21. Camping

976 78 0
                                        

"Inget kalo ada apa - apa langsung telfon Papi!" Liam menghela nafas, sepanjang jalan Papinya terus seperti ini.

"Iya Papi? Yaudah Liam mau turun" Liam siap - siap untuk membuka handle mobil, ia sangat terburu - buru karena sudah terlambat 7 menit.

"Liam! Makannya yang bener ya, jangan telat!"

"Iyaaa Pi"

"Oh ya satu lagi, jaketnya di pake! Di sana pasti dingin, nanti kamu kedingin--"

"Papi! Liam bukan anak SD, udah ah udah telat!" Liam langsung keluar dari mobil membuka pintu belakang mengambil kopernya. Padahal ini hanya camping beberapa hari, tapi dia seperti ingin pergi dari rumah.

"Liam! Inget ya kata - kata Papi"

"Iyaaa" Liam menutup pintu itu dan menggeret kopernya. Ia sedikit berlari, karena lapangan masih jauh dari tempat ia berada.

Liam semakin panik saat melihat jam, ternyata ia terlambat 10 menit. Bahkan ponselnya tidak berhenti berbunyi sejak tadi, mungkin teman - temannya yang menghubunginya.

Sangking terburu - burunya, kakinya malah tersandung kakinya yang lain membuatnya jatuh tersungkur. Liam mengaduh, saat merasakan telapak tangan dan lututnya yang nyeri karena terbentur tanah dengan keras.

Ia menegakkan duduknya, membersihkan kedua tangannya. Tangan kirinya sudah lecet karena sedikit tergesek dengan tanah. Ia akui dia benar - benar sangat ceroboh karena sering terjatuh.

Saat tengah sibuk memandangi tangannya yang lecet dan agak kotor itu, ia terkejut saat ada yang mengangkatnya dari belakang. Ketika ia berdiri sempurna, ia buru - buru menoleh untuk melihat siapa yang melakukan itu.

"Kai?" Kaiza hanya sibuk memandangi tubuh Liam yang kotor, ia bantu membersihkan baju Liam.

"Lo sehari aja ga bisa ga nyusahin?" Liam hanya terdiam, padahal dia tidak bermaksud seperti itu.

"Maaf, gue ga sengaja jatoh" Kaiza hanya mendengus kesal, ia menarik koper dari genggaman Liam dan menyeretnya berlalu dari sana.

"Kai? Kopernya mau dibawa kemana?!" Liam langsung mengejar Kaiza, dan berjalan di sampingnya.

"Gue bantu bawa, lo jalan bawa diri aja lama. Apa lagi bawa koper?" Ucapnya dan berjalan dengan santai. Padahal mereka sudah sangat terlambat dari jam yang sudah ditentukan.

"Lo berdua? Bisa cepet ga? Kita ga cuman nunggu lo berdua aja!" Teriak salah satu panitia yang kelihatannya anak osis karena memakai topi khusus organisasi.

Kaiza hanya diam, berjalan santai melewati mereka sedangkan Liam hanya mampu menunduk, sembari berjalan cepat mengikuti Kaiza.

"Lo dapet bus mana?" Tanya Kaiza sembari mengecek ponselnya untuk melihat chat temannya.

"Kemaren baca si di bus 6" Kaiza melirik kearah orang - orang yang tengah berlalu - lalang, ketua regu mulai memanggili kelompoknya dengan menaikkan tinggi - tinggi papan kelompok regu.

"Ayo" Kaiza menarik tangan Liam untuk menghampiri busnya. Liam hanya terdiam dan mengikuti langkah Kaiza, ia tidak menyangka saat ini Kaiza tengah menyentuh tangannya.

"Liam? Gua kira lo gajadi dateng" Axel langsung menghampiri mereka, ia sedikit bingung dengan Kaiza yang berada di sebelah Liam.

"Eh Kai?" Kaiza menoleh ke belakang saat mendengar sapaan asing. Saat ia menoleh ada Reyden yang tengah menatapnya dengan senyuman ramah.

"Lo di bus sini juga?" Kaiza langsung menggeleng, ia memberikan koper Liam kepada pemilikinya.

"Gue di bus 3, duluan ya" Ucap Kaiza sambil menatap ketiga pria itu dan berlalu dari sana.

Setelah kepergian Kaiza, Liam hanya menatap sinis ke arah Reyden membuat yang di tatap hanya mengangkat sebelah alisnya.

"Liam?" Denzel keluar dari dalam bus dan menghampiri mereka.

"Gue duluan ya, Keenan udah masuk bus soalnya" Axel dan Keenan berada di bus yang berbeda dengan mereka. Membuat mereka harus dengan lapang dada terpisah. Setelah mengucapkan itu Axel langsung berlalu dari sana.

Denzel pun berjalan turun dari tangga bus menghampiri Liam, dan menarik tangan Liam untuk masuk ke dalam bus. Sebelum masuk ke dalam bus, ia sempat beradu tatap dengan Reyden. Namun ia buru - buru memutuskannya.

"Sini gue bantu taro di atas" Ucap Denzel sambil mengadah tangannya untuk Liam memberikan kopernya. Dengan senang hati Liam memberikan koper itu ke pada Denzel.

"Lo emang temen terbaik gue" Denzel hanya terkekeh, ia langsung mengangkat koper itu dan menaruhnya di tempat barang yang berada di atas tempat duduk. Sedangkan Liam celingak - celinguk untuk mencari bangku.

"Di belakang aja, lagian kursi depan full sama anak - anak kelas 10" Liam akhirnya hanya mengangguk dan mencari tempat duduk di belakang.

Deretan kursi panjang di belakang sudah penuh, karena beberapa lelaki kelas 10 memilih duduk di sana. Ia akhirnya menoleh ke kursi di depannya yang kosong. Saat ia ingin mendudukinya tiba - tiba saja tubuh terdorong ke samping dan hampir terjatuh.

Untungnya ada orang yang menopang tubuhnya dari belakang, membuat tubuhnya tidak terjatuh. Beberapa orang mengalihkan pandangan ke arah mereka karena sedikit terkejut.

"Sorry, gue ga sengaja? Gue kira tadi apaan ngalangin jalan" Liam menatap sinis ke arah orang itu, itu adalah Reyden. Liam paham pasti anak ini sengaja melakukannya.

"Udah, gausah dilawan. Di situ aja, situ kosong" Ucap Denzel sambil menunjuk ke kursi sebrang kanan yang memang kosong.

Liam hanya menatap sinis ke arah Reydem yang tersenyum penuh kemenangan. Liam duduk di dekat kaca, karena ia ingin melihat pemandangan.
Ia mendudukkan dirinya dengan rasa kesal, kenapa ia harus se-bus dengan Reyden bukannya Kaiza?

"Udah jangan cemberut, nih dengerin musik aja" Ucap Denzel sambil memberikan earphone kepada Liam, namun anak itu menggeleng.

"Ga mood, lagian ngapain si dia di sini? Kenapa ga di bus lain aja? Enek gue liat mukanya" Omel Liam kesal, sambil menatap ke arah jendela.

"Udah gausah kesel, buang - buang waktu buat mikirin yang ga penting. Mending lo nikmatin aja perjalanannya" Ucap Denzel, Liam akhirnya pun terlihat tenang dan sibuk memandangi keluar jendela. Memandangi jalanan yang seperti adegan filming itu malah membuatnya merasa ngantuk, dan masuk ke alam mimpinya.

tbc ..

maaf banget sering jarang update 😥

ADORE YOU [ENDING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang