42. Gift from Kaiza?

532 59 3
                                    

"Lo ini ya Kai, makin hari makin lengket aja sama Liam tapi deketin Reyden juga. Jangan dimainin deh anak orang" Ucap Elenna sambil mengolesi kutek di kukunya.

"Iya Kai, kita tau lo masih demen sama Reyden. Jadi, kalo misalnya lo gasuka Liam, jauhin aja. Dari pada anaknya makin naro perasaan ke lo" Kaiza memandang bingung ke duanya.

"Siapa yang main - main?" Kanaya dan Elenna menghela nafas malas melihat Kaiza.

"Elo lah!" Ucap Elenna sambil menunjuk kaiza.

"Emang gue ngapain?"

"Kasih tau Nay!" Kanaya menatap jengah ke arah Elenna, lalu beralih ke arah Kaiza.

"Lo nih hari ini kesana kemari sama Liam, terus tiba - tiba ngasih gift ke Reyden, ngapain coba? Yang ada satu sekolah ngira lo playgirl" Kaiza mengerutkan dahinya bingung, gift apa yang dimaksud kedua temannya.

"Hah? Gift apa?" Elenna dan Kanaya saling menatap bingung.

"Pura - pura ya lo? Gift yang lo kasih ke Reydenlah!" Tuduh Elenna kepada Kaiza.

"Gue ga ngasih apa apa" 

"Hah? Serius?" Kanaya berusaha mencari cari kebohongan di mata Kaiza.

"Gue keliatan bohong?"

"Nih nih! Lo liat deh" Kanaya membuka ponselnya dan membuka akun Instagram Reyden kepada Kaiza.

"Nih nih! Lo liat deh" Kanaya membuka ponselnya dan membuka akun Instagram Reyden kepada Kaiza

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Kaiza mengernyit bingung, dia bahkan tidak pernah tau kapan membelikan Reyden ini. Apalagi memberikannya, dia tidak pernah melakulannya karena menyibukkan diri bersama Liam.

"Gue ga ngasih apapun"

"Hah? Jadi dia yang bohong?" Kaiza meletakkan ponsel Kanaya di atas meja, ia terdiam sejenak lalu bangkit dari kursinya.

"Lo mau kemana?"

"Nanya langsung ke orangnya" Ucap Kaiza dan berlalu dari sana.

Saat keluar kelas Kaiza melihat Liam yang keluar juga dari kelasnya bersama ketiga temannya. Liam yang awalnya menatap Kaiza itu langsung menyembunyikan dirinya di balik punggung Keenan, Kaiza paham betul pasti anak itu tengah salah paham dengannya.

Kaiza berjalan ingin mendekati Liam namun tubuhnya di hadang oleh Axel dan Keenan, membuatnya menatap keduanya bingung.

"Mulai sekarang, lo gausah deket - deket sama Liam. Liam juga udah gasuka lo lagi, gue yang mastiin dia gabakal ngejer - ngejer lo" Ucap Keenan kepadanya.

"Minggir"

"Kaiza... Kaiza, emang lo ga pernah ngerasa cukup ya? Liam yang kaya gini aja lo mainin? Inget ya, temen gue ini banyak yang mau. Kalo lo nolak dia, ada seribu cewek yang ngantri buat dapetin dia. Jadi mending lo minggir, karena gue gamau ngehajar cewe" Ucap Axel sambil mendorong bahu Kaiza.

"Ayo Liam" Axel menarik Liam pergi dari sana, Kaiza menghela nafas hanya bisa menatap kepergian mereka. Ia langsung kembali ke kelasnya lagi, duduk di bangkunya dengan kasar.

Kedua temannya menoleh terkejut karena Kaiza yang cepat sekali kembali ke dalam kelas, mereka langsung menyerbu Kaiza dengan pertanyaan.

"Gimana Kai?"

"Dia ngaku kalo dia bohong?"

"Bukan dia" Elenna dan Kanaya saling melirik bingung. Kaiza mengusak rambutnya kasar mengingat Liam tidak ingin melihat ke arahnya.

"Maksud lo bukan dia?" Kaiza menghela nafas lelah, ia menjilat bibirnya yang kering menatap lesuh ke arah meja.

"Kai, lo ngomonglah! Kita pasti bakal bantu kalo dia emang niat macem - macem" Kaiza menatap kedua temannya itu. Lalu mulai menceritakan semuanya.

-

"Liam, udah gausah lesuh gitu napasi? Cewe kaya Kaiza doang mah banyak, udah lo mending makan ini bakso" Ucap Axel sambil menyuapi Liam namun Liam enggan membuka mulutnya.

"Yam, lo emangnya udah dikasih apasih sama Kaiza sampe diginiin doang ngerasa orang paling sedih sedunia?" Pertanyaan Keenan dihadiahi tatapan tidak senang dari Liam.

Namun tatapan itu beralih pada sendok berisikan nasi goreng yang sudah berada di depan mulutnya, ia menoleh ke arah Denzel yang menatapnya dengan teduh.

"It's okay, makan dulu nanti lanjut di pikirin" Perlakuan lembut itu, malah membuat kedua sudut bibir Liam mulai turun kebawah menahan isak tangisnya. Tadi malam Kaiza begitu mesra pada dirinya, ia tidak tahu apa yang ada di fikiran Kaiza. Apa Kaiza memang hanya bermain - main dengannya?

"Gue udah bilang dia ga sebaik kelihatannya kan?" Ucap Denzel sambil menyendokkan lagi nasi goreng dan menyuapinya pada Liam.

"Mulai sekarang jauhin dia" Suruh Denzel.

"Tapi.. Kita udah jadian" Ketiga temannya menatapnya terkejut, bahkan sendok yang Axel genggam sampai jatuh ke lantai.

"Sumpah?" Axel menatap horror ke arah Liam, dan Liam hanya mengangguk lesuh.

"Anjir makin sialan tuh cewe! Bisa - bisanya punya pacar malah nge-gift cowo lain, mana crush dia lagi? Gue emang udah gaenak feeling pas tiba - tiba lo berdua deket. Kan aneh orang yang nolak lo sampe mampus tiba - tiba ngedeketin lo" Celoteh Axel diangguki oleh Keenan.

"Tahan gue, gatahan gue mau mukul tuh cewe" Ucap Keenan sambil menarik tangan Axel pura - pura ditaruh di lengannya seakan - akan dia ditahan.

"Udah.. udah, gausah di bahas. Lo putusin aja, cewe kaya gitu ga pantes lo pertahanin Liam" Ucap Denzel kembali menyuapi Liam.

"Tapi gue udah suka" Jawab Liam dengan lesuh.

"Denger gue Liam! Lo pasti bakal bisa move on dari dia, percaya sama gue" Ucap Axel

"Gimana caranya?"

"Banyak cewe yang mau sama lo, lo gunain aja itu buat lupain Kaiza" Usul Keenan yang mendapatkan geplakan dari Axel.

"Jangan bego, sesat lo!" Kesalnya karena mengajarkan yang tidak tidak pada Liam.

"Udah, lo cuman perlu nyibukin diri aja. Lama - lama juga lupa sama dia" Usul Denzel yang diangguki setuju orang Keenan dan Axel.

"Ini gue setuju" Liam berusaha memikirkam semuanya, apa yang harus ia lakukan?

tbc ..

ADORE YOU [ENDING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang