Chapter 30: A squash and a Squeeze

55 5 1
                                    

Selama perjalanan menuju kota, sambil bercerita mengenai banyak hal dengan sahabatnya, Valerie tidak dapat melepaskan tatapannya dari Ryke yang sedang menyetir di belakang kemudi. Ia sangat tampan dengan kacamata hitam yang dipakai olehnya saat ini.

Setiap kali memandangi pria itu, Valerie tidak dapat menghentikan rekaman malam itu di dalam pikirannya. Valerie menginginkannya lagi dan ia yakin Ryke pun demikian.

Saat ia sedang menggigit bibirnya, Stella menangkap basah dirinya. Sahabatnya hanya dapat menahan senyumannya itu dan mengelus tangannya yang berada di atas armrest atau sandaran tangan.

"Ryke, nanti setibanya di kota, tolong berhenti di toko buku dan toko bayi terlebih dulu ya," ucap Stella pada Ryke. "Terima kasih."

"Baik, Miss."

Tiga puluh menit kemudian, mereka sampai di salah satu toko buku terbesar di London. Sesampainya disana, Stella langsung berjalan menuju bagian anak-anak. Ia mengambil sekitar lima puluh buku ke dalam dua keranjang, karena satu tidak cukup.

Setelah urusannya di toko buku selesai, kini ia dengan ditemani oleh Valerie—dan juga Ryke tentu saja—untuk mengitari toko tersebut.

"Aku pikir kau sedang hamil lagi dan tidak memberitahuku, Stella. Hampir saja aku ingin marah," kata Valerie.

Stella tertawa. "Belum, Val. Panti asuhan kami mendapatkan lima anak bayi dalam satu minggu ini. Lima hari berturut-turut."

"Aneh dan sangat disayangkan. Aku sedih mendengarnya, Stell."

"Ya, maka dari itu aku ingin memberikan sesuatu yang terbaik bagi mereka. Setidaknya, hanya ini yang bisa aku lakukan," ucapnya selagi mengambil beberapa baju bayi dengan kualitas terbaik ke dalam keranjang.

Semua hal yang dibeli oleh Stella kini sudah memenuhi bagasi mobil. Stella mengatakan padanya kalau ia senang dan tidak sabar untuk mengunjungi tempat itu lagi.

Sesampainya disana, dengan melihat banyaknya anak-anak—beserta anak bayi—di panti asuhan khusus untuk anak perempuan, yang berada dibawah naungan yayasan milik Stella ini membuat hati Valerie sedih. Bagaimana mungkin ada banyak orang tua diluar sana yang tidak berani bertanggung jawab dengan apa yang mereka lakukan?

Valerie berjalan menyusuri satu per satu ruangan di dalam panti tersebut sambil merangkul lengan Stella dan juga dengan Ryke juga yang berada di belakang mereka.

Tempat tersebut begitu besar, dengan ditengah-tengahnya terdapat sebuah pekarangan yang besar di mana anak-anak dapat bermain dan berkegiatan disana. Ia dapat melihat ada beberapa anak yang sedang saling menguncir rambut temannya dan ada juga yang sedang bermain boneka bersama.

"Mereka terlihat senang disini," kata Valerie.

"Kelihatannya begitu memang, tetapi kita tidak tahu kebenarannya, Val. Di dalam hati mereka, pasti mereka juga merasa sedih. Aku pernah ada diposisi mereka," ucap Stella.

  "Bagaimana kalau sampai besar tidak ada yang mengadopsi anak-anak ini, Stell?" tanya Valerie sembari melambaikan tangan kepada anak kecil yang melambaikan tangannya terlebih dulu padanya. "Sedih membayangkannya."

  "Aku harap hal itu tidak terjadi. Semua anak-anak disini berhak untuk mendapatkan rumah yang lebih layak, dan juga kasih sayang yang tulus," jawab Stella. "Aku yakin mereka akan mendapatkannya suatu hari nanti. Tuhan tidak pernah menutup matanya, Val."

Kini mereka berada di ruang belajar, dimana anak-anak yang berusia tiga sampai enam tahun belajar membaca. Terdapat banyak buku bacaan disana dan disitu Stella meminta Valerie untuk membacakan bacaan dari salah satu buku disana, selagi sahabatnya itu mengadakan pertemuan kecil dengan beberapa pengurus tempat ini.

Irresistible Sight | Irresistible Series #2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang