16. Feeling Confused

589 61 1
                                    

Kaiza terus saja mengusak rambutnya frustasi di dalam kelas. Selama pelajaran ia tidak fokus, membayangkan wajah Liam yang terlihat sangat sedih karena kata - katanya. Apa dia terlalu kasar?

Lagipula kenapa dia terus memikirkan anak itu, kenapa tidak Reyden? Bukankah harusnya Kaiza merasa bahagia ketika Reyden mengatakan akan membuka hati untuknya? Ini kesempatan untuk Kaiza. Tapi entah kenapa masih ada yang mengganjal di hatinya.

Ia menelungkupkan kepalanya di balik lipatan tangannya dengan frustasi, sedari tadi teman sebangkunya hanya memandanginya bingung.

"Lo bisa stop kaya gitu ga? Gue keikut stress nih, mana soal Matematikanya susah!" Ucap Grace yang mulai merasa pusing dengan tingkah Kaiza.

"Sorry" Kaiza memilih permisi untuk ke toilet dan menenangkan dirinya disana. Ia pikir ada yang salah dengan otaknya.

Tapi ia sedikit merasa terlalu kasar dengan ucapannya tadi, apa ini sebab dari menjadi orang tidak enakan? Tapi tidak mungkin. Itu seperti bukan dirinya.

Kaiza mencuci wajahnya, ia kembali terngiang dengan ucapannya ke Liam lalu memukul kedua pipinya untuk menyadarkan dirinya.

"I've gone crazy..." Ucapnya sambil menatap jengah ke arah kaca. Liam memang benar - benar menyusahkannya. Tidak di dunia nyata, bahkan di dalam fikirannya pun Liam sangat menyusahkan.

Ia kembali ke kelasnya untuk melanjutkan pelajaran. Ia sempat melewati kelas 11 Mipa 5, entah kenapa matanya gatal untuk mencuri pandang ke dalam kelas untuk melihat keadan Liam.

Kaiza menelisik kedalam kelas itu mencari keberadaan Liam, namun anak itu tidak berada di dalam kelasnya. Kemana dia pergi? Kaiza berhenti berjalan. Ia menoleh kesana - kemari untuk mencari sosok itu.

Kemudian setelah ia sadar dengan apa yang dilakukannya ia langsung menepuk pipinya menyadarkan diri, untuk apa ia mencari Liam? Ia menggeleng membuang jauh - jauh fikirannya dan pergi dari sana.

-

Sedangkan disisi lain ada Liam yang tengah berbaring tengkurap di kasur UKS sambil terisak. Rasanya sangat sakit ketika Kaiza meneriaki dan memarahinya. Kenapa dia begitu marah? Padahal ia hanya ingin memperhatikannya. Memangnya salah? Apa sebenarnya tadi dia benar - benar merasa marah karena Liam menganggu waktunya dengan Reyden?

"Emang Reyden anjing!" Ucap Liam sambil memukul bantalnya keras, merasa kesal.

"Padahal gue diem?" Liam mendongak terkejut mendengar suara itu, ia menoleh kebelakang mendapati Reyden yang duduk menatapnya di kasur sebelah.

"Lo?!" Liam sontak terduduk lalu mengusap kasar air matanya.

"Lo ternyata cengeng ya?" Reyden terkekeh menatap mengejek ke arah Liam, sedangkan Liam sudah mengerutkan alisnya dengan kesal. Namun itu malah terlihat lucu, hidung dan kantung matanya yang merah sehabis menangis.

"Lo sesuka itu sama Kaiza?" Tanya Reyden, kali ini tatapan itu terlihat serius.

"Menurut lo aja anjing!"

"I think... you two are not suitable?" Ucapnya lalu berjalan santai keluar.

"Dasar anjing! Jauh - jauh lo!" Ucap Liam kesal yang hanya dihadiahi kekehan oleh Reyden.

Liam sangat kesal, pasalnya ia tidak sadar kalau Reyden masuk kedalam UKS. Anak itu seperti jelangkung. Ia sedikit merasa malu karena dilihat tengah menangis.

Liam kembali tidur, dan menangis selama beberapa menit. Namun, entah keajaiban darimana tiba - tiba rasa semangat muncul lagi di dirinya. Ia kembali bangkit dari tidurnya dan duduk, lalu mengusap air matanya.

"Nggak! Nggak boleh nyerah, gue belom ngapa - ngapain. Ini belom seberapa, Kaiza pasti ga suka cowo yang lemah!" Ucapnya, entah hantu dari mana yang menghinggapi nya sampai - sampai membuat semangat apinya kembali lagi.

tbc ..

Halo, jika kalian menyukai cerita ini berikan bintang terbaik kalian ya. Dukungan kalian akan sangat berharga dalam cerita ini, terimakasih. Salam hangat dariku👄

emang mood boti susah ditebak🙈

ADORE YOU [ENDING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang