XLVI ~ Pembohong ~ [ 46 ]

3.6K 305 34
                                    

Caine tak menjawab apapun, ia masih menangis, tak berani menatap Rion. Merasa tak tega melihat keadaan Caine. Rion pun mendekatkan dirinya ke tubuh Caine, ia menarik Caine dan memangkunya.

"Kenapa nangis??, sakit sayang?" Tanya Rion prihatin.

Caine menggelengkan kepalanya.

"Kalo nggak sakit, kenapa sedih sayang ??" Rion kembali bertanya.

"Capek, sakit, hati aku hancur" Celetuk Caine.

"Hancur??, masih soal perkara Miraie ??" Ucap Rion sambil mengelus rambut pria bersurai merah itu.

Caine mengangguk, ia menurunkan pandangannya dari tatapan Rion.

"Kenapa menghindari tatapanku sayang??, kamu takut??" Kata Rion yang mengelus elus punggung tangan Caine.

"Hmmm..." Guman Caine.

"Hmm... Begitu, maaf ya sayang, aku nggak ngasih tau kamu, karena diriku memberitahumu, hal seperti inilah yang akan terjadi sayang, diluar sana juga sedang tidak aman" Jelas Rion.

"Tidak aman, itu hanya menurut egomu saja" Sahut Caine.

"Tidak sayang, kmau adalah kelemahanku, jika kamu tertangkap, aku pasti akan melakukan apapun untukmu, dan aku menghawatirkan keselamatanmu sayang, aku takut dirimu terluka" Kata Rion.

"Pembohong" Ucap Caine lirih.

"Aku tidak berbohong, saat ini kelompok kita dengan ada konflik dengan Cosa Nostra, mereka terlibat dalam penculikanmu dimasa lalu" Jelas Rion sambil terus memeluk Caine.

"Apa maksudnya" Sahut Caine singkat.

"Saat dirimu diculik oleh sekelompok orang brengsek dan kau keguguran, Cosa Nostra ikut membantu dalam penculikan tersebut, mereka membantu Shadow Garden untuk menyembunyikan mu dariku" Rion menjelaskan.

Caine diam, ia tak tau harus menjawab apa.

"Sayang, jangan melamun" Peringat Rion.

"Tapi kenapa harus Miraie yang terbunuh??" Caine menyenderkan kepalanya didada Rion.

"Itu sebuah kecelakaan sayang, aku tak berniat untuk membunuh kakakmu, aku hanya berniat mengancamnya, namun sepertinya jari Riji terpeleset, ia tak sengaja menarik pelatuk di pistolnya" Ucap Rion.

"Lalu, mengapa jasad Miraie ditemukan mengapung dilaut dekat jurang" Tanya Caine lirih.

"Itu... Entahlah sayang, diriku juga tak tau akan hal itu, aku membiarkan tubuh Miraie tergeletak ditepi jurang, aku tak tau siapa yang menceburkan tubuh Miraie kelaut" Jawab Rion.

"Hmm... Aku... Aku tidak tau harus merespon bagaimana" Ucap Caine gagap.

"Tak usah dipikirkan sayang, kamu hanya perlu memikirkanku saja, soal kematian Miraie... Aku benar benar minta maaf sayang" Kata Rion sambil mengelus rambut Caine.

"Hmm... Aku cuma butuh waktu untuk menerima alasanmu Rion" Jawab Caine.

"Apa... Apa maksudmu kamubtidak memaafkanku, kamu masih marah padaku ?" Tanya Rion mendesak.

"Entahlah, aku juga tidak tau harus menjawab apa, aku lelah Rion, aku mau istirahat" Ungkap Caine.

"Ah... Begitu, kamu masih marah padaku, aku mengerti, istirahatlah" Ucap Rion sambil membaringkan Caine ke kasur.

"Tidak Rion, aku tidak marah padamu, aku hanya perlu waktu" Kata Caine.

"Aku mengerti Caine, sekarang istirahatlah, aku akan berada disampingmu" Sahut Rion sambil mengecup kening Caine.

Caine perlahan lahan menutup matanya, ia tak kuat dengan rasa kantuk yang datang padanya. Sedangkan Rion, ia beranjak dari kasur dan membuka buku yang terakhir kali Caine belikan untuknya.

Ia menunggu Caine bangun disofa dekat Ranjang mereka. Sedangkan kondisi anak anak di lantai bawah.

"Chi, Echi..." Panggil Krow.

"Apa" Jawab Echi ketus.

"Itu si mami gimana" Tanya Krow.

"Ya gue nggak tau, tanya si dedek sono, kan dia yang buat papi marah" Ujar Echi.

"Kok lu gitu si Chi" Ucap Aenon.

"Kan emang salah si dedek" Jawab Echi.

"Chi, cukup" Sahut Selia.

"Belain aja terus tu si dedek" Jawab Echi kesal.

"KALO BUKAN DEDEK, MAMI JUGA BAKALAN TERUS KEKURUNG DI RUANGAN ITU" Teriak Mia.

"TAPI LO BIKIN PAPI MARAH NGERTI NGGAK, ITU JUSTRU LEBIH MEMBAHAYAKAN MAMI" Balas Echi.

"Kak Echi nggak tau gimana kondisi mami waktu Mia temuin, jadi kakak nggak usah berisik" Jelas Mia.

"BERISIK??, LO TU CUMA BOCAH TENGIL YANG SELALU NGELANGAR PERINTAH PAPI, KARNA LO, MAMI JADI TAU KALO SI DOKTER ITU MATI, KARNA LO JUGA MAMI JADI SAKIT HATI" Oceh Echi.

"MAMI EMANG SEHARUSNYA TAU KAK, MAMI BER HAK TAU YANG SEBENARNYA, KITA NGGAK MUNGKIN MENYEMBUNYIKAN KENYATAAN INI SELAMANYA, LAMBAT LAUN WAKTU BERLALU, MAMI JUGA PADA AKHIRNYA AKAN TAU" Mia menasehati.

"Echi, Mia udah, jangan ribut, kalo kalian nggak akur mami nanti sedih" Potong Riji.

"Iya, udah jangan berantem, mending sekarang kita mikir, gimana caranya ngebujuk papi biar nggak marah sama mami" Ajak Makoto.

"Yang diomongin Makoto bener tu, mending kita cari cara deh, nanti kalo papi udah keluar dari kamar, kita coba bicara sama papi" Ucap Elya.

"Nah bener tu, tapi jangan ada yang sikapnya anomali ya, takut si bapak malah makin emosi" Kata Key.

"Sekarang kita naik aja dulu, kita pelan pelan jalan kekamar papi, kita dengerin dulu, papi masih marahin mami atau enggak" Ajak Gin.





To Be Continued...





Marah mulu, ntar tua

Selamanya Hanya Milikku ~ [ RionCaine ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang