19. Camping Plan

688 59 0
                                    

Wali kelas mereka sudah masuk untuk memberikan sebuah pengumuman. Kelas masih ricuh membuat gurunya malas untuk memulai pembicaraan.

"Hey hey! Duduk itu! Ga sopan ya, ibu udah duduk di depan gini kalian masih bercanda - bercanda di belakang" Yang di tegur langsung duduk di bangkunya.

"Jadi ibu mau ngasih pengumuman, sabtu ini ada Camping Pengeratan Hubungan di kelas 10 seperti tradisi sekolah ini. Yang akan di pandu nanti sama ekskul pramuka. Nah, jadi untuk kelas 11 dan 12 tidak diikutkan semua, hanya perwakilan saja sebagai pengawas atau bantuan pembibing untuk adik - adik kalian nanti. Seperti kalian taun lalu" Semua kelas langsung ricuh karena ternyata tidak semua yang diikutkan.

"Hey hey! Sudah sudah! Ini perintah dari atas, kalo mau komplein kalian ke atas aja!" Kelas kembali diam. Kaiza mulai merasa bosan, ini terlalu bertele tele membuat dirinya mengantuk.

"Untuk perwakilannya akan di pilih minimal 5 maximalnya 7, jadi biar adil ibukan punya kertas yang udah lipat - lipat nih. Ini isinya nomor absen, sesuai jumlah kelas ini. Jadi nanti ibu acak, nomor absen yang ibu sebut silahkan kedepan dan tulis namanya."

"Yahh bu? Gamau bu, nanti temen saya malah ga ikut" Kelas kembali ricuh karena pemilihan itu.

"Diam! Gaada yang atur, saya gurunya. Kalian diam saja disitu" Ucapnya marah, lalu ia mulai mengacak nomor itu dan mengambilnya satu persatu.

Siswa yang nomornya dipanggil mulai maju kedepan, Kaiza hanya berharap ia tidak terpilih kali ini. Ia cukup malas mengikuti kegiatan yang sudah pastinya akan ramai orang disana.

"Absen 23!"

"23?"

"Kai! Lo 23!" Seorang ketua kelas menegurnya karena pasalnya dari tadi Kaiza hanya bengong sambil menatap Sketchbooknya.

"Yaampun Kaiza, apa aja kerja kamu di bangku, cepat maju!" Ucap wali kelasnya. Kaiza menghembus nafas malas. Ia bisa melihat kedua temannya yang menatapnya penuh harap kalau mereka diikutkan juga.

Yang terpilih baru empat orang di depan. Saat absensi ke-lima Kanaya di panggil maju. Elenna sudah mulai lesu, nampaknya absensinya kali ini tidaklah hoki.

"Absensi ke.. Berapa ini? Coba baca?" Wali kelas mereka mencoba bertanya kepada anak disampingnya, padahal beliau sudah mengenakan kacamata.

"Eee... Enam itu Bu, Ibu kebalik bukanya" Wali kelas mereka langsung ber 'oh' ria. Saat mendengar nomor enam diaebut, Elenna bersorak riang karena itu adalah nomor absenya.

"Saya Bu! Saya absen ke 6!" Ucap Elenna dengan selamat, padahal Wali kelasnya baru akan memanggilnya. Tapi berhubung Elenna sudah mengatakannya, Guru itu langsung menyuruh Elenna maju kedepan.

"Baik, jadi inilah orang - orang yang akan mewakili. Jangan ada perdebatan atau apapun, karena ini murni dari hasil gacoan saya. Kalian silahkan tulis namanya, nanti kasih ke ketua kelas dan ketua kelas antar ke meja saya" Setelah memberikan perintah dan himbauan itu beliau langsung pergi keluar kelas.

"Sumpah tadi gue udah lemes banget nama gue ga di panggil - panggil anjir.. Kaya apakah ini saatnya kita berpisah" Ucap Elenna dengan dramatis. Mereka kembali berjalan untuk duduk di bangku.

"Congratulations my best friend, you are chosen!" Ucap Kanaya sambil memeluk Elenna dengan dramatasi. Sedangkan Kaiza hanya memandang mereka lelah.

"Kai ntar jumat belanja bareng ya" Ucap Elenna, Kaiza hanya mengangguk. Ia pun butuh kedua temannya itu untuk mengabensensi barang - barang yang harus dibawa.

"Rumah gue jauh anjir" Ucap Kanaya karena memang rumah dia yang paling jauh dari keduanya.

"Yaudah lo nginep kos gue aja, nanti malemnya kita ketemuan aja langsung di mallnya" Kedua temannya langsung mengangguk mengiyakan ucapan Elenna.

-

"Endingnya tetep berempat ikut juga jir!" Ucap Keenan saat ternyata Denzel dan Liam ikut disebut, Keenan dan Axel adalah anak Pramuka. Jadi mereka sudah dipastikan akan ikut, namun mereka tidak menyangka Liam dan Denzel akan ikut juga.

"Kaiza ikut ga ya..?" Liam menaruh dagunya di lipatan tangannya, Keenan yang berada di sebelahnya langsung memukul bahunya.

"Malah kepikiran cewe anjir" Keenan melihat kesal ke arah Liam.

"Mending pikirin nanti bawa jajan apaan?" Ucap Axel.

"Lo juga! Malah mikirin makan, minimal barang dulu diabsen" Omel Keenan yang hanya dibalas gerutu oleh Axel.

"Menurut gue gausah banyak - banyak, yang penting baju, alat mandi, sama jaket aja. Banyak - banyak bawaan entar malah cape" Ucap Denzel, emang cuman Denzel yang paling benar.

"Ehh? Papi izinin ga ya? Kemaren aja pas kelas 10 gue nangis 2 hari 2 malam dulu baru dikasih pergi, itu pun bawa - bawa Denzel dulu ke rumah" Ucap Liam saat mengingat masa lalu.

"Yaudah nanti gue izinin lagi" Ucap Denzel, ia akui Papi Liam memang sangat protektif. Tapi dia pasti bisa menghadapinya karena sudah biasa untuk Denzel. Denzel adalah teman Liam dari kecil, sudah biasa untuknya bertemu dengan Papi Liam dan menghadapi keprotektifan beliau.

"Nah udah aman kan? Nanti masalah makanan serahin aja ke gue ama Axel,  rumah kitakan deket jadi amanlah" Ucap Keenan yang langsung di angguki ketiga temannya.

"Ehh Axel inget lu jangan jauh - jauh! Ntar disana lu diculik hantu, atau lebih parahnya kerasukan kaya kelas 10" Ucap Keenan, dulu saat camping angkatan mereka. Axel sempat dinyatakan hilang, mereka sudah mencari Axel kemana - mana ternyata anaknya berada di dalam tenda.

Tapi saat mereka ajak bicara Axel hanya terdiam linglung, tidak lama kemudian ia mencak - mencak tanpa sebab dan berteriak. Disaat itulah mereka tahu bahwa Axel sedang kerasukan. Mereka sempat trust issue beberapa hari setiap bertemu Axel dikira masih kerasukan padahal memang anaknya reog.

"Aman broh.. Tapi kalo masuk beneran, diluar kendali gue lah!"

"Ya jangan doain masuk bego!" Keenan memukul lengan Axel.

"Lagian bisa - bisanya dia masukin Axel, padahal realnya Axel lebih reog dari itu" Ucap Liam menegakkan tubuhnya yang sedari tadi hanya bertemu pada tangannya yang terlipat di atas meja.

"What do you mean broh? Gue kalem, dan sesantai ini lo bilang reog"

"Lu kalem? Pohon rambutan di deket lapangan langsung botak Xel" Semua tertawa mendengar ucapan Keenan, kecuali Axel yang hanya menatap kesal.

tbc..

ADORE YOU [ENDING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang