Chapter 12: To Better Get To Know

134 6 0
                                    

Ryke tidak pernah berpikiran bahwa ia akan membutuhkan keberadaan seseorang untuk menemani malamnya. Apalagi perempuan yang sedang berada di sisi kiri tempat tidurnya dan sedang memunggunginya sambil memainkan ponselnya.

Hening sekali di dalam kamar itu. Keduanya sama-sama belum mau untuk membuka pembicaraan karena kegugupannya masing-masing. Ryke bukanlah tipe seseorang yang sering berganti pasangan atau mudah untuk mendekati wanita. Ia juga tidak tahu apakah karena pekerjaannya atau memang jati dirinya yang seperti itu.

Jadi, bersama dengan seorang perempuan yang tidak memiliki hubungan spesial dengannya membuat Ryke sedikit gugup, walaupun tidak dapat dipungkiri bahwa ia suka kalau Valerie ada di dekatnya.

Begitu pun dengan Valerie. Sebelum memiliki hubungan yang hampir menuju ke jenjang yang 'serius' dengan Alex, ia hanya pernah menjalin hubungan dengan seorang aktor yang lebih tua tujuh tahun dengannya saat usianya masih enam belas tahun.

Banyak sekali teman sesama aktrisnya yang menyuruhnya untuk bergonta-ganti pasangan, selain untuk memperbanyak berita tentang dirinya di media, tetapi juga untuk menikmati masa mudanya. Namun, Valerie tidak setuju dengan pendapat itu karena dengan berganti pasangan terus menerus ia tidak dapat menikmati masa mudanya, melainkan ia hanya membuang-buang waktu saja.

  "Kenapa kau berubah pikiran?" tanya Valerie yang kini membalikkan tubuhnya agar dapat memandang Ryke yang sedang menatap ke langit-langit.

Sekarang pria itu sudah memakai kaus putih untuk menutupi tubuhnya itu. Sejujurnya, Valerie agak kecewa karena ia tidak dapat lagi menikmati pemandangan tersebut, tapi apa boleh buat?

"Kita tidak akan membicarakan hal itu. Lebih baik kau tidur," kata Ryke yang masih menengadahkan kepalanya ke atas.

"Bagaimana dengan Tinker Bell?" tanya Valerie lagi seraya mendekatkan dirinya pada Ryke.

Saat Valerie memberikan pertanyaan itu, barulah ia menoleh ke arah Valerie yang sedang memandangi dengan lekat.

Jesus. Her doe eyes are... irresistible.

"Tinker Bell?" tanya Ryke.

Valerie mengangguk. "Ya, Ryke. Kau menyebutku Tinker Bell. Jangan salah sangka, aku menyukainya, tetapi kenapa?"

"Frankly?" Ryke mengumpat dalam hatinya sebelum menjawab pertanyaan Valerie dengan jujur. "Kau mengenakan kostum Tinker Bell saat pertama kali kita bertemu. Seharusnya kau tidak perlu bertanya lagi."

Mendapati jawaban itu membuat Valerie tersenyum dengan lebar dan senyumannya itu membuat Ryke menyunggingkan bibirnya sedikit.

Jantungnya berdegup dengan kencang dan di detik ini juga Valerie sedikit menyesal memilih untuk bermalam bersama Ryke di kamarnya dan satu ranjang bersamanya. Sial.

Valerie tidak tahu harus berbuat apa lagi setelah ini karena ia juga sedang mematung memandangi pemandangan di depannya. Jika ia tidak punya kontrol penuh akan dirinya, mungkin saat ini ia sudah menarik Ryke untuk berciuman dengannya.

Oh, Valerie sedang berimajinasi bercumbu dengan Ryke.

"Apa kau lapar?" tanya Ryke tiba-tiba, yang membuat Valerie harus keluar dari imajinasinya.

"You were saying?"

Ryke mengulangi pertanyaannya lagi dan Valerie menjawabnya dengan anggukan kepala karena memang ia sangat lapar, tapi ia tidak berani mengatakannya. Terakhir kali ia makan siang sekitar jam dua, sebelum ia berangkat ke Moskwa dengan jet pribadi milik Damien dan sekarang sudah menunjukkan jam sebelas malam.

Tepat saat ia menganggukkan kepalanya pada Ryke, perutnya langsung berbunyi seakan meminta pertolongan pada Ryke untuk segera memberinya asupan makanan.

Irresistible Sight | Irresistible Series #2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang