25. Relaxation

584 59 1
                                    

"Lo berdua dari mana?" Reyden memberhentikan regunya di dekat sebuah sungai. Ia pikir Kaiza dan Liam tertinggal tidak jauh dari regunya, tapi ternyata mereka cukup lama untuk menyusul.

Dan tiba - tiba mereka sampai dengan kondisi Kaiza menggendong Liam, membuat semua orang di sana terkejut. Reyden langsung menghampiri mereka, untuk melihat kondisi keduanya.

"Sorry, sendalnya tadi putus. Jadi gue bantu gendong" Ucap Kaiza, Reyden memandang ke arah Liam dan Kaiza secara bergantian.

"Yaudah biar gue aja, lo pimpin regu" Kaiza menatap tepat di kedua mata Reyden.

"Gausah" Kaiza membenarkan Liam yang mulai agak turun di gendongannya. Lalu berjalan dengan santai dan berdiri tepat di belakang regu.

Reyden Ia menoleh kebelakang tepat dimana Kaiza, Liam dan regunya berada. Ia lalu berjalan ke sisi depan regu.

"Okey, dari sekarang tetap pada regu ya! Jangan ada yang kepisah lagi!" Ucap Reyden dengan sedikit menekan nada, dan menatap ke arah dua orang di belakang regu yang masih bisa ia lihat jelas wajahnya.

"Oh ya! Gue dapet kain terakhir" Ucap Kaiza, dan mengoper kain itu membuat anak - anak regu bersorak gembira.

Reyden langsung saja memimpin regunya kembali ke titik perkumpulan kemah. Untuk menyerahkan kain - kain itu pada ketua panitia.

Saat mereka sampai di titik kumpul, sudah ada sekitar 3 regu yang sampai duluan. Tapi mereka tetap di hitung menang, karena panitia mengambil 5 regu tercepat.

Panitia langsung menghampiri regu mereka, memberikan beberapa ciki - ciki sebagat benefit pemenang. Liam langsung tersenyum melihat itu, ia jarang sekarang memakan ciki - ciki seperti itu karena Papinya melarang.

Kaiza yang memperhatikan Liam tersenyum senang tidak bisa menahan dirinya untuk ikut tersenyum kecil. Kaiza terus memperhatikan Liam yang terlihat sangat exited dengan apa yang ada di tangannya. Ia bahkan terlihat bingung akan membuka yang mana.

"Sini gue bukain" Kaiza meletakkan miliknya di tanah, dan mengulurkan tangannya mengadah agar Liam memberikan ciki yang ingin dia makan.

Liam melihat ke arah ciki - ciki di tangannya itu dan memberikan satu kepada Kaiza.

"Duduk" Perintah Kaiza karena Liam hanya berdiri menatapnya. Anak itu langsung berjalan kesebelah Kaiza, meletakkan ciki di tangannya itu ke tanah.

"Nih" Kaiza memberikan ciki yang sudah dibukanya itu kepada Liam, mata Liam tidak bisa berbohong dia terlihat sangat senang. Ia langsung mengambil ciki itu dari tangan Kaiza dan melahapnya.

"Lo kaya ga pernah makan" Ucap Kaiza sambil terkekeh kecil, melihat Liam.

"Emang, Papi gabolehin" Ucap Liam yang masih asik dengan cikinya.

"Berarti lo ga boleh makan banyak - banyak" Ucap Kaiza langsung merebut ciki di tangan Liam dan memakannya, membuat Liam kesal.

"Boleh! Ini punya gue!" Liam ingin menarik cikinya namun Kaiza sudah mengangkatnya tinggi - tinggi.
Liam langsung berlutut untuk menggapai cikinya di tangan Kaiza. Sampai ia tidak merasa tangan Kaiza sudah melingkar di pinggangnya.

"Kai! Balikin!" Ucapnya kesal, ada kerutan di dahinya yang malah membuat Kaiza tersenyum.

"Ambilah, gabisa ya?" Liam menatap wajah Kaiza yang begitu menyebalkan, saat itulah dia baru sadar bahwa posisinya begitu dekat dengan Kaiza. Ia juga mulai merasakan tangan Kaiza yang melingkar di pinggangnya.

"Ekhem.. Nih" Kaiza yang mulai sadar pun langsung memberikan ciki itu pada Liam, dan menjauhkan tangannya dari pinggang lelaki itu. Ia mengelus tengkuknya malu.

