Chapter 29: Small Things Matter

64 4 0
                                    

Semalaman penuh, Valerie hanya berguling-guling di atas tempat tidurnya. Ia tidak dapat tidur dengan nyenyak. Mungkin pikiran dan tubuhnya sama-sama tahu bahwa Ryke ada bersama dengannya di bawah atap yang sama dan tidak dapat tenang sampai ia berada di dekatnya.

Di atas tempat tidur yang sama.

Tentu saja ia sudah gila. Tidak dapat dipungkiri lagi.

Valerie beranjak dari tempat tidurnya untuk membasuk wajahnya dan melakukan rutinitas paginya, yaitu memakai skincare. Pagi ini ia tidak berencana untuk lari pagi–sama seperti setiap paginya ia berada di London–karena di luar sana sangat dingin walaupun halaman belakang di Mansion itu sangat mendukung.

Setelah selesai dengan rangkaian skincare paginya, Valerie mencari pakaian untuk dirinya pakai seharian ini sebelum memulai makeup. Ia memutuskan untuk memakai tweed blazer yang dipadukan dengan jeans dan untuk alas kakinya, ia akan memakai Saint Laurent Opyum Patent Leather Pumps in All Black.

Disaat ia sedang memakaikan kalung pemberian ulang tahun dari Xavier setahun yang lalu, ia mencium aroma yang membuat perutnya berbunyi.

Valerie pun langsung mengambil tas dan ponselnya untuk turun ke bawah. Ia tidak sabar untuk menyantap apapun yang dibuat oleh Stella untuk sarapan mereka pagi ini.

Saat ia sedang menuruni tangga, tiba-tiba saja ia sudah mendapati Greyson yang menyusulnya dari belakang. Rambut lelaki itu terlihat masih berantakan yang menandakan bahwa ia tidur dengan nyenyak semalam.

Good for him.

"Pulang jam berapa kau semalam?" tanya Valerie. "Bagaimana? Apakah Paula menikmati makan malam ulang tahunnya?"

Greyson mengangguk.

"Terima kasih untuk rekomendasinya, Val. Semuanya sempurna," jawab Greyson. "Ia sangat senang sampai disaat kita memasuki kamar hotelnya–"

Refleks Valerie mendorong wajah lelaki itu untuk membungkam mulutnya. Ia tidak mau mendengarkan cerita selengkapnya mengenai apa yang terjadi diantara Greyson dan Paula.

Greyson tertawa terbahak-bahak.

"Aku tidak ingin mengetahui kelanjutannya, bodoh!"

Valerie lalu mempercepat jalannya menuju area dapur dan ruang makan dengan sepatu hak tingginya itu. Saat ia sudah tiba disana, ia terkejut dengan adanya Ryke yang sedang membantu Stella dalam membuat sarapan. Atau dapat dikatakan juga mengambil alih dapur.

Tidak lama Valerie berdiri di dekat meja makan, Stella menyadari keberadaan Valerie yang sedang berdiam diri melihat ke arah Ryke.

"Valerie!" panggil Stella seraya menghampiri sahabatnya itu yang membuat Ryke menolehkan kepalanya untuk melihat Valerie.

Saat Ryke melihat Valerie, di dalam hatinya ia memuji kecantikan wanita itu dan betapa besar keinginannya untuk mencium wanita itu. Tanpa sepenglihatan Stella, Ryke memberikan senyuman yang hangat pada Valerie, yang kemudian dibalas dengan rona merah di pipi wanita itu.

"Saat aku sedang mencuci stroberi tadi untuk kujadikan selai, ia menghampiriku untuk membantuku dalam menyiapkan sarapan," bisik Stella seraya melingkarkan lengannya pada lengan Valerie. "Ia sedang membuat adonan waffle yang kedua sekarang."

Waffle.

Seketika saja Valerie tersenyum.

Pria itu benar-benar menepati janjinya padanya.

Hal sekecil ini saja sudah berhasil membuat Valerie tambah menyukai Ryke—ralat: mencintai, hanya saja Valerie masih menyangkalnya dan mencoba untuk menguburnya agar nantinya kalau ia patah hati, tidak begitu sakit ia rasakan.

Irresistible Sight | Irresistible Series #2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang