"Kenapa aku harus duduk di belakang?" tanya Valerie yang sejak ia masuk ke dalam mobil tersebut kerjaannya hanyalah menggerutu.
Tangan Ryke menjulur ke belakang untuk meraih milik Valerie. Awalnya, wanita itu ingin menangkis, tetapi apa boleh buat? Hatinya terlalu lemah kalau berhubungan dengan Ryke.
"Kau tidak ingin membahayakan reputasimu, bukan? Ini yang terbaik, Valerie. Untuk sekarang."
Ucapan Ryke membuat Valerie berpikir. Pikirannya yang awalnya sudah mulai memudar, kini kembali lagi ke permukaan. Ia tidak ingin membahas mengenai pikirannya sekarang, tetapi ia tidak tahan untuk tidak membicarakannya dengan Ryke.
"Sampai kapan, Ryke?" tanya Valerie dengan sedih. "Aku mau semua orang tahu kalau aku milikmu sekarang. I am yours, Ryke. Am I not?"
Ryke menatap Valerie lewat pantulan kaca spion tengah dan tersenyum singkat sambil tangannya mengelus jemari wanitanya itu.
"I'm all yours, Tinker Bell. However–"
"Aku bisa berhenti dari pekerjaanku dan kau pun juga, kalau kau bersedia. Jangan menggunakan alasan itu, Ryke."
"Tetapi memang itu kenyataannya, sayang. Alasan terbesar mengapa kita harus tetap seperti ini karena dunia kita. Kau tahu aku menginginkan hal yang sama denganmu, tetapi belum saatnya. Bagaimana dengan ibumu? Bagaimana dengan Damien? Bagaimana dengan orang-orang di luar sana yang tidak menginginkan kita bersama?"
Valerie terdiam.
Mengapa sulit sekali baginya untuk memberitahu kepada seluruh dunia bahwa ia jatuh cinta dengan satu pria ini yang bernama Ryke Labonair?
Mengapa percintaannya tidak pernah berjalan dengan mulus?
"Ryke."
"Ya, sayang?"
"Aku yakin kita akan menemukan jalan untuk memperoleh akhir yang bahagia. Bersama."
Ia hanya mengangguk dan ia tidak mengatakan apa-apa lagi. Ia hanya ingin fokus dengan jalan di depannya—mencoba untuk tidak memikirkan perbincangan mereka itu—dan juga tetap memegang tangan Valerie selama perjalanan mereka.
Dua puluh menit kemudian, Ryke menepikan mobilnya di depan bangunan yang titiknya berada tepat pada alamat yang dituju oleh Valerie. Sebelum turun, Valerie mencium bibir Ryke singkat dan melepaskan tangannya dari pada pria itu.
"Dimana kau akan menungguku?" tanya Valerie.
Ryke mengangkat bahunya. Ia belum tahu ia akan pergi kemana selagi menunggu Valerie selesai dengan urusannya.
"Nanti akan aku kabari," jawab Ryke sebelum Valerie turun dan menutup pintu mobilnya.
Tidak lama setelah ia melajukan mobilnya, ia mendapatkan panggilan telepon. Dari Susan. Kalau bukan mengenai pekerjaan, Ryke tidak akan mau mengangkatnya.
Namun, ia yakin bahwa Susan tidak akan membicarakan mengenai anak-anak mereka di pagi atau siang hari. Tidak saat isi kepalanya hanyalah misi yang sedang mereka kerjakan ini.
"Dimana posisimu saat ini?" tanya Susan tanpa basa-basi.
"Maksudmu, bagaimana aku tahu kau memasang tracker di mobilku?"
Semalam setelah menaruh kantong belanjaannya di dalam bagasi mobilnya, ia mengambil kaca untuk membantunya melihat kolong mobilnya, yang ternyata terdapat sebuah tracker. Sebelum ia pergi ke Macy's, ia sudah memastikan bahwa tidak ada apa-apa di dalam mobilnya.
Jadi, dapat dipastikan bahwa yang memasang tracker pada mobilnya adalah Susan.
"Tidak perlu kau jawab," kata Ryke. Terlalu lama kalau menunggu wanita itu untuk jujur. "Apa alasanmu menghubungiku?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Irresistible Sight | Irresistible Series #2
Romance[ 18+ ] TOLONG BIJAK DALAM MEMBACA YA! IRRESISTIBLE SERIES #2 Valerie-Ann. Memiliki hak istimewa yang diterimanya sejak lahir ke dunia dari rahim seorang Aktris papan atas tidak membuat hidupnya berjalan mulus. As a Nepo Baby, memang membuatnya memi...