42

788 152 9
                                    

Setelah kemarin ketemu si Kendi secara enggak sengaja di makam, hari ini gue bener-bener pengen nemuin Shella, pengen ngobrol serius sama tuh cewek enggak kayak waktu itu. Kali ini gue mau yang bener-bener prepare, setidaknya kami bisa duduk tenang dengan kepala dingin sambil menikmati minuman. Karena itulah siang ini, tahu jadwal Shella lagi ke salon, gue langsung hubungi dia. Minta dia buat nemuin gue di salah satu cafe dalam mall gitu setelah dia selesai treatment.

Yah, walau hubungan kami udah berakhir, setidaknya gue masih bisa hubungi dia, ajak dia ketemu buat ngobrol banyak hal. Dan baiknya dia enggak nolak soal itu, karena yah ... mungkin, mungkin dia emang sadar semua tuduhannya benar, makanya dia tetap oke-oke aja waktu gue ajak ketemuan lagi. Coba kalau tuduhan yang gue ucapin ke dia, seperti pelacur, dan sebagainya, mungkin dia enggak mau nemuin gue lagi.

Enggak sampai setengah jam gue nungguin Shella di sini, dia tiba-tiba aja udah muncul, dengan penampilan super wow seperti biasa. Cantik dan berpakaian indah, selayaknya wanita high class pada umumnya, gue cuma bisa meringis waktu inget PB gue dua kali enggak bisa turn on sama cewek sesempurna ini.

"Shel ...." Gue panggil kencang, waktu dia cari-cari lokasi gue duduk.

Dia kelihatan senyum, walau sedikit, tapi gue bersyukur, dia masih berbaik hati mau nemuin gue.

"Ada apaan lo? Ngajakin gue ketemu di sini?"

"Duduk dulu, gue mau ngomong baik-baik sama lo."

Memicingkan mata, gue yakin dia curiga kalau gue mau ajak dia balikan lagi. Whats? Gila sih kalau sampai itu terjadi.

"Kenapa sih lo? Duduk dulu. Gue tahu lo suka banget sama minuman di sini, kan?"

"Jadi lo sengaja?"

"Enggak gitu juga. Gue enggak sengaja, gue cuma tahu schedule lo pasti ada body treatment di sini, makanya gue minta lo buat ketemu. Yah, setidaknya tempat kita ngobrol lebih prefer dibandingkan sebelumnya."

"Ah, i see. Terus emang lo mau ngomong apa?" tanya Shella sambil bersidekap. Wah, berasa nantangin gue nih anak.

Tatapan dari kedua mata Shella, cukup mengintimidasi gue. Walau dia enggak ngomong apa-apa, tapi gue merasa tertekan waktu dia natap gue dan nunggu jawaban dari gue. Akh, sial. Lama kelamaan gue bisa mati kutu kalau begini.

"Kok malah diem. Buru jawab. Lo mau ngomong apa? Jangan sampai cowok gue keburu datang buat jemput, ya!!"

Gue semakin membisu. Jadi begini kalau lihat Shella bahagia bisa dijemput sama cowok yang dia suka. Yah, gue akui, selama dengan gue. Selama pacaran dan bertunangan sama gue, kita pergi selalu bertiga. Sekalinya berdua, selalu dia yang nyetir, karena gue pasca kecelakaan emang enggak pernah bawa mobil lagi. Selain ada trauma, gue seperti belum percaya sama diri ini buat menyetir dengan baik dan benar. Makanya selama 5 tahun ini gue selalu pakai supir. Ditambah lagi, nyokap pasti enggak akan kasih izin gue pergi tanpa supir. Dia bakalan bawelin gue, dan bikin kepala gue pusing setengah mampus! Karena itu, mau enggak mau gue nurut aja perintah dia.

"Gan ... helloww!!" Dia jentikin jari didepan muka gue. Buat lamunan ini lenyap seketika.

"Hm." Kayaknya gue ngelamun kelamaan deh.

"Lo mau ngomongin apa?"

"Gue mau ngomong banyak hal sama lo, tapi kita sama-sama janji, enggak pakai emosi di sini."

Dia memicing curiga. Akh, elah. Enggak percayaan amat jadi cewek! Apa dia sekecewa itu sama PB gue yang enggak bisa bangun, sampai bikin dia enggak percaya sama gue juga? Gue kalau bisa melakukan pilihan juga, enggak mau PB gue rusak dibagian saklarnya.

"Tenang aja, gue enggak akan bahas alasan kita putus. Gue udah enggak mau peduli. Toh gue lihat hidup lo baik-baik aja, malah jauh lebih senang, jadi ngapain gue pusing."

Whimsical LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang