(S3) Chapter 48

51 10 0
                                    

3 minggu kemudian...

Sikap Cassy pada semua orang masih sama. Dingin dan cuek. Tak pernah sekalipun dia menanggapi ucapan teman-temannya. Namun, sikap acuhnya itu tak pernah membuat mereka semua patah semangat. Mereka tetap membicarakan banyak hal meskipun tak direspon sama sekali.

Seperti saat ini, Minho yang kebetulan bertugas berjaga tengah membicarakan seorang anak kecil yang tak sengaja ditemuinya beberapa kali. Dia terus menceritakan secara jelas tentang anak kecil tersebut.

"Oh iya, Harriet, Sonya, dan Frypan membuat ikan bakar. Aku sengaja membawakannya untukmu." Minho membuka kotak makan yang dibawanya dan menunjukkannya. "Lihat, aku sengaja memilih ikan yang paling besar untukmu. Dimakan ya? Atau mau aku suapin?"

Tetapi, Cassy masih berpegang teguh pendiriannya. Sedikit pun dia tak menoleh untuk melihat wujud ikan bakar tersebut walaupun wanginya sudah semerbak memenuhi ruangannya.

"Makanlah sedikit ya? Kami semua mengkhawatirkanmu yang setiap harinya semakin kurus," lanjut Minho.

"Sebenarnya kenapa kalian masih mengkhawatirkanku?" tanya Cassy yang akhirnya bersuara.

"Tentu saja karena kamu adalah orang yang berharga bagi kami," jawab Minho dengan cepat.

Mendengar jawaban tersebut membuat Cassy menolehkan kepalanya dan menatap pria itu. "Berharga? Aku yang cacat ini berharga?"

"Aku tak suka kamu berbicara seperti itu!" kesal Minho.

"Kenapa tidak suka? Memang kenyataannya begitu," balas Cassy.

"Dengar, kamu itu selalu sempurna di mata kami. Mau kamu seperti apa, itu tak akan mengubah pandangan kami terhadapmu." Minho menatap gadis di hadapannya lekat-lekat. "Kamu tetaplah orang berharga bagi kami semua. Cukup sekali saja kami kehilanganmu."

"Aku tak suka seperti ini. Lebih baik aku mati—"

"Shut up!" Mata Minho mulai berkaca-kaca karena tak sanggup lagi melihat gadisnya merasa rendah diri. "Kumohon...jangan berbicara seperti itu. I never want to lose you again."

"Kamu bisa mencari gadis lain jika itu terjadi, Minho. Banyak yang lebih cantik dan sempurna dariku," tutur Cassy.

"But all I want is you, Cassyana Bell Milles," jawabnya dengan tegas.

Buliran-buliran air mata mulai turun dengan derasnya. Pertahanan yang dia jaga selama ini runtuh begitu saja karena pengakuan tersebut.

"Maaf...maafkan aku karena selama ini bersikap buruk pada kalian," lirihnya.

"Kami tidak mempermasalahkannya sama sekali," ujar Minho.

Cassy menggelengkan kepalanya. "Kalian berhak marah padaku. Padahal kalian sudah baik dengan menjaga dan menghiburku setiap hari, tapi aku malah bersikap buruk dengan melampiaskan semuanya pada kalian."

Mendengar gadisnya yang mulai membuka diri membuat senyum tercetak jelas di bibir Minho. Ditariknya tubuh gadis itu agar masuk ke dalam dekapannya. "Jangan pernah memandang rendah dirimu sendiri, Cassy. Kamu selalu cantik dan berharga."

Beberapa menit kemudian...

Cassy melepaskan pelukannya setelah puas meluapkan tangisnya. Disekanya sisa-sisa air mata yang menempel di wajahnya.

"Sudah tenang?" tanya Minho.

Gadis itu menjawab dengan anggukan kepalanya.

"Mulai sekarang jangan merasa rendah diri lagi ya? Aku tak suka melihatmu merendahkan diri sendiri," ujar Minho.

"Iya. Sekarang...bolehkah aku makan ikannya? Aromanya sangat semerbak hingga membuatku tak tahan lagi," ucap Cassy.

Ingin sekali Minho melepaskan tawanya, tapi kekasihnya akan marah kalau dirinya melakukan hal tersebut. Alhasil dia tahan tawanya dan menyodorkan ikan bakar yang dibawanya.

The Truth Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang