"Kok udah pulang? Kaizanya mana? Ga nganterin?" Ucap Michelle ketika anaknya masuk rumah dengan wajah lesuh itu.
Liam yang di tanya seperti itu langsung membuat kedua sudut bibirnya turun kebawah dan kembali terisak. Ia berjalan dan memeluk Maminya dan menangis disana. Sementara Michelle kebingungan dengan kelakuan anaknya dan menatap ke arah Mavrendra yang hanya mengangkat kedua bahunya.
"Kaiza jahat Mi!" Michelle mengelus elus rambut anaknya itu.
"Emang kamu di apain sayang?"
"Dia.. Dia bilang dia gasuka sama Liam! Dia jahat Mi.. Aaaaa" isakannya semakin kuat ketika mengingat ucapan Kaiza yang menyakitinya.
"Yaampun.. Kok bisa dia bilang gitu ke anak Mami? Udah udah jangan nangiss.. Ga papa, nanti Mami tanyain ke Kaiza kenapa dia ngomong gitu"
"Pantes aja Kaiza gamau, kamu cengeng" Ucapan Mavrendra mendapati tatapan horror dari Michelle Dan Liam seakan akan mengatakan 'Lo itu ga di ajak'
"Apa? Bener kok" Mavrendra mengunyah pisang goreng di hadapannya dengan santai.
"Kamu tega gitu ke anak kamu? Anaknya lagi sedih gini"
"Ya aku cuman jujur aja, coba Liam ga manja ga cengeng, Kaiza pasti suka" Liam menghapus air matanya menatap kesal ke arah Papinya.
"Papi ga sayang Liam!" Ia berlari ke kamarnya meninggalkan kedua orang tuanya, Michelle hanya bisa mencibik kesal ke arah Mavrendra.
"Kamu tuh seneng banget ngecengin anaknya!" Mavrendra hanya terkekeh, sedangkan Michelle sudah berlari mengejar anaknya.
"Sayang? Liam? Jangan dengerin Papi Nak.. Dia cuman bercanda"
"Gamau! Liam marah!"
"Sayang..? Buka dulu pintunya, sama Mami aja ya? Mami peduli sama Liam kok" Liam menutup kepalanya dengan bantal dan kembali terisak disana.
"Liam.. Nak? Jangan gini dong?"
"Liam mau sendiri dulu!" Michelle akhirnya menyerah, ia turun kembali kebawah menghampiri Mavrendra dan menjewer kupingnya tanpa aba aba.
"Ah! Aduh sayang? Sakit!" Mavrendra menggenggam tangan Michelle yang menjewer kuat telinganya.
"Tuh gara gara kamu tuh anaknya jadi makin nangis!" Michelle menjauhkan tangannya dari kuping Mavrendra ketika sudah puas, ia menyilangkan tangannya di dada tanda ia sedang kesal.
"Iya maaf, lagian nanti juga paling baik lagi. Kamu tenang aja sayang" Ucap Mavrendra tangannya tergerak menarik Michelle duduk di pangkuannya.
"Tenang apanya? Mana bisa aku tenang sementara anakku nangis nangis di dalem, aku harus telfon Kaiza buat nanya" Michelle ingin beranjak dari sana namun tubuhnya di tahan oleh Mavrendra yang sudah melingkarkan tangannya di pinggang Michelle.
"Gausah sayang, Liam itu harus belajar dari sekarang.. Dia harus kenal dunia, dia harus tau kalo di luar sana ga segampang di dalam rumah. Lagian ini masih permulaan, dia mungkin nanti bakal hadapi yang lebih berat lagi"
"Ga gabisa! Anakku ga boleh nangis, aku aja ga tega buat dia nangis masa orang buat anakku nangis sampe kaya gitu?" Mavrendra hanya tersenyum sambil membenarkan rambut Michelle.
"Kaiza pasti punya alasan.." Ucap Mavrendra dengan nada lembut khasnya.
-
Sudah dua hari Liam hanya mengurung dirinya di kamar, enggan untuk makan. Ia hanya terus kepikiran dengan kata kata Kaiza yang mengatakan bahwa dirinya hanya menyusahkannya.
Ia benar benar merasa sedih dan terpukul saat ini. Padahal ia benar benar memuja Kaiza dari awal mereka bertemu, bukan bukan saat di rooftop.
Ia pernah mengatakan pada Denzel dan teman temannya bahwa itu bukanlah pertemuan pertama kalinya dengan Kaiza.
KAMU SEDANG MEMBACA
ADORE YOU [ENDING]
Ficção AdolescenteKaiza Lavinia begitu menganggumi Reyden Cakramawa Biantara sejak pertama kali ia masuk SMA Cipta Karya, ia selalu memikirkan sosok itu sampai rasanya membuat Kaiza gila. Sedang asik asiknya mengagumi sosok yang dia suka, kehadiran Liam Mavrendra ma...