Cewek SETAN! Bisa-bisanya dia enggak ada di rumah waktu gue datangi ke rumahnya setelah pengaduan Osta ke gue, serta bentuk trauma Kendi yang jelas gue lihat sendiri dengan kedua mata ini. Niat hati mau kasih Shella pelajaran, eh ... gue malah dibuat kesel sendiri.
Udah jauh-jauh, naik ojek pula, sampai di rumah ini malah ketemu sama satpamnya doang dan bilang Shella belum pulang ke rumah. Walau awalnya gue enggak percaya sama penjelasan ini, tetapi mobil yang biasa Shella pakai emang enggak ada di garasi rumahnya, terlebih lagi bibinya yang udah kenal banget sama gue sengaja buat nemuin gue untuk ikutan info kalau Shella belum pulang setelah pamit ke salon hari ini.
Oke. Gue coba terima jawaban dari kedua orang ini. Tapi yang jadi pertanyaan ke mana perginya tuh cewek? Seenaknya aja menghilang setelah bikin anak orang ketakutan.
Pamit dari si bibik dan satpam itu, gue sempat kebingungan pakai kendaraan apa gue buat pulang ke rumah? Secara supir gue udah dipakai buat anterin si Kendi pulang, enggak mungkin gue nunggu di rumah ini sampai supir gue jemput? Yang ada kasihan banget dia. Bolak balik menerobos kemacetan ibu kota dijam-jam crowded. Enggak. Enggak akan tega gue. Jadi yah, mau enggak mau gue coba cari ojek lagi. Tapi kan enggak mungkin baru pesan udah datang, jadi yah ... minimal nunggu dulu 5 sampai 10 menit baru bisa sampai ke tempat ini.
Sebenarnya si bibik udah saranin gue masuk ke dalam rumah, buat nunggu tukang ojeknya. Tapi kayaknya nanggung banget. Dan gue tolak tawaran itu dengan kata-kata yang sopan. Entah kenapa setelah dilemparin kerikil sama si Kendi, berasa iblis gue, perasaan gue jadi enggak karuan. Makanya berusaha buat hati-hati berbicara sama orang lain. Takut kena semprot lagi, enggak akan siap gue.
Sambil terus coba pesan ojek dari aplikasi yang banyak dipakai sama manusia-manusia yang pengennya praktis, sat set sat set ke mana aja gampang, gue akhirnya dapat driver ojol yang lokasinya enggak jauh dari komplek rumah ini. Tersenyum lebar, gue bangga sama diri ini, ternyata bisa juga gue pakai angkutan online kayak gini.
"Masuk dulu pak kalau nungguin supirnya," seru satpam yang memang sudah cukup kenal siapa gue.
"Enggak usah, Pak. Terima kasih. Saya nungguin tukang ojek soalnya."
"Ojek? Kalau ojek mah enggak akan diperbolehkan masuk, Pak. Kecuali antarkan penumpang ke dalam perumahan ini."
Kening gue tiba-tiba aja mengkerut waktu dengar jawaban dari pak Satpam. Eh, bener juga apa yang dia bilang, komplek ini bukan perumahan sembarangan. Apalagi yang gue tahu, salah satu tetangga Shella, pejabat penting di negara ini. Jadi enggak mungkin aja akses keluar masuk bisa semudah itu?
"Trus gimana ya pak? Saya udah pesan ojek untuk ...."
Belum kelar gue ngomong, tukang ojeknya udah calling. Ketebak sih, pasti dia enggak dizinin masuk sama security bagian depan. Walah, ini mah gue wajib jalan ke gerbang depan sana.
"Baik, Pak. saya ke sana."
Meringis pedih ke arah satpamnya Shella, dia malah ngetawain gue yang emang enggak pernah jalan selama bolak balik ke rumah Shella.
"Mau saya anterin naik motor kedepan, Pak?"
"Wah ... ide bagus! Berangkat lah."
Senyum dibibir gue yang sebelumnya tenggelam, gelap dan surem, sekarang berubah cerah lagi. Mirip-mirip ditiup angin surga sama Tuhan.
"Pak Ganta enggak coba hubungi non Shella, tanya dia lagi di mana? Kan kasihan bapak bolak balik begini buat nemuin dia."
Sambil mengemudikan motornya yang gue rasa pelan banget tuh satpam mulai buka suara. Mirip-mirip memberi saran, namun ujung-ujungnya kepo juga, gue sejujurnya kondisi yang terjadi antara gue sama Shella sekarang ini. Setidaknya kalau tiba-tiba gue enggak main ke rumah ini lagi, dia tahu hubungan sang majikan udah END dan enggak mau di continue lagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Whimsical Love
RomanceKesalahan terbesar Shella tahun ini adalah maksain peruntungan buat balas dendam. Alih-alih balas dendam, dia malah kehilangan keperawanan. Mau kesal, tapi kok keenakan? *** Ganta tahu masalah setiap cowok adalah memastikan jamur mereka nggak salah...