XL ~ Red Flag ~ [ 40 ]

3.1K 327 34
                                    

"Mengapa demikian??, dan mengapa ponselmu tidak bisa dihubungi Caine??" Tanya Makomi.

"Itu... Ponselku disita oleh Rion" Jawabnya.

"Ck... Bawa ponselku dan juga chargernya Caine, aku akan membeli yang baru, dan ingat, jangan sampai Rion tau bahwa kamu punya ponsel sekarang, paham??" Ucap Makomi tegas.

"Ya, aku paham, temukan Miraie bagaimanapun Caranya, Souta dan aku merindukannya" Kata Caine.

"Pasti, itu sudah pasti, dan Caine, jika kamu dalam bahaya, cepat hubungi aku dan berikan live lokasimu, aku aku akan secepatnya datang ke lokasi tersebut" Pinta Makomi.

"Baik, akan ku ingat, terimakasih Makomi, jaga dirimu baik baik, aku harus segera kembali agar anak anakku tidak khawatir" Jelas Caine.

"Baiklah, hati hati Caine" Sahut Makomi sambil melambaikan tangan pada Caine.

Caine segera berlari keluar dari kamar mandi, ia segera menemui Krow dan Echi.

"Lama ya??, maafin mami" Ucap Caine.

"Ah, aman aja mi, nggak lama kok" Sahut Echi.

Mereka pergi berbelanja lagi, Krow menjadi korban, Karena ia harus membawa tentengan yang lumayan banyak. Setelah mereka selesai berbelanja, mereka akhirnya memutuskan untuk pulang.

"Krow, pelan pelan buka pintunya" Bisik Echi.

"Kalian kenapa si, kok kayak mau maling rumah sendiri" Celetuk Caine.

"Ah enggak, perasaan mami aja kalik" Jawab Echi.

"Cepet Krow" Sambungnya.

Mereka akhirnya mengendap endap masuk kedalam rumah, Caine tentunya merasa ada yang aneh dengan mereka berdua. Baru saja ingin membuka pintu belakang rumah, bertapa terkejutnya mereka melihat sosok yang mereka kenal sedang berdiri didepan pintu sambil melipat tangannya. Wajah Rion penuh dengan ekspresi campuran antara kejutan dan marah.

"Jadi, kalian melanggar perintahku??" Tanya Rion.

Tak ada yang menjawab, Echi dan Krow hanya bisa menundukkan kepalanya. Caine segera membuka percakapan.

"Kan kamu udah kasih-"

"Siapa yang kasih izin??, kamu tau konsekuensinyakan Caine??" Tanya Rion tegas.

"Pi, ini salah kita berdua, ini nggak ada hubungannya sama mami" Sahut Echi.

"Ya, tapi mami kalian gagal mendidik kalian buat mematuhi perintahku" Ucap Rion tegas.

Echi merasa seolah-olah dunia di sekitarnya berhenti berputar. Dia tidak tahu apa yang harus dia katakan.

"Maaf papi, Kami hanya ingin melihat-lihat sebentar, dan ini bukan kesalahan mami karena tidak bis mendidik kami, ini kesalahan kamu karena menentang perintah papi" ucapnya dengan suara serendah mungkin.

"Tapi akhirnya mami kalian yang harus menanggung konsekuensinya" Tegas Rion.

Rion menarik napas dalam-dalam sebelum akhirnya mengucapkan kata-kata yang tegas lagi.

"Kalian berdua harus ingat bahwa keselamatan keluarga itu nomor satu. Jangan pernah melanggar perintahku lagi"

"Caine, ikut aku kekamar" Sambungnya.

Caine mengikuti langkah Rion dalam diam, ia tak berani mengeluarkan sepatah kata apapun. Echi dan Krow menundukkan kepala dengan rasa bersalah yang mendalam. Mereka tahu itu salah, karena telah melanggar kepercayaan dan perintah sang papi. Namun, dia juga merasa bersyukur karena tidak terjadi apa-apa pada mereka saat di mall. Tetapi yang menjadi kekhawatiran sekarang, adalah Caine. Sesampainya dikamar, Rion langsung mengunci pintu, ia menatap Caine dengan tajam.

"Aku udah bilang, jangan keluar, kenapa susah banget nurutin perkataan aku ??"

"Dan satu lagi, feromon siapa yang menempel di tubuhmu" Sambungnya

"Feromon??, apa??" Tanya Caine.

"Ah sudahlah, aku tak mau ribut denganmu, tunggu aku disini sampai aku selesai mandi, toh kalo kamu kabur pintunya udah aku kunci" Ucap Rion sambil masuk kekamar mandi.

'ponselnya harus aku simpan dimana ini?' Batin Caine.

'ah iya, Rion pasti akan mengurungku di ruangan itu' Sambungnya.

Caine segera membuka ruangan tersebut secara perlahan, ia dengan cepat menaruh ponsel serta charger milik Makomi dibagian ujung ruangan. Caine sudah memeriksanya dengan teliti, ruangan itu hanya diberi dengan 1 lampu. Dengan itu ia aman menyimpan ponsel tersebut dipojok ruangan. Caine bergegas keluar dari ruangan tersebut dan menutup pintunya. Ia segera kembali duduk diujung ranjang.

"Hah... Gelap banget, kalo aku kelamaan disitu bisa kambuh ini trauma" Guman Caine.

"Caine, apa kau menunggu lama ??" Tanya Rion dengan selembar handuk di pinggangnya.

"No" Jawab Caine singkat.

"Honey, it's your fault, sekarang, lepas semua bajumu" Perintah Rion.

"KAMU, KAMU GILA RION" Caine terpancing emosi.

"Ck..." Desah Rion sambil merobek paksa baju Caine.

"Ah, cantik sekali, kamu lebih cantik jika telanjang Caine" Ucap Rion sambil mengeluarkan feromonnya.

"Aku punya sesuatu untukmu Caine" Sambungnya.

Rion segera membuka laci narkas disamping tempat tidur, ia segera memasangkan kalung serta penutup mata pada caine.

"Rion, lepas Yon, aku takut gelap" Ucap Caine.

"Stt... Don't cry baby" Sahut Rion sambil menarik tangan Caine.

"Ah kalo tangan kamu nggak di ikat, kamu bisa lepas penutup matanya, Sorry darling, your hands will have to be tied" Kata Rion sambil mengikat kedua tangan Caine dibelakang punggungnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Ah kalo tangan kamu nggak di ikat, kamu bisa lepas penutup matanya, Sorry darling, your hands will have to be tied" Kata Rion sambil mengikat kedua tangan Caine dibelakang punggungnya.





To Be Continued...





Itu gambarnya kelihatan nangis nggak si ??

Kalian pada sakit nggak si ?, lagi musim sakit ya ??, aku tiba tiba pilek pliss 😩😩

Selamanya Hanya Milikku ~ [ RionCaine ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang