14. Liam's Happiness

995 78 2
                                    

"Kai... Mau pulang bareng lagi boleh ya?" Liam kembali mengekorinya saat pulang sekolah, ia bersyukur sudah tidak melihat Reyden yang selama ini ikut - ikutan mengekorinya.

Namun masih belum bisa bersyukur sepenuhnya, karena bocah yang mengikutinnya terus merengek sejak tadi.

"Gue bilang nggak, ya nggak" Kaiza memandang malas Liam, anak ini semakin hari semakin ada saja tingkah lakunya yang menyusahkan Kaiza.

"Ish! Lo kalau sama Reyden manggut - manggut aja di ajak kesana - kemari, sama gue nggaaaaaak mulu" Liam sudah merengut kesal melihat Kaiza.

"Lo nyusahin" Liam terhenyak mendengar ucapan itu, jadi maksudnya selama ini Liam menyulitkannya? Makannya ia lebih senang di ajak kemanapun atau di minta apapun oleh Reyden di banding dirinya.

"Buruan" Kaiza merasa sangat malas ketika melihat wajah yang cemberut itu dari kaca spion motornya. Jika anak itu menangis saat ini, itu hanya akan merepotkannya karena keadaan parkiran masih ada beberapa orang yang menetap untuk sekedar berbincang - bincang.

Dengan sumringah Liam naik ke jok motor Kaiza. Dia hampir ingin menangis tadi, tapi sekarang ia malah terlihat sangat bahagia.

"Pake" Ucap Kaiza memberikan helmnya, membiarkan dirinya berkendara tanpa benda itu.

"Ini gimana Kai? Dari kemaren susah banget ngaitnyaaaa" Adu Liam, Kaiza hanya mendengus malas. Entah makhluk dari mana yang ada di belakangnya ini, memakai helm saja tidak bisa. Kaiza semakin yakin bahwa Liam adalah Anak Mami di rumahnya.

Kaiza menurunkan standar motornya dan turun untuk mengaitkan helmnya di kepala Liam. Sedangkan anak itu sudah cengegesan sedari tadi seperti orang bodoh.

"Emang nyusahin" Ucapnya dengan kesal, tapi tangannya sudah menyentuh kaitan helm itu.

"Biarin" Liam menatapnya dengan mengejek, ingin rasanya Kaiza memukulnya. Namun ia tahan, ia kembali naik ke motornya dan menghidupkannya.

"Gausah meluk!" Ucap Kaiza saat Liam akan melingkarkan tangannya di pinggangnya, Kaiza bisa melihat Liam memanyunkan bibir bawahnya kesal. Alhasil tangan putih mulus itu hanya menggenggam erat jaket luar Kaiza.

Seperti biasa Liam sangat menikmati perjalanan pulangnya saat bersama Kaiza, ia berharap bisa seperti ini untuk waktu yang lama. Jika supirnya tidak bisa menjemputnya nanti, Liam akan modus ke Kaiza lagi untuk mengantarnya pulang.

Saat masuk ke jalan menuju perumahan Liam, motor Kaiza tiba - tiba mati membuat Kaiza berdecak kesal. Padahal ia baru meng-service motornya minggu lalu.

"Turun" Kaiza menyuruh Liam turun, dengan menurut Liam turun dari motornya dan memandang bingung kenapa motor Kaiza tiba - tiba mati.

"Abis bensin?" Ucap Liam, Kaiza hanya menggeleng, karena seingatnya saat pergi dari pekarangan sekolah bensinnya masih ada setengah. Sepertinya memang mesin motor ini yang sudah tua, karena motor ini sudah sangat lama diberikan pamannya yang seorang peng-koleksi moge - moge klasik.

"Terus gimana?" Liam melihat kesana - kemari mencari sebuah bengkel pinggir jalan atau apapun, namun ia tidak menemukannya. Jalanan itu benar - benar sepi.

"Sepi Kai... Gaada yang bisa bantu, bengkel juga jauh? Gimana dong?" Pertanyaan - pertanyaan dari Liam hanya membuatnya pusing.

"Lo bisa diem ga? Lo ga membantu" Ucapnya kesal berhasil membuat Liam terdiam, Liam lalu menunduk merasa bersalah. Sepertinya memang benar, dia hanya menyusahkan Kaiza.

"Lo pulang naik ojol aja" Kaiza berdiri ingin melepaskan helmnya dari Liam, namun anak itu menggeleng keras menolak.

"Gausah, nanti lo sendiri. Gue disini aja" Liam berjongkok, berniat menunggu. Namun Kaiza menarik kerah belakangnya membuat dia berdiri kembali.

ADORE YOU [ENDING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang