Liam turun dari mobilnya, dan berjalan masuk ke dalam sekolah. Ia harus bertanya dengan teman - temannya, apa yang terjadi dengannya sampai - sampai ia di pulangkan begitu saja?
"Kaiza!" Liam reflek memanggil Kaiza saat melihat anak itu tengah memarkirkan motornya. Kaiza melirik sebentar, lalu menurunkan standar motornya dan melepaskan helmnya, meletakkannya di spion motor.
"Berangkat sama siapa?" Kaiza menoleh ke arah depan gerbang, masih ada mobil Papi Liam disana. Ia yakin Papinya tengah memantaunya saat ini. Entahlah, mungkin karena alasaanya hari lalu.
"Papi" Kaiza mengangguk, mereka berjalan menuju kelas dengan keheningan. Kaiza yang sedang sibuk dalam fikirannya, dan Liam yang masih bingung ingin bertanya atau tidak.
"Emang iya.. Lo ga sengaja buat gue jatoh ke dalam danau?" Kaiza menoleh ke arah Liam, mengerutkan dahinya.
"Lo ga inget?" Liam menggeleng, membuat Kaiza menghela nafas kesal.
"Apapun?" Liam kembali menggeleng, kenapa Kaiza terlihat kesal.
"Bahkan waktu-- Ah.. Udahlah" Kaiza berlalu meninggalkan Liam dengan kesal menuju kelasnya.
"Kai?! Kok ninggalin si? Tunggu!" Liam mengejar Kaiza.
"Kai! Jelasin dulu, emang iya lo yang buat gue jatoh?" Kaiza menatap kesal ke arahnya.
"Iya, karena gue muak sama lo! Jadi gua sengaja buat lo masuk ke danau!" Ucap Kaiza asal, dan berlalu dari sana. Liam terdiam mendengar jawaban Kaiza. Tega sekali perempuan itu mencelakainya, pagi - pagi hatinya seperti tersambar petir.
Apa selama ini ia sangat menganggu Kaiza sampai perempuan itu tega melakukan itu?
-
"Emangnya iya Kaiza yang dorong gue?" Liam tidak sengaja mengungkapkan isi hatinya, membuat Keenan yang di sebelahnya langsung menoleh terkejut.
"Hah?!" Keenan menutup mulutnya saat sadar suaranya terlalu kuat. Saat ini mereka sedang diberikan tugas mengerjakan evaluasi. Keadaan kelas sedang sangat senyap sekarang.
"Lo gatau?" Liam menoleh ke arah Keenan, anak itu menggeleng.
"Kita kemaren kan jalan nyari pinjeman sudip, balik - balik lo udah ga ada. Terus lu balik ke tempat udah di gendong Kaiza aja, mana sama - sama basah" Liam menganga mendengar itu, sekaligus merasa malu. Pasti pada saat itu ramai adik kelasnya yang melihat.
Liam menggaruk kepalanya merasa bingung, apa yang dia lakukan dengan Kaiza sampai berada di sekitaran danau?
Liam terus memikirkan hal itu, sampai tidak sadar jam pelajaran sudah habis. Ia melihat ke arah buku tulisnya yang bahkan belum terisi apapun.
"Lo kok ga ngerjain apa apa?" Axel melihat ke arah buku Liam yang kosong.
"Hah? Nggak papa"
"Ayo kantin, gua laperr banget pengen siomay!" Ucap Keenan yang sudah berdiri duluan dan diikutin oleh Axel dan Liam.
"Lo bertiga duluan aja, gue mau ke perpus" Ucap Denzel dan pergi begitu saja tanpa menunggu jawaban ketiga temannya. Mereka menatap kepergian Denzel yang tiba - tiba, tidak seperti biasanya.
"Udahlah, paling dia mau nyari buku mitologi lagi. Ayo kantin! Laper" Keenan menarik Liam dan diikut Axel di belakangnya.
Mereka duduk di meja panjang dekat pohon, itu adalah meja yang terakhir kali mereka duduki bersama teman - teman Kaiza.
"Lo mau apa Yam? Biar kita pesenin" Ucap kedua temannya, Liam berfikir sejenak. Sejujurnya dia tengah tidak nafsu makan, mengingat ucapan Kaiza padanya tadi pagi.

KAMU SEDANG MEMBACA
ADORE YOU [ENDING]
Novela JuvenilKaiza Lavinia begitu menganggumi Reyden Cakramawa Biantara sejak pertama kali ia masuk SMA Cipta Karya, ia selalu memikirkan sosok itu sampai rasanya membuat Kaiza gila. Sedang asik asiknya mengagumi sosok yang dia suka, kehadiran Liam Mavrendra ma...