38. Chilhood Friend

569 64 5
                                    

Kaiza berjalan mendekati keduanya, ia bisa melihat baju Liam yang sudah basah setengah bawahnya. Entah apa yang dilakukan anak itu selama ia pergi.

Pandangannya beralih ke laki - laki di sebelah Liam, pantas ia tidak asing dengan lelaki itu. Ternyata ia adalah teman lama Kaiza.

"Kaiza? Bener Kaiza?!" Lelaki itu terlihat sangat antusias melihat Kaiza.

"Iya" Kaiza dan orang itu melakukan sebuah tos seperti sudah saling kenal, Liam hanya terdiam menatap keduanya.

"Lo apa kabar? Gila ini udah berapa tahun ya?... Empat tahun woy!" Lelaki itu sempat menghitung menggunakan jarinya, Kaiza hanya tersenyum.

"Lo kenapa pindah ga ngabarin si?" Kaiza terdiam.

"Bahas nanti aja, gue urus dia dulu" Ucap Kaiza sambil menunjuk ke arah Liam.

"Ahh iya iya aman, atau tukeran nomer aja. Nanti kalo lo mau ketemu tinggal hubungi gue" Ucap Lelaki itu, Kaiza mengangguk lalu melafalkan nomornya. Liam yang melihat itu sedikit merasa tidak suka, bahkan dia yang pacarnya saja belum mendapatkan nomor Kaiza sama sekali.

Lelaki itu berlalu pergi, setelahnya barulah Kaiza menatap ke arah Liam dari atas sampai bawah.

"Lo lupa gue bilang apa?"

"Itu tadii ada anak anak Kai, masuk kesana.." Liam menunjuk ke arah sisi pantai.

"Gue cuman nolongin" Cicit Liam saat mendapati tatapan tidak senang dari Kaiza.

"Lo bisa mikir dulu ga sebelum berbuat? Kalo lo kenapa - napa yang susah juga gue, Liam" Liam menatap sedih ke arah Kaiza.

"Lepas jaketnya" Ucap Kaiza, Liam hanya menuruti saja. Kaiza mengambil jaketnya dan memberikan es yang tadi dia beli kepada Liam. Ia berjalan ke tempat sepatu Liam berada dan mengambilnya.

"Ayo ke minimarket dulu" Liam berjalan menyusul Kaiza, tangan Kaiza langsung merangkul pinggang lelaki itu ketika sampai di sebelahnya.

"Lain kali jangan di ulang, kalo gue bilang jangan artinya jangan" Liam hanya mengangguk, sambil menyeruput es di tangannya.

"Maaf.." Kaiza hanya menatap anak itu yang merasa bersalah.

Mereka harus pergi ke minimarket untuk membeli sebuah celana sekaligus dalamannya. Tentu saja itu untuk Liam, mana mungkin ia membawa Liam yang basah - basahan itu kesana kemari.

Sebelum keluar dari area pantai, mereka sempat membeli baju sepasang dengan celananya yang di jual di sekitar pantai untuk Liam. Namun disana tidak ada celana yang panjang, hanya ada celana pendek di atas dengkul.

Awalnya Kaiza tidak mau membelinya, tapi melihat Liam yang sudah basah kuyup itu akhirnya ia tidak punya pilihan lain.

-

"Gue aja yang beli, lo tunggu sini" Ucap Liam menyuruh Kaiza menunggu di motornya. Kaiza pun hanya menurut, menunggu Liam sekalian mengganti bajunya di toilet minimarket tersebut.

Tidak sampai 10 menit akhirnya Liam keluar. Dengan baju khas desain pantai itu yang terlihat tipis, dan celana yang begitu pendek membuat Kaiza menghela nafas kesal.

Ia menarik Liam saat lelaki itu baru sampai di depan motornya. Kaiza langsung melilitkan jaketnya di pinggang Liam.

"Damn, this is too short" Gumama Kaiza. Bagian resleting jaket ia buku untuk menutupi paha depan Liam.

"Tapi bagus" Ucap Liam, sekarang di tangannya sudah ada sebuah es krim dan dia sibuk menjilati es krimnya.

"Bagus apanya? Paha lo kemana - mana" Tanya Kaiza menatap Liam kesal, tangannya menarik pinggang Liam agar lebih dekat dengannya. Tangannya terulur ke ujung bibir Liam, dan membersihkan sisa es krimnya disana.

"Emang kenapa? Kan mereka punya mata?" Kaiza menghela nafas, tidak pahamkah Liam bahwa saat ini dirinya
tidak ingin tubuh Liam di lihat - lihat oleh manusia lain?

"Ga sekalian aja lo buka baju lo, biar mereka bisa liat semuanya?" Liam melotot mendengar ucapan itu.

"Kok jadi kesitu? Kan lagi bahas paha!"

"Tanggung kan kalo cuman paha? Sekalian aja badan lo tunjukin, biar mereka liat" Liam memanyunkan bibirnya, ternyata Kaiza lebih protective dibandingkan Papinya.

"Abisin cepet, biar kita pulang"

"Kok pulangg...? Gamauu!" Rengek Liam

"Lo mau balik malem? Baju lo setipis ini, Liam"

"Ga papa! Emang kenapa?"

"Nurut sekali sama gue tanpa ngebantah lo gabisa ya?" Liam hanya terdiam, ia memilih cepat - cepat menghabiskan es krimnya sebelum mendapat semprotan amarah lagi dari Kaiza.

Setelah selesai, Kaiza langsung benar - benar membawa Liam pulang. Ia tidak mau ambil resiko membawa Liam pulang malam dengan pakaian setipis itu.

"Oh ya! Yang tadi itu siapa Kai?" Celetuk Liam di tengah perjalanan.

"Temen"

"Kok gue ga pernah liat di sekolah?"

"Emang ga satu sekolah, dia temen kecil gue dari Jogja" Liam hanya mengangguk - ngangguk paham saja di boncengan Kaiza.

"Kamu dulu sekolah di Jogja? Kok sekarang di Jakarta?"

"Pindah, bokap ada proyek disini. Terus akhirnya jadi tinggal disini" Jelas Kaiza yang hanya di respon anggukan lagi oleh Liam.

"Kalian deket?" Kaiza terdiam mendengar itu.

"Iya"

"Sedeket apa? Pernah skinship?"

"Pernah, kayanya" Liam sedikit memajukan bibir bawahnya.

"Ngapain aja?"

"Lo lagi jadi wartawan?" Liam berdecak kesal.

"Jawab aja si" Liam menjauhkan kepalanya dari bahu Kaiza.

"Ga ada, cuman pernah ngerangkul aja kaya temen biasa"

"Ga lebih?"

"Lo ngarep apa? Gue nyium dia?" Pertanyaan Kaiza membuat Liam terdiam.

"Ya nggak.. Siapa tau, soalnya lo deket banget kayanya sama dia.. Sampe di kasih nomer handphone" Ucap Liam sambil menekankan nadanya sama membahas nomor Kaiza.

"Emang kenapa? Cuman Nomorkan?" Liam berdecak kesal, ia melepas pegangannya pada pinggang Kaiza. Namun tangannya itu langsung di tarik kembali, sampai tubuh Liam menabrak punggung Kaiza. Tangan itu ditahan Kaiza di depan agar tidak lagi di lepas.

"Jangan dilepas" Ucap Kaiza yang hanya dihadiahi tatapan malas dari Liam. Kaiza ini cukup tidak peka, apa ia tidak faham bahwa Liam tengah cemburu?

tbc..

nih yang request Liam cemburu, kita buat cemburu tipis tipis dulu🙈

ADORE YOU [ENDING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang