20. Purchasing Equipment

673 64 0
                                    

"Ehh apa lagi ya?" Ucap Elenna menaruh telunjuknya di depan bibir, tanda bahwa ia bingung.

"Lagi?! LAGI?! Elenna Arexa, coba lo liat kebelakang ini udah sampe 2 troli ya! Lo mau nambah berapa troli anjir?!" Ucap Kanaya dengan emosi, pasalnya anak di depannya ini terus menggiring mereka untuk mengambil semua barang, seakan - akan mereka akan pindah bukanlah camping.

"Kurang ituuu! Disana tuh tiga hari Nay, gue butuh banyak makanan karena gue akan kelaperan" Kaiza memutar matanya malas, padahal satu troli penuh sudah berisi makanan.

"Buruan balik, bokap udah marah" Ucap Kaiza sambil mengantongi ponselnya. Sebelumnya ia melihat notif Papahnya yang menyuruhnya segera pulang.

Mendengar hal itu akhirnya mereka memutuskan untuk ke kasir dan membayar. Mereka menenteng masing - masing 2 pelastik, sedangkan Kaiza membawa 3 plastik sendiri. Dia berjalan lurus kearah parkiran menuju mobil Kanaya. Kanaya dan Elenna datang kesini dengan diantarkan oleh supir Kanaya. Jadi semua belanjaan bisa dengan mudah dibawa.

"Gue duluan ya" Ucap Kaiza sambil masuk lagi untuk menuju ke parkiran motor yang berada di basement Mall.

"Ehh iya, hati - hati ya Za! Udah malem nih" Kaiza hanya mengangguk mengiyakan. Ia berlari melihat jam sudah menunjukkan pukul 11. Ternyata mereka menghabiskan begitu banyak waktu.

Sebelum pulang, Kaiza membelikan titipan abangnya terlebih dahulu di Market Mall. Setelahnya baru ia langsung menuju parkiran basement. Toko - toko di Mall itu sudah banyak yang tutup dan pengunjung mulai sepi.

Saat Kaiza akan keluar dari gate out ia sempat melihat ke arah Lobby Mall, karena merasa bosan saat menunggu mengantri keluar gate. Ia menyipitkan matanya saat melihat orang yang tidak asing.

Kaiza membawa motornya ke lawan arah kembali masuk ke gate in untuk memastikan.

"Lo ngapain disitu?" Yang di tanya menoleh kaget ke arah Kaiza, itu Liam. Kaiza melihat anak itu tengah kebingungan. Liam langsung menghampiri Kaiza, tercetak jelas wajahnya sangat kebingungan.

"Mau pulang, ban supir gue bocor, terus Papi lagi keluar kota. Ini mesen gojek malah di cancel mulu! Gaada taksi juga dari tadi diliatin" Ucapnya Kaiza bisa merasakan anak itu tengah panik.

Kaiza melepas helmnya, dan memberikan ke Liam membuat anak itu bingung.

"Apa?"

"Naik"

"Lo mau nganterin gue?" Liam menatap bingung ke arah Kaiza.

"Mau ga? Kalo ga gue pergi" Liam langsung mengambil helm itu. Ia langsung memakainya.

"Kai.. Bantu!" Ucap Liam saat tidak bisa mengaitkan helmnya seperti biasa. Kaiza menarik tangan Liam agar mendekat, lalu mengaitkannya.

Jantung Liam berdetak kencang saat menyadari bahwa posisi mereka sangat dekat. Bahkan Liam bisa memandang jelas mata Kaiza saat itu.

"Buruan naik" Ucap Kaiza, Liam menurut dan menaiki motornya. Namun Kaiza tidak menjalankan motornya.

"Kenapa?"

"Lo ngapain keluar pake kaos tipis gitu?" Ucap Kaiza saat sadar Liam memakai kaos putih tipis, dan celana pendek.

"Emang kenapa?" Liam bingung, memangnya salah? Dia biasanya juga memakai pakaian seperti ini jika hanya sekedar ke Mall.

Kaiza menurunkan standar motornya dan berjalan mendekati Liam. Dia melepas hoodienya dan memberikannya ke Liam.

"Hah? Gausah, nanti lo--"

"Pake" Perintah Kaiza terhadap Liam, dari pada Liam ditinggal lebih baik dia menurut dan segera memakai hoodie itu.

Setelahnya barulah Kaiza naik kembali ke motornya dan langsung berjalan menuju ke rumah Liam. Liam di belakang bisa merasakan dinginnya angin malam yang menerpa kulit wajahnya. Ini pertama kalinya Liam malam - malam naik motor, pantas saja Kaiza memberikannya hoodie ternyata memang sedingin ini. Bahkan kakinya terasa kebas karena menahan dingin. Ia heran dengan Kaiza, apakah perempuan itu tidak merasakan dingin di depannya.

"Kai?" Kaiza hanya bergumam saat Liam memanggilnya.

"Lo ga kedinginan?"

"Ngga" Liam merasa itu bohong, padahal saat ini Kaiza hanya memakai kaos lengan pendek mana mungkin ia tidak merasa kedinginan.

Tapi ia senang, dia bisa memakai hoodie Kaiza saat ini. Mengingat itu, Liam memeluk dirinya sendiri, lebih tepatnya hoodie itu. Bahkan harum Kaiza bisa tercium di hidungnya.

-

Motor Kaiza berhenti tepat di depan gerbang rumah Liam. Liam langsung turun, menoleh ke arah Kaiza dengan senyumannya.

"Ngapain lo senyum - senyum?"

"Emangnya gaboleh?" Ucap Liam sambil melepas hoodienya.

"Nggak papa, cuman creepy aja" Ucap Kaiza dengan menerima hoodie yang dari tangan Liam dan memakainya kembali.

"Mana ada creepy!" Senyum Liam hilang tergantikan dengan ekspresi kesal.

"Yaudah sana masuk" Kode Kaiza sambil mengode dengan kepalanya menyuruh Liam masuk.

"Nunggu lo jalan dulu" Kaiza akhirnya kembali menjalankan motornya, sebelum ia berlalu dari sana ia sempat menolah ke arah Liam.

"Gue.. Balik" Liam hanya mengangguk, memandangi Kaiza dengan motornya yang sudah berlalu menjauh darinya.

"Hati - hati.." Ucap Liam hampir seperti bisikan, ia lalu masuk ke dalam rumahnya dengan senyumannya yang tak kunjung hilang.

tbc...

ADORE YOU [ENDING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang