XXIII ~ Pertemuan dan Perpisahan ~ [ 23 ]

4K 373 39
                                    

Rion terdiam, sekali lagi, ucapan anak anaknya menusuk hati kecilnya. Ia tak berharap semua ini terjadi.

Beberapa jam kemudian mereka menyerah untuk mencari Caine. Seluruh sudut kota sudah mereka datangi, namun hasilnya tetap nihil. Mereka semua kembali kerumah dan beristirahat, Rion memutuskan untuk mencari Caine lagi besok. Ia tak ingin anak anaknya sakit.

Tak terasa sudah satu Minggu lamanya semenjak Caine pergi dari rumah. Didalam kamar Mia, ia terlihat sedang melamun sambil terus memperhatikan lukisan Caine yang pernah dibuang oleh Rion minggu lalu.

"Mami, Mia kangen..." Guman Mia.

Mia terus menangis, hingga akhirnya ia tertidur. Dua jam setengah Mia tertidur.

DOR.....

Suara tembakan yang amat nyaring itu membuat Mia membuka matanya dan berlari ke sumber suara. Ia melihat kakak serta papinya yang sudah berkumpul, Mia segera melihat kearah pantai. Betapa kagetnya ia, dia melihat Caine yang sedang menodongkan pistolnya kearah Rion. Dan yang membuat Mia lebih terkejut, tepat dibelakang Caine, ada Makomi Sinclair dan puluhan polisi atribut khusus.

"Mami ??" Guman Mia.

"PENGHIANAT, ANJING LO" Teriak Rion.

"Aku ngelakuin ini demi keluarga" Jawab Caine sambil mengarahkan pistolnya ke arah Rion.

"ANJING, PENGHIANAT, BERANI BANGET SI LO" Kesal Rion sembari mengarahkan pistolnya kearah Caine.

"Papi mau ngapain??" Tanya Echi.

"GUE UDAH KASIH KESEMPATAN BUAT LO TETEP HIDUP, GINI BALESAN LO??, HAH ??" Tanya Rion.

"Kesalahanmu adalah menculik Caine, Rion" Jawab Makomi.

"Kamu seharusnya tidak menculik Caine, kamu sudah tau bahwa dia adalah agen khusus, dan kamu nekat menculiknya, inilah akibat dari perbuatanmu" Sambungnya.

"AKIBAT DARI PERBUATANKU ???, BANGSAT KAU MAKOMI, PER*ETAN DENGAN KALIAN SEMUA"

Nada bicara Rion kini memuncak, urat urat diwajahnya kini terlihat. Wajahnya yang berwarna merah karena panas akan kemarahan.

Dor...

Sebuah pelatuk ditarik dari tempatnya, terlihat seseorang tumbang dengan darah berceceran diarea sekitar kepala.

Dor...

Dor...

Dor...

Pelatuk ditarik secara bergantian, perang dimulai. Makoto membawa Mia menjauh dari area tersebut, hingga beberapa jam berlalu, suara tembakan tak lagi terdengar. Mia berlari kearah Rion dan memeluknya, ia melihat Rion yang dengan tegar melihat jasad istrinya yang tergeletak diatas pasir pantai.

Darah yang terserap oleh pasir, pasir yang tadinya putih, kini berubah menjadi merah. Jasad yang masih tetap tersenyum hingga akhir nafasnya. Terbunuh oleh tangan suaminya sendiri. Mia terjatuh, ia tak tau harus bahagia atau menangis. Di satu sisi, Caine adalah orang yang mengkhianati kepercayaan sang papi, namun disisi lain, Caine adalah sosok seorang ibu yang selalu ada untuknya.

Tepat pada saat itu Rion terjatuh, ia pingsan, tak kuat hati melihat istrinya yang terkapar tak berdaya. Kesalahan terbesarnya adalah mencintai seseorang dengan begitu tulus.

2 hari kemudian, pemakaman dilakukan. Rintik rintik hujan berjatuhan, seperti langit sedang bersedih dengan kematian Caine. Pada akhirnya hidup ini hanya tentang pertemuan dan perpisahan.

Merekapun kembali kerumah, tak ada lagi sosok yang menunggu kepulangan mereka. Rumah yang biasanya sudah tercium bau sedap dari kejauhan, kini hanya hirupan udara yang tersisa. Orang yang mengurus mereka sudah tak ada lagi, entah apa yang akan terjadi dengan mereka.

"Pih, makan dulu ya!!" Ucap Key.

"Pih ??" Key masuk kekamar Rion.

"Papi kenapa ??" Key mendekati Rion yang masih tertidur di ranjang.

"Pih??" Key menggoyangkan tubuh Rion dan mengecek suhu tubuhnya.

"Panas banget" Gumannya.

Key segera berlari kebawah dan menghampiri saudara saudaranya.

"Papi demam!!, gimana dong ??, aku nggak tau obatnya" Keluh Key.

"Kompres dulu si papi, abis itu minumin apa gitu" Ucap Krow.

"Itu dia masalah, aku nggak tau obatnya, biasanya yang ngurusin kita pas sakit kan mami" Jelas Key.

"Coba cari di internet deh, obat demam apaan" Saran Selia.

"Paracetamol 500 mg, Panadol 500 mg, Sanmol Forte, Sumagesic 600 mg" Sahut Riji.

"Itu obat apaan anjir, harus ditakar ??" Ucap Elya bertanya.

"Ah, pusing anjing" Celetuk Krow.

"Terus gimana cok, masak papi dibiarin gitu aja" Ucap Mako.

"Aku mau ngompres papi dulu" Sahut Key yang sudah membawa baskom berisi air hangat.

Key mengetuk pintu kamar papinya.

"Pih, Key masuk ya !!" Saat Key mencoba membuka pintu kamar Rion, pintunya terkunci.

"Pih??, papi didalem kan ??" Tanya Key yang masih mencoba membuka pintu.

Ia segera berlari kebawah menemui saudara saudaranya.

"PAPIH, KAMAR PAPI DIKUNCI, TOLONG DOBRAKIN, AKU TAKUT PAPI NGELAKUIN HAL DILUAR LOGIKA" Pinta Key.

Mereka segera menuju ke kamar Rion, dan mencoba mendobraknya. Namun hasilnya nihil, sulit sekali mendobraknya.

"Minggir, gue, mako sama Gin mau coba dobrak" Perintah Riji.

"3 pilar kehidupan bersatu" Celetuk Echi.

"Chi, bukan waktunya bercanda" Sahut Selia.

"Maaf, Echi nggak bermaksud begitu" Ucap Echi sembari menundukkan kepalanya.

Mereka mencoba terus menerus, hingga akhirnya pintu kamar Rion berhasil terbuka.





To Be Continue...





Bisa, tapi mati....

Tuh yang minta Caine mati

Selamanya Hanya Milikku ~ [ RionCaine ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang