Pagi ini Kaiza merasa sedikit tenang, ia datang di jam 05.55 yang tandanya sekolah masih sangat sepi. Tidak akan ada makhluk - makhluk yang sering mengganggunya akhir - akhir ini.
Sebelum kesekolah, Kaiza membelokkan motornya ke gang rumah Elenna yang bersebelahan dengan sekolahnya. Ia mengajak anak itu untuk kesekolah bersama. Dengan senang hati Elenna menerima, jadi pagi ini dia tidak repot - repot jalan dari ujung ke ujung. Karena kosannya berada di paling ujung gang, bahkan sampai terlihat jelas dinding buntu dari gang itu.
"Kai, jangan cepet - cepet dong! Gue agak serem nih jam segini kesekolah, mana masih gelap gini. Takut!" Kaiza hanya memandangnya malas.
"Lo takut apa?"
"Hantulah! Lo emangnya ga denger apa desas - desus sekolah kita ini sering ada yang kesurupan?"
"Lo aja udah kaya hantu, udah buruan naik" Elenna menatap Kaiza dengan senyuman getir, ia memang seharusnya tidak mengharapkan Kaiza berbaik hati dengannya.
Sesampainya di sekolah benar saja, sekolah begitu sepi. Bahkan di parkiran itu hanya ada motor Kaiza.
"Baa!!" Elenna terlonjak kaget di belakang Kaiza memelukinnya. Teriakannya bahkan rasanya memekakan gendang telinga Kaiza.
"Ihhh! Liam! Lo rese banget anjir!" Elenna memukul bahu Liam, Kaiza pikir dia tidak akan bertemu Liam jika pergi sepagi ini. Ternyata dia salah.
"Hehehe, abisnya lo lengket banget sama Kaiza" Ucap Liam karena sedari ujung mata dia memandang, ia sudah melihat Elenna yang memeluki Kaiza di belakang.
"Yee! Serem bego, liat aja gelap jir! Gue jadi keinget cerita si Rael di parkiran ini" Liam mengernyit bingung.
"Emang kenapa?" Elenna menarik nafasnya, lalu perlahan membuka mulutnya untuk bercerita. Mulai, dalam hati Kaiza merasa jengah ketika temannya itu mulai dramatis.
"Jadi.. Dulu si Rael pernah pulang Maghrib kan.. Karena ngehias kelas lomba 17an kelas 10.. Nah di parkiran ini dia denger suara cewe nangis, tapi gaada wujudnya" Ucapnya ekspresi berubah menjadi merinding dan ketakutan, pasalnya ia tengah menceritakannya di TKP.
Liam yang mendenger itu langsung merapatkan diri ikut merasa takut, ia melihat ke sekitar untuk memastikan keadaan tempat berdiri aman tidak ada makhluk - makhluk lain disekitarnya. Sampai tidak sadar kaki kirinya tersandung kaki kanannya sendiri, membuatnya hampir terjatuh.
Kaiza yang melihat itu sontak menangkap tubuh Liam sebelum menyentuh tanah, ia mendengus kesal.
"Lo bisa jalan yang bener ga?" Ucapnya kepada Kaiza memandang Liam kesal. Yang dilihati seperti itu hanya tertegun kaku, karena bisa merasakan deru nafas Kaiza menyapu wajahnya. Mereka hanya terdiam selama beberapa menit dengan posisi itu karena masih mencerna keadaan.
"Ekhem! Ekhem! Udah yuk, ke kelas.. Hawanya bukan merinding malah jadi agak panas gitu ini kenapa yah?" Ucap Elenna sambil mengipas - ngipas wajahnya.
Kaiza yang sadar dengan posisinya yang masih memeluk badan Liam langsung melepasnya membuat Liam yang belum berdiri sempurna itu terjatuh.
"Aduh!!" Elenna sontak melotot dan buru - buru membantu Liam, untuk dia tidak tertawa lebih dulu.
"Yaampun Kai! Anak orang pagi - pagi udah lo buat sarapan tanah!" Kaiza yang melihat itu hanya membuang pandangannya lalu mengelus tengkuknya seperti biasa ketika merasa nervous.
"Ayo ke kelas" Kaiza jalan lebih dulu meninggalkan keduanya. Sedangkan Elenna dan Liam masih sibuk membersihkan tubuh Liam yang kotor.
Setelah bersih mereka saling memandang, lalu melihat kesekitar yang masih sepi. Detik kemuadian mereka langsung berlari berlomba - lomba mengejar Kaiza karena merasa merinding.
KAMU SEDANG MEMBACA
ADORE YOU [ENDING]
Teen FictionKaiza Lavinia begitu menganggumi Reyden Cakramawa Biantara sejak pertama kali ia masuk SMA Cipta Karya, ia selalu memikirkan sosok itu sampai rasanya membuat Kaiza gila. Sedang asik asiknya mengagumi sosok yang dia suka, kehadiran Liam Mavrendra ma...