Chapter 22: Tulips

95 2 0
                                    

Sudah lebih dari tiga hari ia tidak mendapatkan kabar dari Ryke dan ia merasakan adanya sesuatu yang kurang dari hari-harinya. Mungkin London tanpa Ryke tidak ada bedanya dengan New York, Los Angeles, dan kota-kota lainnya.

Mungkin ia menyukai London karena terdapat Ryke di dalamnya.

Siang hari ini langit London sangat gelap karena sedang hujan deras. Sangat mendukung cuacanya untuk Valerie berbaring di ranjangnya sambil memandangi pemandangan di luar kamarnya.

Sesekali wanita itu mengambil ponselnya untuk menunggu notif dari Ryke, tetapi yang ia dapatkan selalu sama setiap kalinya.

Valerie menghela napasnya.

  "Kenapa kau belum juga menghubungiku sampai sekarang, Ryke?"

Di detik ini juga, ia mulai berpikir apa mungkin harus dirinya yang lebih dulu mengirimkan pesan pada pria itu. Tetapi, Valerie mengurungkan niatnya dan lanjut merenung sambil menatap jendela kamar hotelnya.

Tidak lama setelahnya, ia mendengar adanya suara dari ponselnya yang menunjukkan adanya notif yang masuk. Dengan secepat kilat, Valerie mengambil ponselnya yang berada di sisi kiri ranjangnya. Saat ia membukanya, ternyata Fionna lah yang mengirimkannya pesan. Asistennya itu memberitahukannya kalau ia sudah membelikannya makan siang dan sebentar lagi ia akan sampai di depan pintu kamarnya.

TING!

Bunyi bel kamarnya bersuara. Menandakan bahwa Fionna sudah di depan kamarnya dengan membawa makan siang untuknya. Dengan malas—walau ia juga sudah lapar, ia beranjak dari ranjangnya, berjalan menghampiri pintu, dan membukanya.

Setelah pintu terbuka, ia mendapati Fionna sedang memegang paper bag yang sudah pasti berisi makan siangnya di tangan kanannya dan bunga di tangan kirinya.

Asistennya itu masuk ke dalam kamarnya untuk menyiapkan makan siangnya dengan menaruhnya ke atas piring dan menaruh bunga yang ia pegang di atas meja.

  "Makan siang anda sudah siap, Miss!" seru Fionna sambil tersenyum.

  "Terima kasih, Fionna," ucap Valerie seraya berjalan menuju meja dimana makan siangnya sudah disediakan.

Setelah pekerjaannya selesai, Fionna hendak keluar dari kamar hotel Valerie, namun Valerie memanggilnya kembali.

  "Apa lagi yang anda perlukan, Miss?" tanya Fionna.

Valerie menunjuk ke arah bunga yang berada di atas meja dekat jendela. "Kau lupa bungamu."

"Ya Tuhan, saya lupa. Bunga itu bukan milik saya. Itu untuk anda, Miss. Ada seseorang yang menitipkannya di front office," jawab Fionna.

"Oh." Valerie menghentikan niatnya untuk menyuapkan makanan ke dalam mulutnya. Ia beranjak dari kursinya dan mengambil bunga tulip berwarna merah muda itu. "Kau tahu siapa pengirimnya?"

Fionna menggelengkan kepalanya.

"Mungkin Mr. Fahd?" tanya Fionna.

"Mungkin saja bukan," jawab Valerie yang kemudian menaruh kembali bunga tersebut ke tempatnya yang semula dan mempersilahkan Fionna untuk kembali ke kamarnya atau kemanapun yang ia mau.

Saat Fionna sudah keluar dari kamarnya, Valerie tersenyum. Tersenyum sangat lebar. Karena ia tahu siapa yang memberikannya bunga.

Pasti orang itu adalah Ryke.

Selain Alex, ia hanya memberitahukan apa bunga kesukaannya pada Ryke beberapa hari yang lalu.

Harinya pun membaik. Rencananya untuk menghabiskan satu harinya di kamar pun gagal berkat bunga tulip itu. Setelah menyelesaikan makan siangnya, Valerie langsung bersiap-siap untuk pergi menjelajahi Portobello Road Market.

Irresistible Sight | Irresistible Series #2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang