Kaiza tengah membantu Elenna untuk menyiapkan kompor portablenya di depan tenda. Sedangkan Kanaya sibuk memotong - motong bahan untuk di masak.
"Ehh seru banget camping gini! Tapi kalo malem agak serem" Ucap Kanaya sambil memotong - motong sosis di tangannya.
"Bener, sebenernya semua bakal fine - fine aja asal kita ga mikir kemana - mana si" Ucap Elenna, ia mulai memasang gas kecil ke kompor portable itu.
"Kai, ambilin itu wajan kecilnya" Ucap Elenna, dan langsung dituruti oleh Kaiza. Dia hanya akan membantu mengambilkan barang atau memotong bahan saja, karena dia tidak ahli dalam memasak. Ia takut akan menghancurkan masakannya.
"Kai, potongnya jangan segede itu! Segini nih" Ajar Kanaya ketika Kaiza memotong wortel sebesar jari jempolnya.
"Udah Kai udah, gue aja. Lo mending bukain bungkus mie aja" Kaiza mendesah canggung karena tidak dapat membantu. Ia lalu mengambil beberapa bungkus mie dan mulai membukanya.
"Ehh enak gasi kalo kita camping deket danau yang belakang itu? Kaya ada adem - ademnya pasti" Ucap Elenna, kebetulan memang tempat berdirinya tenda - tenda mereka ada sebuah danau yang tidak terlalu jauh.
"Iya enak, terus entar tiba - tiba ada ular dari danau masuk ke tenda" Ucap Kanaya, yang mendapati tabokan halus dari Elenna.
"Jangan ngomong gitu! Gue jadi ngeri!" Ucapnya bulu kuduknya sudah mulai berdiri membayangkan hewan melata itu. Sedangkan Kaiza hanya diam fokus dengan mie instan yang ada di tangannya.
-
"Eh woy! Sudip mana sudip? Kok kagak ada?" Ucap Axel yang tengah berjongkok dan melihat sekitar tidak menemukan apa yang dia cari.
"Ada perasaan gue bawa, coba liat di tas yang item itu Xel" Tunjuk Keenan pada sebuah tas yang ada di belakang Keenan.
"Udah kosong itu, udah gue keluarin isinya. Gaada sudip" Ucap Denzel yang masih fokus mencoba menghidupkan api pada kompornya, dengan Liam yang melihati aksinya.
"Asli? Oh berarti ketinggalan" Ucap Keenan santai sambil melahap ciki - ciki si tangannya, ucapan dia di hadiahi tatapan kesal ketiga temannya.
"Terus gue ngaduk pake apa kocak? Tangan? Yang bener aja lu" Ucap Axel kesal.
"Yaudah si itu kan ada, sendok ama garpu" Keenan menunjuk sendok dan garpu yang berada di samping kompor.
"Pala lu gue garpuin? Kebiasaan dah, gua ke tenda lain dululah minjem" Ucap Axel lalu berjalan menjauh diikuti oleh Keenan.
"Ada - ada aja si bedua" Liam menggelengkan kepalanya tidak habis pikir.
"Kayanya kompornya harus di pegangin gini deh" Ucap Denzel yang sedari tadi menahan kaki kanan bawah kompor itu.
"Kenapa?"
"Kaki bawahnya copot, gatau kemana. Jadi harus di tahan gini" Ucapnya, Liam terdiam mencari ide.
"Gausah, gue cariin batu aja. Lo tunggu sini!" Ucapnya lalu ia berjalan berkeliling mencari batu yang datar. Ia sudah lelah mengelilingi sekitaran tempat mereka camping namun tidak menemukan batu yang ia cari. Yang ia dapat malah batu - batu kerikil atau yang bentuknya bulat.
Ia menemukan jalan lain keluar dari area perkemahan, dia mencoba lewat dari sana siapa tau mendapati batu yang ia cari.
Liam melihat kesekitar, ia tidak sadar sudah agak jauh dari area perkemahan. Dirinya masih asik mencari batu, sambil menyusuri pinggiran danau. Danau itu terlihat begitu tenang, dan sangat segar. Membuat Liam ingin masuk ke dalamnya.
Liam melihat ke arah papan kayu yang berdiri kokoh seperti sebuah jembatan menuju tengah danau. Ia pikir itu sengaja di buat untuk menikmati pemandangan danau pastinya. Ia berjalan menyusuri papan kayu itu dan melihat - lihat sekitar menikmati alam.
Suasana begitu sepi, tapi terlihat sangat tenang. Membuatnya merasa lebih tenang disini. Jika dia mengajak Kaiza kesini, pasti anak itu sangat senang? Kaiza sangat sering mencari tempat tempat sepi seperti ini.
(ILLUSTRATION)
Sudah merasa puas memandangi sekitar danau, Liam membalikkan tubuhnya untuk lanjut dengan tujuannya sampai kesini.
"Dengan ini gua yakin lo bakal inget, Liam" Belum sempat Liam melihat siapa orang itu, tubuhnya sudah terdorong masuk ke dalam danau.
Kaki Liam tidak bisa mencapai dasar danau sangking dalamnya karena susunan kayu itu benar - benar menuju ke tengah danau.
Liam panik, bahkan tubuhnya tidak bisa mencapai permukaan atau dasar. Rasa gusar di hatinya membuatnya sangat ketakutan. Tubuhnya bergerak panik berusaha mencapai dasar, namun ia merasa tubuhnya tidak bergerak kemana pun.
Sekelabat bayangan melintas di kepalanya. Ia merasa tubuhnya tengah terikat dan tidak dapat bergerak kemanapun. Ia sudah berusaha melepaskan ikatan itu, namun tubuhnya hanya semakin tenggelam ke dasar air.
Tubuhnya tidak sanggup lagi, bahkan rasanya ia sudah banyak meminum air. Tidak akan ada yang menolongnya. Ia tidak punya siapapun, dia tidak terlihat. Jika ia hilang, tidak akan ada yang menyedarinya.
"Papi.. Liam takut" Perlahan matanya mulai menutup, ia menyerah untuk menggapai permukaan dan membiarkan tubuhnya tenggelam.
tbc...
KAMU SEDANG MEMBACA
ADORE YOU [ENDING]
Ficção AdolescenteKaiza Lavinia begitu menganggumi Reyden Cakramawa Biantara sejak pertama kali ia masuk SMA Cipta Karya, ia selalu memikirkan sosok itu sampai rasanya membuat Kaiza gila. Sedang asik asiknya mengagumi sosok yang dia suka, kehadiran Liam Mavrendra ma...