Di rumah sakit, para dokter dan perawat mengerumuni mereka berdua. Dokter menilai tingkat keparahan trauma yang dialami Caine. Rion mengamati dengan cemas saat mereka bekerja, pikirannya berpacu dengan berbagai kemungkinan terburuk.
Setelah menunggu selama yang terasa seperti selamanya, seorang dokter muncul dari ruang perawatan, ekspresinya muram. Jantung Rion berdegup kencang saat ia bersiap untuk mendengar berita itu.
"Kabar baiknya adalah secara fisik, istri Anda tampak stabil" kata dokter itu dengan nada serius.
"Namun, trauma psikologis yang dialaminya cukup serius, Kami perlu mengawasinya dan memberikan perawatan yang tepat" Sambungnya.
Rion mengembuskan napas perlahan, kelegaan menyelimutinya meski kekhawatiran menggerogoti hatinya.
"Perhatian macam apa?" tanya Rion dengan suara gemetar.
"Kami akan memberinya terapi dan pengobatan untuk mengatasi gangguan stres pascatrauma" Jelas dokter.
"Memang tidak mudah, tetapi dengan waktu dan perawatan yang tepat, ada harapan untuk pemulihan" Sambung Dokter tersebut.
Rion mengangguk, tekad tertanam di hatinya.
Anak anak tiba di rumah sakit. Wajah mereka yang masih muda dipenuhi kekhawatiran, terutama Souta dan Mia. Saat melihat sang mami terhubung ke mesin, mata mereka berkaca-kaca. Mia mencoba untuk bersikap tegar, tetapi suaranya bergetar saat berbicara pelan kepada sang mami
"Mami, ini kami. Kami di sini sekarang" Ucap Mia dengan suara gemetar.
Souta berpegangan erat pada tangan Gin, terlalu kewalahan untuk mengatakan apa pun. Ia membenamkan wajahnya di lengan Gin, meredam isak tangisnya. Rion memperhatikan anak-anaknya, hatinya sakit melihat penderitaan mereka. Ia memeluk mereka berdua erat-erat.
"Mami akan baik-baik saja" kata Rion meyakinkan mereka, meskipun ketidakpastian masih menyelimuti pikirannya.
"Mami itu kuat, dan dia punya kita, Kita akan melewati ini bersama-sama" Sambungnya.
Rion memeluk Mia dan Souta dengan erat, suaranya bergetar karena emosi.
"Aku berjanji padamu, anak-anakku, tak akan ada yang dapat menggantikan cinta yang kita bagi, Apa pun yang terjadi, ketahuilah bahwa kalian semua adalah duniaku. Tawamu, senyummu, pelukanmu, semua itulah hal-hal yang membuatku merasa hidup ini layak diperjuangkan" Ucap Rion tegar.
Dia mundur sedikit untuk menatap wajah mereka masing-masing, matanya berkaca-kaca karena air mata yang belum menetes.
"Mia, kamu tumbuh menjadi orang yang kuat dan berani, sama seperti mamimu. Dan Souta, lelaki kecilku, kamu membawa kebahagiaan dalam hidup kami dengan rasa ingin tahu dan keceriaanmu, Aku tidak bisa mengharapkan anak yang lebih baik, kalian semua adalah anak anak kesayanganku" Kata Rion.
Pandangan Rion kembali tertuju pada istrinya yang masih terbaring di ranjang rumah sakit. Kondisi istrinya yang rapuh menjadi pengingat nyata betapa rapuhnya kehidupan. Rion kembali menoleh ke arah Caine, menggenggam tangannya dengan lembut.
"Cintaku, hatiku... kaulah inti dari keluarga kita, Kekuatanmu, kebaikanmu, semangatmu yang tak tergoyahkan... inilah pilar yang kita pijak" Suara Rion terdengar gemetar.
Dia mendekatkan tanganCaine ke bibirnya, mengecup lembut buku-buku jarinya.
"Aku tahu jalan di depan akan sulit, tetapi aku bersumpah padamu, aku akan berjalan di sampingmu setiap langkah. Aku akan memegang tanganmu saat bayangan mulai muncul, dan aku akan mengangkatmu saat kau merasa tidak sanggup melanjutkan"
Air mata mengalir deras di pipi Rion sekarang, tetapi suaranya tetap tenang, penuh keyakinan.
"Cinta kita tak tergoyahkan, sayangku, cinta telah melewati badai sebelumnya dan muncul lebih kuat dari sebelumnya, ujian ini tidak akan berbeda dari yang bisanya kita lalui" Rion berbisik pelan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Selamanya Hanya Milikku ~ [ RionCaine ]
FantasyTeman SMA nya yang memiliki wangi feromon buah persik, Arion bertemu dengan Harris dan terus menggangunya hingga ia lulus SMA. Bertahun tahun tak terasa, kini setelah sekian lama mereka bertemu lagi, bukan sebagai teman, namun sebagai musuh. Harris...