Liam langsung kembali pada posisi duduknya, untungnya orang - orang sibuk berkegiatan sehingga tidak ada yang melihat ke arah mereka.

"Sial .. Awas lo Liam!" Seseorang melihat dari kejauhan sambil mengepalkan tangan, menatap tajam ke arah mereka berdua. Bahkan susu kotak di tangannya sudah rusak karena kepalan yang begitu kencang, membuat susu itu bertumpahan ke tanah.

-

"Lo abis dari mana Kai? Kok dari arah tenda cowo?" Ucap Elenna yang baru mau masuk ke tendanya, dan mendapati Kaiza yang berjalan ke arahnya.

"Ada urusan tadi, ayo masuk" Ucapnya lalu masuk ke dalam, ya benar dia mengantarkan Liam ke tendanya dulu sebelum kembali. Entah kenapa, tapi Kaiza hanya ingin melakukannya.

"Oh ya! Tau gak? Tadi ada anak kelas 10 yang kemasukan di regu gue anjir?" Kaiza mengerutkan dahinya sedangkan Kanaya sudah bertepuk ria.

"Sumpah! Gue denger tadi! Regu gue di belakang regu lo, anjir merinding gue denger dia teriak - teriak gitu" Ucap Kanaya dengan ekspresi benar - benar ketakutan.

"Terus, sekarang?" Tanya Kaiza yang ikut penasaran.

"Masih di bawa ke posko si kabarnya" Ucap Elenna.

"Serem anjirr, sumpah udah yu! Gue takut ga bisa tidur plis" Ucap Kanaya sambil menggenggam tangan kedua temannya itu. Kedua orang itu pun langsung menuruti, dan lanjut mengambil posisi untuk tidur.

Namun tidak berapa lama mereka mendengar suara orang berteriak - teriak begitu ramai. Membuat ketiganya langsung terduduk dan terbangun. Mereka langsung keluar dari tenda untuk melihat.

Sampai di luar semua orang sudah berdiri di luar tenda dan melihat ke arah titik kumpul yang lumayan agak jauh dari tenda siswi. Beberapa orang sudah berlari untuk melihat apa yang terjadi, begitu pun kedua temannya. Membuat Kaiza menghela nafas, ia terpaksa harus mengikuti mereka.

Sampai di sana sudah ramai orang melingkari seseorang yang tengah berteriak histeris itu di dekat kayu api unggun. Semua orang bergidik ngeri, merasa merinding melihatnya.

Kaiza menoleh kesekitar, dan mendapati Liam yang tengah memandang takut ke arah orang yang tengah berteriak itu. Sampai akhirnya pandangan mereka bertemu, Kaiza bisa merasakan anak itu sedang takut. Ia tidak kuat menahan senyumnya saat menatap Liam.

"Why?" Ucapnya tanpa suara, hanya ada gerakan bibir. Liam yang melihat itu menoleh ke kanan dan kiri untuk melihat dengan siapa Kaiza bertanya.

"It's gonna be okay, calm down" Ucap Kaiza lagi tanpa suara, namun Liam bisa paham apa maksudnya. Ucapan Kaiza, tatapannya, dan senyumnya hampir membuat jantung Liam meledak. Kenapa tiba - tiba anak itu melakukan hal semanis ini.

"Ehh! Lo jangan senyum - senyum bego! Lagi keadaan gini, lo masih Liam kan?!" Keenan menggoyang - goyangkan bahunya untuk memastikan.

"Iya iya! Stop goyang - goyang badan gue!" Liam melepaskan tangan Keenan di bahunya.

"Axel? Axel mana?" Tanya Denzel ketika tidak mendapati satu temannya itu.

"Udah di dalem, tadi anaknya tidur. Kayanya ga bakal kebangun, dia ada gempa juga bakal tetep tidur" Ucap Keenan yang masih asik memandangi ke tengah lapangan.

Pada akhirnya kerumunan itu di bubarkan oleh panitia, karena takut memancing yang lain. Dan akhirnya mereka semua kembali ke tenda masing - masing.

Sebelum Liam kembali ke tendanya, ia sempat melihat kebelakang ke arah Kaiza yang sudah berjalan kembali ke tendanya. Ia tersenyum kecil, lalu mengikuti teman - temannya.

tbc...

ADORE YOU [ENDING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang