06. Still Not Giving Up

723 70 2
                                    

Kaiza pikir setelah perlakuan kasarnya pada Liam kemarin, anak itu akan menyerah mendekatinya. Namun ia salah, sejak ia memarkirkan motornya tadi Liam terus mengikutinya seperti anak ayam.

"Lo ngapain?"

"Mau ke kelas? Lo geer yaa, lo pasti ngira gue ngikutin lo kan?" Liam berucap dengan nada mengejek, sambil menunjuk Kaiza.

Kaiza memandang malas ke arah Liam, lalu melanjutkan jalannya. Harusnya ia tidak usah bertanya pada anak ini.

"Lo kok hari ini bawa motornya beda? Motor kemarin mana?" Liam berusaha membangun topik, ia melihat tadi Kaiza membawa Vespa Antik bukan Honda CB1100EX-nya.

Namun bukannya menjawab, Kaiza melongos pergi. Liam terlalu berisik, dan dia malas meladeni anak itu yang hanya akan merusak moodnya.

Liam berusaha mengejar namun Kaiza sudah lebih dulu masuk kedalam kelasnya.

"Lo pikir gue bakalan nyerah? Ga akan!" Dengan tatapan yang berapi - api penuh semangat ia memandangi pintu kelas Kaiza lalu berjalan melewatinya, masuk ke kelasnya yang berada di sebelah kelas Kaiza.

Dia melangkah masuk, duduk di bangkunya menatap kedua temannya itu yang terlihat sibuk menyalin tugas. Namun ia sangat terlihat santai, karena ia sudah mengerjakannya.

"Lo udah selesai?" Denzel membalikkan tubuhnya ke arah Liam.

"Udah dong! Fisikakan?" Denzel malah menatapnya bingung.

"Mana ada Fisika hari ini bego!" Keenan yang berada di sebelahnya mengetukkan pulpen di kepala Liam.

"Hah?! Bukannya ini Jumat?" Ia terlihat panik, karena ia pikir ini hari Jumat. Ia sudah keburu membawa roster hari Jumat.

"Yeee si bego, lu lupa semalem solat Jumat sepatu si Denzel nyemplung got?" Denzel yang mendengar itu langsung menatap malas Keenan karena membahas tragedi memalukan.

"Lah iya?? Gimana ini?! Gue bawanya roster Jumat..."

"Santai aja bro, palingan itu orang ga masuk.. Lagian abis classmeet pasti guru - guru males ngajar" Tiba - tiba teman di belakangnya menyeletuk.

"Lah iya juga, pinter juga lu bro" Keenan bertos ria dengan teman yang duduk di belakangnya, lalu menjatuhkan pulpennya di atas buku.

Axel yang mendengar percakapan itu menoleh kebelakang, dan ikut menyudahi kegiatan menyalinya.

"Kerjain aja, siapa tau gurunya masuk?" Denzel mencoba membuat teman - temannya untuk lanjut mengerjakan, tapi bukannya mengerjakan mereka hanya saling menatap dan Denzel tau apa maksudnya.

"Terserah deh, udah kena virus setan susah" Ucap Denzel, kembali dengan buku mitologinya.

Sedangkan ketiga temannya sudah berisik untuk langsung login game dan mabar (main bareng). Seluruh kelas 11 Mipa 5 begitu riuh, ada yang menggosip, menonton, dan bermain game. Sampai tidak sadar bahwa seorang guru telah berdiri di depan kelas mereka, menatap kericuhan itu.

Ia masuk dengan menggebrak pintu, membuat mereka semua terlonjak kaget. Mereka langsung berlari panik ke bangkunya masing - masing, sedangkan guru itu mulai berjalan masuk dengan suara ketukan sepatu yang begitu nyaring karena keadaan mulai senyap.

"Bisa ya kalian di jam pelajaran gini masih sibuk ngobrol sana ngobrol sini, itu di halaman depan kalian masih jorok! Mana ini yang berjadwal piket hari ini?! Cepat bersihkan!" Ucap guru itu dengan nada tegasnya, Liam yang mendapati piket hari itu langsung buru - buru mengikuti teman sekelompok piketnya keluar.

"Udah jorok, berisik pula! Bikin mood ngajar saya rusak aja kalian! Itu kenapa itu dasi kamu di kepala?! Wong gendeng!" Ucapnya sambil menunjuk siswa paling belakang, yang langsung gelagapan tidak sadar dasinya masih berada di kepalanya.

ADORE YOU [ENDING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang