9

1.3K 160 6
                                    


"Kenapa errrh buibu waeung..."

Aku prihatin. Ternyata wajah rupawan, badan atletis, dan pakaian mahal belum bisa menjamin kesempurnaan. Lihat di depanku ini. Pria yang sekali tengok bisa membuat cewek ileran ternyata bisa tampak mengenaskan. Duduk merosot di lorong dan meracau. Matanya sudah terpejam dari sejak di lift. Berbekal kalori dari mie ayam, aku memiliki cukup tenaga untuk mendorongnya keluar begitu lift yang kami tumpangi terbuka di lantai 23. Sedikit doronganku malah membuatnya tersungkur menabrak dinding. Alih-alih sadarkan diri, dia malah jatuh dan berakhir seperti ini.

Aku berjongkok di hadapannya dengan banyak pertimbangan. Salah satunya ialah meninggalkan dia di lorong ini. Toh, ini hotel. Tamu lain yang menginap di lantai ini bakal menemukannya, lalu menghubungi manajemen dan staf hotel yang mengurus sisanya. Namun Louis menyuruhku mengantarnya sampai kamar. Pria ini lumayan susah diatur. Disuruh berjalan lurus, malah berbelok untuk memeluk pohon dan menangisi takdir si pohon yang tercipta sebagai pohon yang mestinya bisa dapat kesempatan turun ke bumi sebagai Lady Gaga. Kalau ditarik, dia malah menjerit dan membuatku dikerumuni orang karena dituduh sebagai calon pemerkosa. Mungkin lebih mudah jika dia pingsan sekalian. Aku bisa menarik kedua kakinya sampai kamar. Yah, tentu ada pilihan lain yang lebih simpel seperti meminta tolong staf hotel untuk menaikannya ke trolley bagasi dengan tangan dan kaki terikat di tiang serta lambe yang disumpal handuk. Masalahnya aku ingin kepoin hubungannya dan ratu iblis.

Aku mengangkat ponsel, lalu menjepret pria yang masih meracau dengan ekspresi khas anak kecil yang nggak diizinkan jajan permen. Entah apa masalahnya, ocehannya terdengar kurang jelas. Kalau ini berkaitan ratu iblis pasti menarik.

"Ayo ke kamar. Cup cup, jangan nangis. Sini Mumu Peri bantu. Utuk utuk utuk, anak kasep." Aku membujuknya sembari menarik lengan kanannya naik ke bahuku. Dalam satu kali usaha, aku sukses menariknya hingga berdiri. Kalau begini, aku merasa seluruh lemak badanku sangat berguna.

"Ma sialan eurgh... kahur huwe... akh," dia kembali meracau.

"Kelihatannya kurus, ternyata berat. Berat dosa ya?" aku ikutan mengoceh saja. Tapi ini jujur loh. Badan cowok ini punya komposisi apa sih? Ukurannya nggak selebar badanku, tapi beratnya nggak becanda. Membawa badan sendiri sudah berat, masih pula membopong badan orang lain.

"Lo lo jyahaz jyahaz ama uweh."

"Siapa sih yang jahat? Eh jalannya yang lurus. Jangan miring gitu."

"Mati aja. MATI!"

Aku tersentak. Pria itu mendadak mengangkat kedua tinjunya ke udara dengan kaki melebar. Kemudian dia mematung. Aku memegangi dada saking terkejutnya. Bisa-bisanya dia yang sudah nyaris roboh punya kekuatan besar mendorongku. Tahu-tahu dia layu. Secara harfiah, badannya membungkuk dengan kedua tangannya yang lunglai di sisi badan dan kepala menunduk. Aku diam memastikan. Jantungku sudah berdetak normal, tapi bukan nggak mungkin cowok ini berulah lagi.

Setelah hampir satu menit nggak ada perubahan dari cowok itu kecuali suara ngorok yang bikin aku heran. Ya, heran lah. Dia masih berdiri walau postur badannya rada kurang wajar.

Aku mendorongnya menggunakan telunjuk kanan. Dia roboh seperti es krim yang meleleh. Badannya merosot ke bawah hingga wajahnya menempel ke lantai. Bokongnya saja yang menungging.

Apa semua cowok tampan tingkahnya seperti ini setiap kali mabok?

Bukannya aku kurang pengalaman dengan cowok tampan. Jujur saja, cowok tampan berserakan di sekelilingku. Secara aku bekerja di perusahaan pembuatan furnitur yang 80 persen pegawainya adalah laki-laki berotot yang kuat mengangkat kayu, menggetok paku, sampai angkat galon dengan sebelah tangan. Bos sekaligus crush-ku pun tampan. Koko sipit dengan kulit putih. Namun aku harus mengakui satu hal. Semua cowok tampan yang aku kenal beda tier dengan cowok mabok ini. Dia lebih cocok menjadi model iklan sempak di mall premium. Tanpa membuka kemeja fit body-nya, aku tahu dia punya otot dada yang bagus, meskipun badannya kurus.

Whimsical LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang