengan Chavi.
Chavi yang sudah malas meladeni pun hendak pergi dari sana, Chavi ingat dirinya memang pernah berkelakuan tidak baik dulu, tapi sekarang dirinya bahkan tak pernah membuat masalah, kenapa kakak kelasnya itu baru mau menegurnya sekarang kalau memang merasa tidak nyaman.
Chavi ambil kotak bekal yang berada diatas meja dan berniat pergi, namun kakak kelasnya itu berjalan mendahuluinya dan menabraknya dari samping, hal itu membuat badan Chavi limbung dan kotak bekal yang sedari tadi ia pegang jatuh kelantai dan nadi goreng yang berada didalamnya berserakan dilantai, Chavi mengepalkan tangannya lalu menarik baju kakak kelasnya itu.
"masakan papi gue jadi berantakan dilantai dan ngga bisa dimnakan, gara-gara lo anjing" ujar Chavi marah sambil menunjuk-nunjuk kakak kelasnya itu.
"ups sorry deh, lagian masakan kaya gitu doang paling rasanya juga ngga enak" jawab orang itu dengan angkuh.
"jangan hina masakan papi gue" ucap Chavi memperingati orang dihadapannya itu.
"lebay lo, byee" pria itu melambaikan tangannya dengan senyum meledeknya.
"ANJINGG!!" teriak Chavi marah.
Chavi memukul wajah kakak kelasnya itu dengan satu kali pukulan yang terlihat sangat keras itu, membuat kakak kelas yang bernama Yosi itu terjengkang kebelakang, Baim segera mendekati sahabatnya dan berusaha menarik Chavi agar berhenti berkelahi namun Chavi terlihat sangat marah.
Chavi kembali menarik kerah Yosi agar kakak kelasnya itu kembali berdiri, kemudian Chavi kembali memukul wajah Yosi, dan kakak kelasnya itu hanya tertawa mengejek.
Yosi mengelap darah yang keluar dari mulutnya sambil terus terkekeh, menatap Chavi remeh seakan merendahkan Chavi, Chavi yang hendak kembali memukul itu pun tiba-tiba terlebih dahulu dipukul oleh Yosi, dan kini Chavi terduduk dilantai karena merasa kepalanya begitu pening karena pukulan Yosi tadi.
Chavi mencoba bangun, dan Yosi terus menantang Chavi agar mau memukulnya lagi, dan ketika Chavi baru bisa berdiri tegak, Yosi dengan cepat meninju perut Chavi dan hal itu membuat Chavi kembali terjatuh, setelah melihat Chavi yang mungkin akan kesusahan bangun, Yosi tertawa remeh lalu pergi dari sana begitu saja.
"duh Chav, lo ngga papa kan, gue udah coba tarik lo tapi lo malah mukul dia, sekarang jadi lo kan yang luka kaya gini" ujar Baim menatap Chavi kasihan.
"gue ngga suka dia remehin masakan papi gue, papi gue udah capek pagi-pagi masakin bekal, tapi dia dengan gobloknya bikin nasi gorengnya tumpah" ujar Chavi yang masih emosi.
"yaudah sekarang kita ke UKS ya? kita obatin dulu luka lo" ajak Baim pada Chavi.
"gue mau pulang aja, ntar lo bilang sama gurunya kalo gue ada urusan keluarga" ujar Chavi pelan.
"lo yakin Chav? perut sama muka lo pasti sakit loh" ucap Baim khawatir.
"udah santai aja, nanti dirumah biar papi gue yang obatin" jawab Chavi santai.
"ck susah banget lo, yaudah yuk gue bantu cariin taksi" ajak Baim.
Baim memapah Chavi yang berjalan tertatih karena menahan sakit diperutnya bekas pukulan Yosi tadi, kemudian Baim membawa Chavi keluar gerbang dan mencari taksi agar sahabatnya itu bisa pulang kerumahnya, sedangkan untuk tas Chavi, Baim akan mengantarkannya pulang sekolah nanti.
Seusai mendapatkan taksi, Chavi langsung masuk dan Baim kembali kekelas, didalam taksi Chavi menatap jalanan, dirinya menghela nafas berat sambil terus mengingat wajah Yosi, Chavi akan memberinya pelajaran, Chavi akan menggunakan kekuasaan Granpa-nya untuk memberi perhitungan, Chavi ingin Yosi tau bahwa apa yang ia bicarakan mengenai Chavi yang menggunakan apa yang papa dan Granpa-nya punya juga bisa berlaku pada Yosi karena sudah mencari masalah pada dirinya.
TBC!!!
KAMU SEDANG MEMBACA
Affection (Markhyuck + Chenle)
FantasyHavian anak tunggal kaya raya yang tidak memiliki minat meneruskan perusahaan daddynya, memilih untuk menjadi guru disebuah sekolah, Awalnya Havian kira menjadi guru adalah sebuah pekerjaan yang menyenangkan, namun kesabarannya diuji ketika harus me...