"Kai! Stop gambar!" Seorang wanita menarik pensilnya menjauh dari tangannya, ia menoleh malas.
"Liat nih! Gue dapet pacar baru hehehehe" Elenna Arexa, teman dekatnya yang duduk di depannya.
"Gila ya lo! Muka polos - polos cadangannya bejibun" Pukulan hangat diberikan oleh Kanaya Zia kepada Elenna yang duduk tepat di bangku sebelah Elenna.
"Emang kenapa si? Jomblo sirik aja lo! Makan tuh cowo virtual lo! Galauin kok yang nggak jelas hubungannya!" Kaiza mendengus malas, kedua temannya itu begitu berisik. Ia mengambil pensil yang sempat diambil Elenna tadi, dan melanjutkan gambarannya.
"Lo ga bosen ya gini terus?" Elenna menatap gambar Kaiza dan Kaizanya secara bergantian.
"Gue lebih bosen denger suara lo berdua" Kaiza menatap malas Elenna, ia lalu menyelipkan pensilnya di sela Sketchbook miliknya.
Kaiza berjalan keluar kelas, menulikan telinganya saat kedua temannya terus memanggilinya. Kelasnya saat ini sedang ada jamkos (jam kosong) yang membuat seisi kelas berubah menjadi pasar. Jadi Kaiza memilih untuk keluar kelas mencari tempat damai untuk dirinya sendiri.
Saat ia berjalan keluar kelas, ia langsung terdiam saat melihat orang yang selama ini dia damba - dambakan melewatinya. Ia terlihat begitu serius berbincang dengan temannya, bahkan tidak menyadari Kaiza yang terus menatapnya sampai tubuhnya ikut memutar.
Kaiza lalu melanjutkan jalan menuju tempat yang jadi tujuannya sejak awal. Selalu seperti ini, hanya dengan berada di jarak yang dekat berhasil membuat jantung Kaiza berdetak tak menentu. Saat berada di jarak sedekat itu, ingin rasanya Kaiza menarik tubuh itu dan memeluknya erat. Namun kembali ke realita, Kaiza tidak akan mungkin melakukannya.
Kaiza mendudukan dirinya di sebuah bangku, inilah tempat damai yang ia maksud. Atap sekolah yang penuh dengan bangku dan meja meja tak terpakai. Sekilas terlihat seperti gudang, namun bagi Kaiza ini tempat yang aman. Karena jarang siswa datang ke tempat ini.
Kaiza mulai memasukkan earphonenya ke telinga, mendengarkan musik jazz classic yang biasa ia dengarkan ketika bersantai. Ia mulai melanjutkan gambarnya yang sempat terhenti tadi. Ia tersenyum kita sekarang gambaran itu sempurna menjadi gambaran seorang pria yang sedang tersenyum.
"Ehh, ada orang?" Kaiza memandang seorang laki - laki yang tiba - tiba masuk begitu saja. Lelaki itupun memandang Kaiza bingung. Biasanya ia kesini tidak pernah menemukan seorang-pun.
Kaiza kembali menutup bukunya, ia pikir tempat ini adalah yang paling aman untuknya. Ia berjalan melewati lelaki itu, namun saat melewatinya kabel earphonenya yang berada di sebelah kanan tiba - tiba terlepas. Ia kembali menoleh untuk melihat apa penyebabnya.
Namun saat menoleh, matanya langsung bertubrukan dengan mata kecoklatan yang indah itu membuatnya sedikit tertegun. Begitupun yang di tatap, saat wanita di depannya itu menoleh ke arahnya, seperti di drama - drama yang selama ini ia tonton seperti ada efek - efek sepia yang membuat pesona wanita itu begitu cantik di depannya.
Kaiza menoleh kebawah, ternyata tadi kabel earphonenya menyangkut di sedotan minuman lelaki itu. Kaiza langsung memasang kembali earphonenya dan beranjak pergi dari sana.
"Gila pas noleh cakep banget tai, ada efek summer - summernya" Lelaki itu menutup mulutnya dengan tangannya seperti tidak percaya, rasanya ia baru saja bertemu dengan bidadari surga.
-
"Lo mau apa Kai?" Kaiza menoleh saat Elenna memanggilnya. Ia terdiam sejenak untuk berfikir.
"Pengen dimsum" Ucapnya, namun langsung dihadiahi tatapan galak dari kedua temannya.
"Lo ga makan dari pagi anjir??" Kanaya langsung memukul bahunya, temannya. Yang satu itu memang ringan tangan.
"Kenapa?" Dengan polos Kaiza bertanya, memangnya salah jika ia mau dimsum?
"Hey, this is Indonesian yah.. Ga afdol kalo belum makan nasi, so.. kita pesenin ayam penyet Mamanya Selia aja ya?" Elenna berusaha membujuk sebagai teman yang baik, ia tidak mau temannya yang satu itu sakit karena kekurangan makan.
"Gamau" Namun rayuan itu malah di tolak mentah - mentah oleh Kaiza. Elenna akhirnya menghela nafas.
"Yaudah fine" Elenna langsung ingin beranjak dari tempat duduknya, namun tangannya di tahan oleh Kanaya.
"Heh! Kok lo ga nanya gue sih?" Elenna memutar matanya malas.
"Lo pesen sendiri, somay lo jauh ya! Di ujung sana, sementara pesenan gue sama Kaiza di depan sini, mikir ya pake otak lo yang kecil itu" Ucap Elenna sambil menunjuk - nunjuk dahi Kanaya. Kanaya hanya berdecak kesal saat Elenna langsung pergi setelah melakukan itu, membuat dirinya tidak sempat membalas.
Kaiza hanya menggeleng - gelengkan kepala, lelah dengan kelakuan dua temannya itu. Saat ia menoleh kesekitar, matanya tidak sengaja bertemu dengan mata coklat gelap yang tadi pagi sempat ia temui.
Kaiza langsung buru - buru memutuskan eyecontac itu, ia menunduk memainkan ponselnya melihat feed-insta yang banyak mengeluarkan art klasik, dan random art. Tangan Kaiza langsung gencar memencet tombol love di pojok kiri, saat postingan postingan itu muncul.
"Hey!" Kaiza menoleh saat ada orang yang memanggilnya, ia sedikit terkejut saat laki - laki yang tidak sengaja bertatapan dengannya sudah berada di hadapannya.
"Kenapa?" Ucap Kaiza dengan tatapan sleepy eyesnya seperti biasa. lelaki di depannya itu hanya tersenyum canggung, Kaiza bisa melihat tangannya yang gugup memegangi segelas es.
"Gue.. Mau kenalan?" Ucapnya malu - malu, sambil mengigit bibir bawahnya gugup. Kaiza menatapnya malas, kenapa tiba - tiba pria ini mengajaknya berkenalan? 2 Tahun ia bersekolah di SMA Cipta Karya, baru kali ini ada pria yang ingin dekat dengannya.
"Kaiza" Kaiza langsung mengulurkan tangannya mengajak berkenalan karena ia malas jika harus berbasa - basi membuat lelaki di depannya sedikit terkejut.
Ia lalu mengulurkan tangannya, meraih tangan Kaiza, lalu menampilkan senyum manisnya.
"Liam.. Liam Mavrendra" Setelah mendengar lelaki itu menyebut namanya, Kaiza langsung menarik kembali tangannya dan melihat ponselnya lagi.
"Emm... Gue--"
"Udahkan?" Liam mengerjap matanya beberapa kali, bingung dengan pertanyaan yang dilontarkan Kaiza.
"Udah kenalannya? Kalau udah lo bisa balik ke tempat duduk lo" Ucap Kaiza yang secara tidak langsung mengusir Liam, Liam pun mengangguk canggung karena usiran itu lalu pergi dari sana.
Temannya langsung menertawainya saat mendengar bahwa Liam baru saja diusir oleh Kaiza. Namun Liam hanya tersenyum kecil, matanya tidak lepas dari Kaiza.
'Semakin lo jual mahal, malah semakin buat gue gencar pengen dapetin lo Za..'
Kaiza menoleh ketika kedua temannya kembali membawa makanan yang ia pesan, ia langsung melahap lapar makanannya itu. Sambil berusaha tidak peduli dengan tatapan yang terus menatapnya sejak tadi, Kaiza adalah orang yang peka. Tidak mungkin ada orang yang menatap tepat di depannya Kaiza tidak tahu. Tapi ia pura - pura bodoh saja tidak merasa, karena Kaiza malas meresponnya.
tbc...
Halo, jika kalian menyukai cerita ini berikan bintang terbaik kalian ya. Dukungan kalian akan sangat berharga dalam cerita ini, terimakasih. Salam hangat dariku👄
KAMU SEDANG MEMBACA
ADORE YOU [ENDING]
Dla nastolatkówKaiza Lavinia begitu menganggumi Reyden Cakramawa Biantara sejak pertama kali ia masuk SMA Cipta Karya, ia selalu memikirkan sosok itu sampai rasanya membuat Kaiza gila. Sedang asik asiknya mengagumi sosok yang dia suka, kehadiran Liam Mavrendra ma...