50. Trapped

514 63 2
                                    

"Jawab saya! Kamu sembunyikan dimana anak saya?!" Michelle berusaha menahan suaminya yang tengah berapi - api itu menarik kerah jaket Kaiza.

"Pi! Udah! Kaiza belum tentu salah!"

"Kamu gausah belain dia! Harusnya dari awal saya tau kamu ga pantas untuk anak saya!"

"Maaf om .."

"Saya ga butuh maaf kamu! Dimana anak saya, Kaiza?!" Mavrendra mengguncang tubuh Kaiza ia benar - benar marah saat ini mengingat Liam anaknya sudah menghilang tiga hari entah kemana.

"Saya gatau dia dimana om, saya janji bakal bawa Liam balik"

"Jangan bohongi saya, Kaiza! Pasti kamu satu - satunya orang yang tau dia dimana!" Kaiza hanya terdiam, ia tidak dapat menjelaskan apapun ketika situasi menyudutkannya seperti ini.

"Cukup, cukup!!!" Teriak Michelle yang sudah mulai frustasi dengan keadaan.

"Kalau kalian terus kaya gini, kapan anak saya ketemu?! Saya sendiri yang bakal cari dia" Michelle langsung buru - buru berjalan meninggalkan keduanya, namun Mavrendra berusaha menahan Michelle.

"Berhenti Michelle"

"Mau sampe kapan aku diem Mavrendra?! Aku gatau anakku gimana di luar sana Ren... Aku gatau keadaannya! Aku gamau dia kenapa napa Ren... Aku punya dosa apasih sampe - sampe orang tega ke anakku?! Aku gamau anakku kenapa - napa lagi Ren.." Mavrendra memeluk tubuh istrinya itu berusaha menenangkannya. Ia pun sama kalutnya saat ini.

Beberapa hari ini rumahnya selalu dipenuhi oleh polisi dan bawahannya yang ia suruh untuk mencari Liam, namun tidak ada tanda - tanda apapun tentang keberadaan anak itu.

Kaiza menjilat bibirnya yang kering, ia berjalan menemui mendekati Mavrendra dan Michelle.

"Saya pamit, saya janji bakal nemuin Liam secepatnya" Ucap Kaiza lalu pergi dari kediaman Mavrendra.

-

Kaiza menaiki Taxi menuju sekolahnya, ia harus memastikan sesuatu. Kaiza mengigit jarinya, bagaimana keadaan Liam saat ini? Apa dia makan dengan baik? Apa mereka menyiksanya? Ia benar - benar akan menghabisi mereka jika sampai Liam kenapa - napa.

"Mbak? Emangnya kesekolah jam segini ngapain?" Ucap supir Taxi yang sepertinya penasaran dengan apa yang Kaiza ingin lakukan di jam 6 sore ke sebuah sekolah.

"Ada urusan, bisa lebih cepet?" Supir Taxi langsung mengangguk canggung ketika Kaiza menjawab pertanyaan dengan sedikit ketus. Akhirnya ia memilih untuk menaikkkan kecepatan mobilnya.

-

Disisi lain ada Liam yang tengah berusaha melepaskan ikatannya, ia sedikit menjilat ujung bibirnya yang mengeluarkan darah. Ia tidak habis fikir dengan orang - orang yang menyekapnya disini.

"Hai Kak?" Liam yang tengah terbaring dengan posisi tangan diikat di kepala kasur itu menoleh ke pintu ketika ada seseorang masuk dan menyapanya.

"Makan dulu ya? Nanti dia marah kalo lo kelaperan" Ucapnya, bisa - bisanya ia berbicara dengan begitu lembut dan tersenyum begitu ramah ketika berhasil menculik seseorang. Apa dia tidak merasa bersalah sedikitpun?

"Aku suapin ya? Aaaa" Nia menyuapkan sesendok nasi kemulutnya namun Liam malah mamalingkan wajahnya. Nia yang sudah muak langsung mencengkram kedua pipi Liam dengan tangannya, dan memasukkan nasi itu secara paksa ke mulut Liam.

"Nurut aja selagi gue ga make cara kasar" Ucapnya mengancam Liam, namun Liam hanya acuh dan berusaha melepaskan ikatannya.

"Lepasin gue, Nia! Lo ga bakal dapet apa - apa dengan nyekap gue disini" Ucapnya setelah tidak berhasil melepaskan tali yang mengikat tangannya erat itu.

"Siapa bilang? Gue di bayar mahal disini kak, cuman buat jaga lo doang?" Ucap Nia terkekeh, ia berhasil mengumpulkan belasan juta hanya karena membantu orang itu menculik Liam. Bahkan membantu ibunya berjualan saja Nia tidak akan mampu mengumpulkan uang dengan jumlah sebanyak ini.

Liam menarik tangannya dengan keras berusaha melepaskan dirinya, ia menggeliat kesana - kemari berharap tali itu akan renggang dan ia dapat melepaskan dirinya.

"Berisik banget dah?" Seseorang masuk kedalam, Liam memandangnya dengan tatapan jijik.

"Lo berontak gimana pun gabakal bisa lepas dari sini Liam? Terima aja nasib lo, lagian kalo lo nurut dia gabakalan ngapa - ngapain lo kok"

"Emang anjing lo semua!" Orang itu terkekeh, namun tidak lama kemudian kekehan itu hilang dan berganti menjadi tatapan penuh kesal. Ia berjalan mendekat ke arah Liam, menjambak rambutnya dengan keras membuat Liam menatap ke arahnya.

"Kira - kira kenapa ya dia sampe tergila - gila sama lo? Cowo lemah kaya lo..?" Tanganya tergerak ke arah luka di sudut bibir Liam dan menekannya.

"Aaakh..."

"Good luck ya!" Ucapnya menepuk - nepuk pipi Liam dan tertawa.

"Habis bantu dia bawa lo, gue rasa gue bisa nyantai di pantai Bali nyari Bule" Ucapnya dan berjalan santai keluar kamar.

Liam menyesal telah menutup matanya, kenapa ia tidak bisa melihat orang - orang yang seperti ular ini di sekitarnya? Harusnya ia menolak mendekati Nia, harusnya ia menolak ketika Nia mengajaknya untuk mampir ke rumahnya kemarin.

flashback on

"Assalamualaikum! Mah?" Nia membuka pintu dan mempersilahkan Liam untuk masuk.

"Duduk dulu Kak, kayanya Mamah lagi pergi deh. Aku buatin minum dulu ya?"

"Ee.. Gausah Nia! Gue mau langsung balik aja, soalnya udah sore juga, takut dicariin" Nia menggeleng dan tersenyum ramah khasnya.

"Gapapa, bentar aja.. Aku gaenak kalo ada tamu malah ga disuguhin apa - apa, mau ya?" Liam mau tidak mau hanya mengangguk menyetujuinya.

Nia kembali setelah beberapa menit berada di dapur membuatkan minum untuk Liam.

"Lo tinggal di rumah segini gede sama siapa aja Nia?" Tanya Liam berbasa - basi, dari depan ia lihat rumah ini begitu besar.

"Cuman sama Mamah.." Ucapnya sambil tersenyum kecil, ia menyesap teh miliknya.

"Diminum, Kak" Ucapnya mempersilahkan Liam untuk meminum tehnya. Dengan senang hati Liam meminumnya sambil melihat - lihat ke seisi rumah.

"Gue tinggal bentar ya kak, mau cuci muka. Anyway, anggep aja rumah sendiri" Ucapnya lalu pergi meninggalkan Liam, melihat kepergian Nia ia menjadi merasa bosan dan tidak tahu harus melakukan apa.

Tubuhnya beranjak untuk melihat - lihat apa yang bisa ia lihat di rumah ini, di rumah Nia begitu banyak guci - guci antik yang terlihat sangat mahal. Ini seperti rumah konglomerat saja, pikirnya.

Ia melihat sebuah bingkai foto di meja dekat ruang tamu, posisi bingkai foto itu terbaring terbalik di atas meja membuat Liam gatal untuk membenarkannya.

Liam mengernyit melihat foto itu, pandangannya sedikit mengabur dan ia reflek menguap merasakan ngantuk yang begitu luar biasa. Ia memegang kepalanya yang ikut terasa berkunang - kunang. Ia masih berusaha melihat ke arah bingkai itu, dan saat ia hampir bisa melihatnya dengan jelas pandangannya sudah hilang digantikan kegelapan.

Liam masih bisa merasakan tubuhnya yang tidak langsung menyentuh lantai, ia merasa seseorang menahan tubuhnya dari belakang.

"Finally, i got you Liam.."

flashback off

tbc..

Harap tenang saudara saudara, ada pepatah bilang 'Berakit rakit ke hulu, berenang renang ketepian. Bersakit sakit dahulu senangnya kapan kapan' 🙈🙉

ADORE YOU [ENDING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang