30

798 148 5
                                    


Bab 30

Udah enggak tahan lagi! Anjir lah! Kalau pertemuan dengan klien bisa dipercepat, gue percepat dengan senang hati. Tapi masalahnya ini proyek besar, dan Osta pun bakalan ngamuk sama gue kalau mendadak gue pergi gitu aja tanpa hasil yang maksimal. Makanya dengan sangat berat hati, dan berperang dengan batin sendiri, akhirnya gue bisa bertahan. Bahkan hampir 4 jam kami membicarakan banyak hal penting, hingga akhirnya klien kami setuju untuk bekerja sama. Dan amat sangat jelas keuntungan ratusan milyar ada di depan mata.

"Kenapa lo? Dari tadi gelisah banget. Lagi mencret-mencret, ya?"

Enggak langsung menjawab, gue cuma diem, ngelirik Osta dengan ekspresi pengen ngamuk tanpa tertahan dari tadi.

"Lo kenapa sih? Gatel? Pengen gue garukin."

"Diem deh lo. Sebelum gue amuk!"

"Wush ... tatut. Coba cerita, belum dapat jatah sama Shella atau gimana?"

Teringat cerita Shella sebelumnya mengenai lipstick, gue coba konfirmasi ke Osta mengenai barang krusial itu.

"Lo ngomong apa sama Shella soal lipstick?"

"Ah? Lipstick?"

"Iya. Lipsticknya tuh cewek Kendi, yang bengkak luar dalem."

HAHAHAHAA .... Buset ketawanya, macem dakjal!

"Kok lo ketawa?"

"Ya gimana enggak ketawa, lo bilangnya tuh cewek bengkak luar dalem. Kan gue jadi ngebayangin."

"Alah, udah. Jangan ngebayangin apapun, gue lagi tanya serius."

"Sabar. Sabar. Ini gue juga mau jawab dengan serius. Iye, kemarin ini si Shella sempat telepon gue. Gue juga kaget tiba-tiba banget tuh anak hubungi gue. Padahal kita aja baru ketemu lagi hari ini, tapi yah ... karena gue anaknya positif thinking, gue ladenin tuh telepon dari Shella. Tuh cewek emang kelakuannya agak aneh, ya? Dia enggak pakai basa basi lagi, langsung tanya sama gue, siapa cewek yang lagi dekat sama lo. Ya, gue jawab enggak ada lah. Lagian terakhir kan lo cerita kalau sistem otomatis PB lo rusak. Dan gue nyaranin pergi ke dukun, kan? Nah, gue jawab jujur aja, enggak ada cewek yang mau sama cowok penyakitan macem lo!"

Hampir aja mati gue cekek tuh si Osta, ini anak emang kurang ajar kalau didiemin terus-terusan. Disangka gue masih enggak emosi kalau inget dukun cabul itu? Wah, enggak akan kena pasal kayaknya kalau gue bunuh Osta sekarang juga.

"Ampuunnn ... Om! Gila lo, kenapa sih emosi banget hari ini."

"Eh, sial ya, lo! Kesalahan lo banyak banget sama gue. Pertama soal tuh dukun cabul. Emang enggak ada otak lo saranin gue berobat ke sana. Lo pikir gue apaan, hah? Untung aja gue enggak sampai dicabulin sama mereka. Kalau sampai gue ngerasain hal gila itu, gue masukin ke penjara lo atas saran gila itu. Terus yang kedua, lo ngomong gitu sama Shella disaat hubungan gue sama dia lagi enggak baik. Walah, ancur emang punya temen model kayak lo gini."

"HAHAHAHAAAAAA ... sumpah ngakak banget gue dengernya. peace, bro. Maafin elah. Lo kayak enggak pernah jahatin gue aja. Waktu dulu siapa yang jeblosin gue ditengah-tengah para jablay haus duit? Gue enggak akan lupa tuh, habis berapa puluh juta buat jablay-jablay yang lobangnya udah segede bula kasti. Sumpah enggak lagi-lagi deh gue terima saran lo soal jablay."

"Brengsek, itu kasus kapan tahu!"

"Anggap aja pembalasan gue baru kemarin ini. Udahlah, enggak usah diambil pusing. Lagian lo masih sehat-sehat aja, kan? Lo enggak mungkin ditusbol sama mereka. Karena udah gue arahin."

"Kehabisan kata-kata gue punya temen macem lo."

"Eh, tapi serius. Gue sama Shella cuma ngomong gitu doang. Kalau lo jadi punya masalah sama tunangan lo itu, semua bukan urusan gue, ya!"

Whimsical LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang