Saat terbangun Liam sudah berada di sebuah kamar, kepalanya terasa begitu pusing saat ini.
Ia mengedarkan pandangannya, melihat seisi kamar. Ia terkejut melihat sebuah papan mading yang dipenuhi dengan foto dirinya, ia mengambil salah satu fotonya dari sana. Itu fotonya ketika ia masih di bangku SMP, kenapa Nia bisa memiliki fotonya?
Semua foto yang dia lihat disana, ia tidak ingat pernah mengambil foto seperti itu, dari angle yang di ambil pun sepertinya ini adalah potret yang diambil dari jarak yang jauh.
Apa ia sudah diikuti sejak lama? Tapi untuk apa? Apa Nia yang melakulannya? Banyak sekali pertanyaan yang muncul di kepalanya. Ia tidak tahu jawaban pastinya, tapi yang ia tahu ada sinyal bahaya saat ini.
Ia meletakkan fotonya asal di atas meja dan buru - buru berjalan keluar dari kamar itu. Belum sempat ia menggapai pintu, seseorang sudah membukanya lebih dulu membuat Liam mundur beberapa langkah.
"Denzel ..?" Liam terkejut melihat sosok itu di depannya saat ini, untuk apa temannya itu datang kesini?
"Denzel, lo.. ngapain disini?" Denzel hanya diam menatap Liam, ia melirik ke arah sebuah papan mading yang berisi foto - foto Liam.
"Lo mau kemana?" Liam mengernyit kenapa Denzel bertanya balik, Liam melirik ke belakang sebentar dan kembali menatap Denzel.
"Gue mau pulang" Denzel masuk ke area kamar karena sebelumnya ia berada di depan pintu. Ia menutup pintu dan menguncinya membuat Liam terheran heran.
"Zel?"
"Gue rasa lo ga akan pulang" Denzel menatap ke arah Liam dengan tatapan yang susah di artikan.
"Maksud lo?"
"Gue yakin lo lagi ngerasa bingung sekarang. Buang jauh - jauh fikiran lo buat keluar dari sini, karena lo gabakal bisa Liam"
"Jelasin ke gue Zel" Liam menatap marah ke arah Denzel, kata - kata Denzel hanya seperti teka - teki untuknya.
"Lo yang lakuin itu?" Liam menujuk ke arah papan mading. Namun bukannya jawaban, Liam hanya mendapati Denzel yang terdiam.
"Jawab Zel!" Denzel masih kekeh dalam keterdiamannya
"Apa untungnya si? Gue bukan orang yang sepenting itu, sampe lo untit Zel! Lo udah gila ya?!" Denzel menatapnya terkejut ketika Liam menudingnya sudah gila, Liam benar memang dirinya sudah gila. Ia sudah menebak respon Liam akan begini kepadanya, namun tetap saja ia masih merasa terkejut.
"Minggir gue mau Keluar!" Liam menyingkirkan Denzel dari pintu dan langsung meraih kunci pintu tersebut untuk membukanya.
Belum sempat memutar kunci untuk kedua kalinya, Denzel sudah menggeret tubuhnya manjauh dari sana. Liam memberontak mendorong Denzel sampai tubuhnya terhantuk ke meja dekat mading.
"Gue ga habis fikir sama lo, di saat gue anggep lo udah kaya Abang gue sendiri lo malah tega ngelakuin ini ke gue?" Liam berjalan dengan penuh emosi meninggalkan Denzel yang terdiam disana. Ia membuka putaran kunci terakhir dan membuka pintu.
Namun saat ia membuka pintu itu, alangkah terkejutnya ia ketika melihat ada Reyden disana.
Ia menelan ludahnya kasar, ia bingung setengah mati dengan situasi saat ini. Ia melihat ke arah Reyden dan Denzel secara bergantian.
"Lo berdua..?" Reyden menatap santai ke arah Liam, ia mendorong tubuh Liam kembali masuk ke dalam kamar dan menutup pintu dengan kakinya.
"Kenapa? Kaget ya?" Ucapnya dengan sunggingan tengil di bibirny.
"Zel? Lo ga jelasin apa - apa ke dia? Ngapain coba malah lesehan di lantai kaya gitu?" Denzel kembali tersadar dan perlahan bangkit dari sana menatap ke arah Liam dan Reyden.
KAMU SEDANG MEMBACA
ADORE YOU [ENDING]
Teen FictionKaiza Lavinia begitu menganggumi Reyden Cakramawa Biantara sejak pertama kali ia masuk SMA Cipta Karya, ia selalu memikirkan sosok itu sampai rasanya membuat Kaiza gila. Sedang asik asiknya mengagumi sosok yang dia suka, kehadiran Liam Mavrendra ma...