09. Got Into Trouble

613 51 3
                                    

Kaiza sedari tadi hanya tidur di jam pelajaran Bahasa Indonesia. Ia begitu bosan karena guru itu terus mengoceh.

'Panggilan, kepada Kaiza Lavinia di harap keruang BK sekarang!'

'Sekali lagi dihimbau kepada siswi bernama, Kaiza Lavinia untuk segera keruang BK'

Elenna mengguncang tangan Kaiza karena Kaiza tak kunjung bangun. Mendapat guncangan yang semakin keras, Kaiza akhirnya bangun dan menatap kedua temannya itu dengan bertanya - tanya.

"Lo di panggil ke ruang BK Kai" Ucao Kanaya, Kaiza mereganggkan tubuhnya. Menoleh kesekitar yang sudah menatap ke arahnya.

Ia lalu berjalan keluar kelas, sedikit menguap karena masih merasa ngantuk. Ia bingung kenapa dirinya di panggil ke ruang BK.

Sesampainya di depan ruangan, Kaiza langsung mengetuk pintu itu dan izin untuk masuk. Ketika diizinkan Kaiza masuk, dan memandang Caitlin juga seorang wanita paruh baya yang entah siapa. Apa lagi sekarang? pikirnya.

"Kaiza, duduk" Ucap ibu BK dengan mempersilahkan Kaiza duduk dibangkunya.

"Kamu benar melakukan pembullyan terhadap Caitlin?" Kaiza menatap bingung dengan tuduhan itu, ia menoleh ke kanan, Caitlin yang tengah menangis menatap Kaiza sinis. Kaiza lalu menatap kembali ke arah Ibu BK dan menggeleng.

"Kaiza ... Jujur sama ibu, apa masalah kamu dengan Caitlin?"

"Gaada"

"Bohong! Dia terus gangguin saya Bu!" Ucap Caitlin, sekarang anak itu sudah pura pura menangis dan badannya ikut bergetar seolah - olah benar - benar ketakutan.

"Emang anak kurang ajar! Kamu tetep gamau ngaku?! Kami punya bukti pembullyan kamu terhadap anak saya!" Tiba - tiba wanita paruh baya di sebelah Caitlin berdiri dan menunjuk - nunjuk Kaiza.

"Bukti apa?" Tanya Kaiza, dia lalu menoleh saat Ibu BK memberinya ponsel milik beliau.

Kaiza menatap layar ponsel itu, kejadian saat Kaiza menampar Caitlin dan menjambaknya. Kaiza menghela nafas malas, jika sudah begini maka ia susah untuk berkelit.

"Itu di cut" Ucap Kaiza seadanya yang malah memancing amarah Ibu Caitlin.

"Masih bisa alasan?! Bu! udah langsung tindak adili ajalah! Anak kaya gini udah ga bisa dikasih hati!" Ucapnya berapi api. Ibu BK ikut merasakan amarahnya, jika ia mengingat anaknya di rumah di perlakukan seperti itu tentu dirinya akan marah.

"Kaiza, kami terpaksa mengeluarkan kamu dari sekolah... Kejadian ini benar - benar tidak bisa ditoleransi, melihat Caitlin yang benar - benar merasa takut dan trauma sama kamu.. Maaf, ini keputusan adil yang bisa saya berikan" Kaiza hanya menatap gurunya itu, bahkan dia tidak diberikan waktu untuk membuktikan apapun.

Kaiza langsung keluar dari sana, merasa pusing. Entah apa yang harus ia katakan terhadap orang tuanya, ibunya pasti sudah mendapat telfon dari wali kelasnya soal ini.

Kaiza berjalan menuju rooftop, hanya tempat itu satu satunya yang ada di fikirannya. Ia malas untuk datang ke kelas, dan mendapati hujaman pertanyaan.

Ia menyandarkan tubuhnya pada sofa, meletakakn pergelangan tangan kanannya di matanya menutupi cahaya yang menerpanya. Ia menghela nafas berat, ia akan kesulitan menghadapi Papahnya jika sudah marah.

"Kai?" Kaiza menyingkirkan tangannya saat mendengar sapaan lembut itu. Ia bisa melihat Liam yang berdiri menatapnya.

Kaiza langsung menutup kembali matanya, berusaha kembali dalam ketenangannya. Jika difikir - fikir, ini semua terjadi karena dia berusaha membantu Liam. Andai dia membiarkan Liam dan pergi saat itu, Caitlin tidak akan mengganggunya.

"Kai? Are you okay?" Ucap Liam, sambil menyentuh bahu Kaiza.

"Kai.. Aku denger--"

"Lo bisa sehari aja ga ganggu gue? Kalo lo sadar, semuanya terjadi karena lo! Semenjak lo dateng ke hidup gue, semua masalah juga ikut dateng! Lo pembawa masalah tau ga?!" Kaiza menepis kasar tangan Liam, tatapan penuh amarah itu menghunus tajam ke mata Liam membuat dia tidak bergeming.

"Maaf.. Gue ga maksud..." Liam menunduk merasa bersalah, sekaligus sedikit sakit mendengar ucapan Kaiza.

Tanpa membalas apapun, Kaiza langsung beranjak pergi dari sana meninggalkan Liam yang terdiam. Liam memandang tubuh Kaiza yang perlahan menghilang di balik pintu, ia menutup wajahnya dengan tangannya.

"Maaf.. Kai.." Cicitnya.

-

"Kaiza! Jujur sama Papah! Kamu bener bener lakuin itu?!" Papahnya langsung mengintrogasi Kaiza begitu sampai di rumah, sedangkan ibunya sudah diam sejak Kaiza pulang.

"Nggak"

"Za.. Za.. Cape deh Mamah, Abang kamu.. 3 Tahun sekolah di tempat yang sama, ga pernah pulang bawa masalah.. Dia selalu bikin Mamah Papah bangga, sedangkan kamu? Gatau deh" Cibir Ibunya, Kaiza mengepal tangannya saat kembali di banding bandingkan dengan Abangnya.

"Sekarang kamu masuk ke dalam! Gaada makan malam untuk kamu sebagai hukuman! Dan jangan berani beraninya kamu keluar dari rumah sampai Papah temukan sekolah baru untuk kamu!" Perintah Papahnya, Kaiza hanya diam. Dia berjalan ke kamar, dunia ini benar benar tidak memberinya kesempatan hanya untuk membela diri.

"Dan Kaiza! Buang alat menggambarmu! Mamah gasuka!" Ucap Mamahnya, ia lanjutkan jalannya. Selalu seperti itu, Kaiza merasa kesal. Rasanya ia ingin menghilang dari dunia ini.

Kaiza membanting kasar tubuhnya di kasur, ia menghela nafasnya berat. Mengusak usak rambutnya kasar.

Suara dentingan membuatnya berdecak, ia langsung membuka ponselnya untuk melihat.

Suara dentingan membuatnya berdecak, ia langsung membuka ponselnya untuk melihat

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Kaiza langsung beranjak dari kasur mengecas ponselnya. Ia lalu menidurkan dirinya tanpa mandi terlebih dahulu, karena rasanya ia sudah sangat lelah.


Untuk sesaat dia tidak ingin pikiran berisik di kepalanya mengganggunya. Ia ingin tenang untuk sebentar. Kaiza memajamkan matanya.

tbc..

Halo, jika kalian menyukai cerita ini berikan bintang terbaik kalian ya. Dukungan kalian akan sangat berharga dalam cerita ini, terimakasih. Salam hangat dariku👄

ADORE YOU [ENDING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang