Pintu UKS dibuka tergesa - gesa, menampilkan seorang lelaki yang tengah terengah - engah sehabis berlari.
"Kok bisa?! Lo diapain?" Itu Liam, memang Kaiza menghubunginya dengan mengirimkan foto dirinya yang habis dipukul.
Kaiza sengaja melakukannya, ia memang ingin Liam datang dan mengobati dirinya.
"Obatin" Minta Kaiza pada Liam, tanpa pikir panjang Liam menghampiri Kaiza yang tengah duduk di pinggir kasur. Ia memandangi lebam di ujung bibir Kaiza yang masih kelihatan merah, yang artinya luka itu baru didapatkan.
Tangan Liam mulai beralih ke obat yang berada di samping nakas, ia lalu mengalihkan pandangannya lagi ke wajah Kaiza. Kenapa ia bisa mendapatkan luka ini?
Liam dengan sangat hati - hati mengobati luka Kaiza, berusaha agar Kaiza tidak merasakan sakit. Padahal ekspresi anak itu hanya datar seperti biasanya, tanpa merasakan apapun.
Tangan Kaiza dengan santainya bertengger di pinggang Liam, membuat tubuh Liam semakin dekat padanya. Namun sepertinya Liam belum sadar, ia masih fokus pada luka Kaiza.
"Kok bisa luka gini sih? Lo berantem?" Tanya Liam kepada Kaiza, namun Kaiza hanya diam enggan menjawab.
"Jawab!" Liam menyubit lengan Kaiza saat tidak mendapat jawaban.
"Kehantuk pintu" Ucap Kaiza asal saat melihat tatapan galak Liam, tapi sebenernya itu hanya terlihat menggemaskan alih - alih seram.
"Beneran kehantuk? Orang lukanya kaya abis ditonjok gitu kok!" Ucap Liam sambil menarik dagu Kaiza lagi untuk memastikan lukanya.
"Bener" Ucap Kaiza seadanya, membuat Liam akhirnya mengalah untuk percaya. Saat dirinya ingin menjauh, ia barulah merasakan tangan Kaiza memeluk dirinya.
"Eh? Lepas!" Ucap Liam berusaha menjauhkan Kaiza dari tubuhnya.
"Luka gue belum sembuh" Ucap Kaiza, namun hanya dihadiahi tatapan bingung dari Liam.
"Ya mana bisa langsung sembuh! Make proseslah, baru juga gue kasih salep!" Omel Liam kepada Kaiza.
"Obatnya ada yang lebih manjur"
"Hah? Apa?" Liam mengerutkan dahinya, namun ia langsung tahu kemana arah mata Kaiza melihat. Membuat Liam langsung menutup bibirnya malu, ketika mengingat kejadian di kelas tadi.
"Mau" Minta Kaiza kepada Liam yang hanya mendapati tatapan terkejut dari sang empu.
"Ga! Lepas, gue mau balik ini udah masuk jam belajar!" Protes Liam dan berusaha melepaskan tangan Kaiza dari pinggangnya. Namun Kaiza masih tetap menahannya membuat Liam kembali menatapnya kesal.
Ia akhirnya memandang ke arah bibir Kaiza dengan cemberut, lalu menciumnya sekilas dan membuang pandangannya karena malu. Kaiza yang mendapat ciuman itu langsung tersenyum penuh kemenangan. Tangannya langsung melepas Liam, dan anak itu langsung saja lari terbirit - birit meninggalkan Kaiza.
Kaiza mengulum kedua bibirnya, menahan senyumnya. Liam begitu menggemaskan ketika merasa malu, Kaiza suka melihat wajah Liam yang bersemu saat ia goda.
"How can he be that fucking cute?"
-
Kaiza berjalan menuju kelas Liam, sampai disana ia sama sekali tidak menemui Liam di dalam kelasnya. Hanya ada ke-tiga temannyalah yang berada di sana.
"Liam mana?" Denzel yang melihat Kaiza langsung berlalu begitu saja, membuat ke-dua temannya bingung.
"Eeee.. Tadi sih disuruh Bu Liza nganter buku ke ruang guru" Ucap Keenan sambil menunjuk arah ruang guru, mendengar itu Kaiza langsung saja berlalu dari sana tanpa mengatakan apapun.
"Akhir - akhir ini Kaiza jadi sering nempel Liam gasih?" Tanya Axel yang menatap kepergian Kaiza.
"Baguslah, jadi Liam ga ngejer sendiri" Mereka akhirnya memutuskan untuk melanjutkan jalan menuju parkiran.
Kaiza berjalan menyusuri koridor, menaiki tangga dengan sedikit bersiul mengikuti irama musik yang sedang ia dengarkan menggunakan earphonenya. Suasana pulang yang sepi menambah kesan melodi yang begitu indah.
Saat Kaiza akan berbelok dari tangga ke arah ruang guru, ia sempat melihat Reyden mendorong Liam masuk ke dalam kamar mandi staff. Dahi Kaiza mengernyit bingung, apa yang akan dilakukan anak itu kali ini?
Kaiza melepas kedua earphonenya dan berjalan santai, menyandar di samping pintu kamar mandi itu. Menajamkan telingannya untuk mendengar apa yang mereka bicarakan.
'Lo gajelas anjing!' Itu suara teriakan Liam yang bisa Kaiza dengar.
'Lo harus tanggung jawab! Sampe kapan pun, gue gabakal biarin lo hidup tenang!'
'Maksud lo apa, hah?! Gue harus tanggung jawab soal apa?! Bahkan gue gakenal sama lo! sakit lo ya?!'
Kaiza bisa mendengar suara hantaman keras dari dalam, ia buru - buru mendobrak dan melihat pemandangan Liam yang terjatuh duduk di lantai menyandar pada tembok. Anak itu seperti merasa benar - benar kesakitan.
"Kai?" Reyden terkejut setengah mati melihat Kaiza yang tiba - tiba datang. Namun tak sampai beberapa detik ia kembali terkejut lagi ketika pipinya dihantam keras oleh pukulan Kaiza.
Hantaman itu tidak berhenti disitu, Kaiza menarik kerah Reyden dan memukulnya tepat di rahang beberapa kali. Pukulan terakhir berhasil mengenai hidung Reyden, sampai anak itu mengeluarkan darah dari kedua lubang hidungnya.
Belum puas Kaiza menghempas tubuh Reyden ke bilik kamar mandi, dan kembali memukulnya disana. Reyden sudah sulit bernafas akibat pukulan - pukulan Kaiza.
"Kai.. Udah" Liam menarik ujung seragam Kaiza agar anak itu mundur.
"Lo gausah ikut campur! Ini urusan gue sama Liam!" Reyden menggunakan sisa tenaganya untuk berteriak ke arah Kaiza.
"Urusan Liam, urusan gue" Mendengar itu Reyden sontak tertawa keras.
"Emang lo siapanya?"
"Mulai detik ini, Liam pacar gue. Apapun urusan lo sama dia, urus sama gue" Kaiza menarik Liam pergi dari sana, kepergian mereka membuat Reyden berteriak kesal.
"I won't give up before your life becomes miserable, Liam!"
tbc ...
Maaf baru sempet update lagi 🙉

KAMU SEDANG MEMBACA
ADORE YOU [ENDING]
Teen FictionKaiza Lavinia begitu menganggumi Reyden Cakramawa Biantara sejak pertama kali ia masuk SMA Cipta Karya, ia selalu memikirkan sosok itu sampai rasanya membuat Kaiza gila. Sedang asik asiknya mengagumi sosok yang dia suka, kehadiran Liam Mavrendra ma...